Kerangka Pemikiran Operasional Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Pembenihan Ikan Patin Di Kota Metro Lampung.

37 usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dan penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Sedangkan pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

3.1.8 Konsep Rasio Penerimaan dan Biaya

Tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya RC rasio. Nilai RC rasio atau return cost ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya. RC menunjukkan perbandingan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai RC yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu. Semakin besar nilai RC maka semakin baik kedudukan ekonomi usahatani. Kedudukan ekonomi penting karena dapat dijadikan penilaian dalam mengambil keputusan dalam aktivitas usahatani.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Visi pemerintah untuk menjadi penghasil perikanan terbesar, menghasilkan agenda pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya nasional hingga 353 persen. Salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar yang didorong pertumbuhannya adalah ikan patin, ikan patin ditargetkan meningkat produksinya mencapai 1.883.000 ton di tahun 2014 atau meningkat 1.420 persen di tahun 2014. Peningkatan produksi ini akan diimplementasikan di 38 197 lokasi kabupatenkota yang tersebar di 33 propinsi, 114 diantaranya berbasis perikanan budidaya dan 87 perikanan tangkap. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang sudah ada, hanya dilakukan perluasan untuk perikanan budidaya. Total potensi lahan budidaya meningkat hingga 15,59 Ha yang terdiri dari budidaya air tawar 2,23 juta Ha, payau 1,22 juta Ha, dan laut 12,14 juta Ha. Lampung merupakan salah satu daerah yang dipacu produksinya, ikan patin menjadi salah satu komoditas perikanan unggulan di daerah ini. Namun untuk memenuhi kebutuhan benih patin untuk pembesaran masih disuplai dari daerah lain, salah satunya Bogor. Lokasi yang berjauhan antara Bogor dengan Lampung menyebabkan harga yang diterima oleh para petani pembesar di Lampung menjadi lebih tinggi yaitu sekitar 10-20 persen dari HPP benih ikan patin. Hal tersebut diduga dapat mempengaruhi produksi ikan patin di Kota Metro. Melakukan pembenihan di daerah merupakan salah satu pilihan atau solusi agar harga benih lebih murah dan kualitas benih yang lebih baik. Terdapat dua analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis efisiensi teknis usahasatani dan analisis pendapatan usahatani. Kedua analisis tersebut digunakan untuk mengetahui keragaan dari usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro. Kota Metro dipilih dalam penelitian ini karena Kota Metro merupakan basis pembenihan di Lampung. Efisiensi teknis usahatani pembenihan dilihat dengan membandingkan nilai output observasi Y 1 yang dibandingkan dengan output frontier Y 1 . Analisis ini melihat pengaruh input tersebut terhadap produksi benih patin dilakukan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier. Selain itu dilakukan juga analisis mengenai tingkat pendapatan usahatani pembenihan ikan patin untuk melihat keragaan dan kelayakan usahataninya. Gambar 8 di bawah ini merupakan kerangka berpikir operasional dari penelitian ini. 39 Gambar 8. Kerangka pemikiran Operasional  Peningkatan total produksi perikanan budidaya 353 persen di tahun 2014  Produksi ikan patin ditargetkan meningkat sebesar 1.420 persen dari tahun 2009  Lampung merupakan salah satu daerah pengembangan produksi ikan patin Permasalahan produksi ikan patin di Lampung  Bagaimana tingkat efisiensi teknis pembenihan di Kota Metro?  Faktor apa saja yang mempengaruhi produksi benih di Kota Metro?  Bagaimana tingkat pendapatan pembenih ikan patin di Kota Metro? Keragaan usahatani dan efisiensi pembenihan ikan patin di Kota Metro. Analisis efisiensi teknis model pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier Analisis pendapatan usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro Gambaran efisiensi teknis usahatani pembenihan ikan patin di Lampung dan tingkat pendapatan pembenih. Upaya peningkatan efisiensi teknis usahatani pembenihan patin di Lampung 40 IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian