15
Tabel 9. Rata-rata Sarana Produksi Kegiatan Usaha Pembenihan Ikan Patin di
Desa Tegalwaru 52 Akuarium Tahun 2009.
No Jenis
Satuan Jumlah per Siklus
1 Pakan indukan
Kilogram 67.5
2 Ovaprim
Mili liter 25
3 Artemia
Kilogram 10
4 Cacing sutera
Kilogram 478.8
5 Alat suntik
Unit 7
6 Obat Elbay
GramLiter 5
7 Minyak tanah
Liter 165
8 Listrik
- -
9 Kantong plastic
Kilogram 7
10 Karet gelang
Kilogram 0.25
11 Oksigen
Kantong 252
12 Tenaga kerja
HOK 90.8
13 Transportsi
- -
14 Garam
Kilogram 165.5
Sumber: Zelvina 2009
2.2 Penelitian Terdahulu
Studi mengenai pengukuran efisiensi telah dilakukan oleh Farrell tahun 1957 yang mengajukan pengukuran efisiensi yang terdiri dari dua komponen:
efisiensi teknis, yang merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mendapat output maksimum dari satu set input yang tersedia, dan efisiensi alokasi, yang
merefleksikan kemampuan dari perusahaan menggunakan input dalam proporsi yang optimal, sesuai dengan harga masing-masingnya. Kedua ukuran efisiensi ini
kemudian dikombinasikan akan menyediakan ukuran total efisiensi ekonomi. Pengukuran efisiensi ini mengasumsi bahwa fungsi produksi adalah produsen
yang efisien secara penuh telah diketahui. Efisiensi teknis berdasarkan alat analisisnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu menggunakan pendekatan
stochastic frontier dan pendekatan perbandingan Biaya Korbanan Marjinal BKM dan Net Profit Marjinal NPM. Dalam penelitian ini, analisis efisiensi
teknis akan dilakukan melalui pendekatan stochastic frontier. Kelebihan dari pendekatan stochastic frontier adalah bahwa setiap input yang digunakan dalam
proses produksi mempunyai kapasitas maksimum dan optimal Tasman 2008. Di dalam model stochastic frontier, output diasumsikan dibatasi bounded
dari atas oleh suatu fungsi produksi stokastik. Pada setiap model frontier, simpangan yang mewakili gangguan statistik statistical noise diasumsikan
16
independen dan identik dengan distribusi normal. Distribusi yang paling sering disasumsikan adalah setengah normal half normal. Jika dua simpangan
diasumsikan independen satu sama lain serta independen terhadap input, dan dipasang asumsi distribusi spesifik normal, dan setengah normal secara berturut-
turut, maka fungsi likelihood dapat didefinisikan dan penduga maximum likelihood dapat dihitung. Cara lain yang dapat digunakan adalah melalui estimasi
model dengan OLS dan mengoreksi konstanta dengan menambahkan penduga konsisten dari E u berdasarkan momen yang lebih tinggi dari residual kuadratik
terkecil. Setelah model diestimasi, nilai-nilai v
i
– u
i
juga dapat diperoleh. Adiyoga 1999
Sedangkan analisis pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisis tersebut
dilakukan dengan membandingkan antara total penerimaan dengan pengeluaran atas biaya tunai dan pengeluaran atas biaya diperhitungkan.
2.2.1 Analisis Efisiensi Teknis
Beberapa penelitian terdahulu yang analisis efisiensi teknis dengan menggunkan pendekatan Biaya Korbanan Marjinal BKM dan Net Profit
Marjinal NPM adalah Nugraha 2010. Penelitian tersebut menganalisis mengenai efisiensi produksi usahatani brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Nugraha meneliti mengenai efisiensi produksi usahatani brokoli di Lembang. Tujuan dari penelitiannya adalah 1
menganalisis keragaan usahatani brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang ditinjau dari pendapatan usahataninya dan faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi brokoli. 2 menganalisis efisiensi produksi brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang. Dalam penelitain tersebut peneliti menggunakan metode
pengumpulan data secara purposive sampling terhadap 36 petani brokoli. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi brokoli diantaranya: luas lahan, benih
brokoli, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk urea, pestisida padat, pestisida cair, dan tenaga kerja. Analisis faktor yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas dan
analisis efisiensi yang digunakan adalah dengan membandingakan Biaya Korbanan Marjinal BKM dan Net Profit Marjinal NPM.
17
Penelitian yang menggunakan stochastic frontier diantaranya Ekunwe P.A dan Emokaro C.O 2009 mengenai efisiensi teknis usahatani ikan lele di Kaduna
Nigeria mengajukan beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap produksi usahatani ikan lele diantaranya jumlah benih, jumlah jam kerja, jumlah
pakan pelet dan luas kolam, sedangkan variabel yang diduga mempengaruhi efisiensi teknisbudidaya ikan lele diantaranya jenis kelamin, umur, jumlah
anggota keluarga, pendidikan, dan pengalaman berusahatani. Ugwumba C.O.A 2011 meneliti mengenai efisiensi teknis usahatani ikan
lele di Propinsi Anambra Nigeria, dalam penelitian ini beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap produksi usahatani ikan lele diantaranya jumlah
benih, jumlah hari kerja, modal, dan pakan, sedangkan variabel yang diduga mempengaruhi efisiensi teknis usahatani ikan lele diantaranya umur, tingkat
pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin, akses terhadap kredit, status usahatani, pola usahatani, dan jenis kolam.
Hasil dari penelitian Ekunwe P.A dan Emokaro C.O 2009 dan Ugwumba C.O.A 2011 memiliki beberapa kesamaan dalam hal variabel yang diuji
diantaranya variabel jumlah pakan, modal, jumlah jam kerja, umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, dan status usahatani. Dari penelitian
Ekunwe P.A dan Emokaro C.O 2009 dan Ugwumba C.O.A 2011 didapatkan hasil bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap produksi dan efisiensi usahatani
ikan lele adalah pola usahatani, yaitu pola usahatani intensif akan meningkatkan efisiensi teknis pada usahatani ikan lele, dan jam kerja berpengaruh terhadap
peningkatan produksi biomasa ikan lele. Perbedaan yang mendasar antara penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah objek yang diteliti yaitu benih ikan patin sedangkan penelitian terdahulu lebih fokus pada produksi biomasa dari ika lele sehingga terdapat
perbedaan pada jumlah dan jenis variabel yang digunakan.
2.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani
Zelvina 2009 meneliti mengenai pendapatan usaha pembenihan dan pemasaran benih ikan patin di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor. Zelvina 2009 meneliti mengenai pendapatan usaha pembenihan dan
18
pemasaran benih ikan patin di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa benih patin yang dihasilkan
sebesar 224.000 ekor dan harga benih patin per ekor Rp80, sehingga penerimaan usaha setiap siklusnya Rp17.920.000. Biaya total yang dikeluarkan sebesar
Rp14.178.767, sehingga memberikan tingkat pendapatan sebesar Rp3.760.900 per siklus, RC rasio 1,26. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan input-input,
penerimaan, pengeluaran dan pendapatan usahatani yang dapat menjadi acuan dalam membandingkan antara pembenihan ikan patin di Bogor dan Kota Metro.
Penelitian Brajamusti 2008 menyebutkan hasil yang diperoleh dari perhitungan pendepatan usahatani tahun 2006 atas biaya tunai adalah sebesar
Rp377.092.800, sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar Rp298.901.800. Nilai imbangan penerimaan dan biaya atau RC rasio tunai
usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,95. Sedangkan total RC rasio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,10. Dan
penerimaan usahatani pembenihan larva bawal tahun 2007 atas biaya tunai adalah sebesar Rp509.288.400, sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar
Rp431.097.400. Nilai imbangan penerimaan dan biaya atau RC rasio tunai usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,96. Sedangkan total
RC rasio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,28. Dari dua penelitian tersebut secara umum usahatani pembenihan di Bogor pada sektor
perikanan masih memberikan keuntungan, namun rasio keuntungan yang diberikan pembenihan ikan bawal lebih besar jika dibandingan pembenihan ikan
patin.
19
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis