Varians dan Parameter Model Efek Inefisiensi Teknis Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis

80 kisaran 0,81-0,90, dan terdapat lima orang pada pada kisaran 0,91-1. Secara keseluruhan nilai rata-rata indeks efisiensi pembenih ikan patin di Kota Metro terdapat pada angka 0,79 artinya rata-rata produksi yang dapat dicapai adalah 79,00 persen dari frontier yakni produksi maksimum yang dapat dicapai dengan sistem pengelolaan terbaik the best practiced, hal ini menunjukan bahwa efisiensi usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro masih bisa di tingkatkan sebesar 21 persen melalui adopsi teknologi dan teknis pengelolaan yang lebih baik. Nilai indeks efisiensi hasil analisis dikategorikan sudah efisien karena lebih besar dari 70 persen Adhiana 2005. Menurut Tajerin 2007, tingkat efisiensi yang tinggi dapat mencerminkan dua hal. Di satu sisi, tingkat efisiensi teknis yang tinggi mencerminkan prestasi pembenih ikan dalam manajerial usahatani pembenihan adalah cukup tinggi, penguasaan informasi dan pengambilan keputusan dalam mengelola faktor-faktor penting yang mempengaruhi produksi usaha budidaya usahatani pembenihan berada pada level memuaskan. Di sisi lain, tingkat efisiensi teknis yang tinggi juga merefleksikan bahwa peluang yang kecil untuk meningkatkan produksi, karena senjang antara tingkat produksi yang telah dicapai dengan tingkat produksi maksimum yang dapat dicapai dengan pengelolaan terbaik the best practice cukup sempit.

6.3 Varians dan Parameter Model Efek Inefisiensi Teknis

Tabel 29 menampilkan varians dan parameter model efek inefisiensi teknis fungsi produksi stochastic frontier. Parameter merupakan rasio dari varians efisiensi teknis u i terhadap varians total produksi i , diperoleh nilai sebesar 0,99 . Secara statistik nilai tersebut nyata pada taraf α = 0,2 persen. Angka ini menunjukan 99 persen dari variabel galat di dalam fungsi produksi menggambarkan efiseiensi teknis pembenih, atau 99 persen dari variasi hasil diantara pembenih responden disebabkan oleh perbedaan dari efisiensi teknis dan sisanya 1 persen disebabkan oleh efek-efek stochastic seperti pengaruh cuaca, iklim, keberuntungan, hama dan penyakit, serta kesalahan pemodelan Adhiana 2005. 81 Tabel 29. Varians dan Parameter Model Efek Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Variance Parameters Nilai dugaan T-rasio σ 2 0,045 0.99 1,33 36.406 Sumber: Data Primer 2011 Menurut Tanjung 2003 proses produksi komoditas pertanian, biasanya lebih dipengaruhi oleh peranan efek stochastic v i yang tidak terwakili di dalam model daripada efek-efek non-stochastic seperti efek inefisiensi teknis. Sebesar satu persen inefiensi pembenih dipengaruhi oleh efek stochastic hal ini menujukan bahwa proses managerial dalam pembenihan ikan di Kota Metro mampu meminimalisir faktor alam yang mempengaruhi produksi benih.

6.4 Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis

Pada model Techincal Inefficiency dari lima variabel yang dihipotesiskan, terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata yaitu pengalaman pembenihan Z 1 , pendidikan pembenih Z 2 , dan dummy penyuluhan Z 4 pada taraf nyata α = 30 persen . Berikut ini merupakan Tabel hasil pendugaan efek inefisiensi dan interpretasi dari variabel yang menjadi sumber-sumber inefisiensi teknis usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro: Tabel 30. Pendugaan Model Inefisiensi teknis Stochastic Frontier Usahatani Pembenihan Ikan Patin Di Kota Metro Tahun 2011 Variabel Koefisien Standar Error T-hitung Inefficiency Model Intersep Z Pengalaman Z 1 Pendidikan Z 2 Dummy Kelompok tani Z 3 Dummy Penyuluhan Z 4 Dummy Status usahatani Z 5 1,00 -0,024 -0,054 -0,085 0,126 -0,104 0,792 0,019 0,008 0,141 0,093 0,763 1,26 -1,28 -6,7 -0,60 1,35 -0,13 Keterangan : nyata pada α = 30 Sumber: Data Primer 2011 Dari tabel di atas dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi Tecnical Inefficiency Model. Variabel pengalaman Z 1 , dan pendidikan Z 2 82 memiliki pengaruh negatif terhadap inefisiensi pada taraf nyata = 30 persen, dengan nilai koefisien sebesar -0,024 dan -0,054 menunjukan pengaruh negatif pengaruh pengalaman dan tingkat pendidikan terhadap inefisiensi teknis, sedangkan dummy kelompok tani Z 3 dan dummy status usahatani memiliki pengaruh negatif terhadap inefisiensi namun pada taraf nyata yang signifikan, dan dummy penyuluhan memiliki pengaruh positif terhadap inefisiensi teknis pada taraf nyata α = γ0 persen. Berikut ini model Techinal Inefficiency Pembenihan ikan patin di Kota Metro. Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui variabel-variabel yang menjadi sumber-sumber inefisiensi. Berikut ini adalah penjelasan dan interpretasinya. 1 Pengalaman Pembenihan Faktor pengalaman pembenihan dimasukan ke dalam efek inefisiensi teknis dengan dugaan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis, karena pada beberapa penelitian seperti Tajerin dan Noor 2005, Tajerin 2007, Kabede 2001 menyebutkan bahwa pengalaman merupakan jembatan dari umur, sehingga dengan bertambahnya umur pembenih maka akan menambah pengalaman pembenih dalam usahataninya tersebut. Pada penelitian ini didapatkan pembenih dengan umur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih lama, sehingga pemisahan variabel menjadi variabel umur pembenih dengan pengalaman pembenihan dianggap menjadi tidak relevan. Berdasarkan Tabel 29 menjelaskan bahwa umur pembenih memiliki pengaruh negatif terhadap inefisiensi sebesar - 0,024, atau berpengaruh positif terhadap efisiensi pada taraf nyata α = γ0 persen. Artinya dengan bertambahnya satu tahun pengalaman pembenihan akan meningkatkan efisiensi sebesar 0,024 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal, fenomena ini terjadi karena dengan bertambahnya pengalaman pembenihan akan menambah keterampilan pembenih. Hal ini sesuai dengan penelitian Tajerin dan Noor 2005 dan Tajerin 2007 yang menyebutkan pada pembudidaya yang berumur lebih tua terjadi peningkatan dalam inovasi dan adopsi yang tinggi. Dengan kata lain dibanding pembenih yang berpengalaman, ternyata pembenih yang lebih tua lebih progresif dan mampu mengantisipasi terhadap menurunnya 83 kualitas sumberdaya air kesuburan kimia dan fisik air dan meningkatnya serangan penyakit, sehingga produksi yang dicapai lebih tinggi daripada yang dicapai pembenih yang kurang berpengalaman dalam melakukan antisipasi terhadap perubahan tersebut. 2 Pendidikan Faktor lamanya pendidikan merupakan jumlah waktu tahun yang dihabiskan petani untuk menempuh pendidikan formalnya. Pendidikan dianggap sebagai jembatan dari kemampuan manajerial pembenih dan kemampuan dalam mengadopsi teknologi. Semakin lama waktu yang dihabiskan untuk menempuh pendidikan, diduga akan meningkatkan efisiensi dalam proses produksi benih ikan patin. Berdasarkan Tabel 29, maka lama pendidikan memiliki pengaruh negatif terhadap inefisiensi pada taraf α = 30 persen. Artinya peningkatan satu tahun pendidikan yang dimiliki pembenih dapat meningkatkan efisiensi teknis sebesar 0,054 persen. Fenomena ini menunjukan bahwa dengan semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, maka semakin tinggi kemampuan mereka dalam mengadopsi teknologi dan dapat menggunakan input secara proporsional, sehingga akan meningkatkan efisiensi teknis usahatani pembenihan ikan patin. Tabel 31. Rata-rata Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Pembenihan Ikan Patin di Kota Metro Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Kelompok Tingkat Pendidikan Rata-Rata Tingkat Efisiensi Teknis SD 71 SMP 68 SMA 80 D3-S1 90 Sumber: Data Primer 2011 Berdasarkan Tabel di atas, pembenih dengan kelompok tingkat pendidikan D3-S1 memiliki rata-rata tingkat efisiensi teknis tertinggi yaitu sebesar 90 persen, selanjutnya SMA, SMP dan SD dengan rata-rata nilai tingkat efisiensi teknis sebesar 80 persen, 68 persen, dan 71 persen. Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan atau semakin lama pembenih dalam mengenyam pendidikan formal, maka akan meningkatkan efisiensi teknis. Penelitian ini menghasilkan hasil yang sama dengan penelitian Tajerin dan Noor 2005, Tajerin 2007, dan Kabede 84 2001 yang menemukan pendidikan yang berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis. 3 Kelompok tani Dummy Kelompok tani merupakan suatu lembaga yang mewadahi petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumberdaya dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Fungsi kelompok tani diantaranya sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi. Keikutan pembenih dalam kelompok tani diduga dapat meningkatkan efisiensi. Berdasarkan Tabel 29 dummy kelompok tani memiliki pengaruh yang negatif terhadap inefisiensi produksi benih patin di Kota Metro pada taraf nyata yang tidak signifikan. Nilai koefisien dummy kelompok tani menunjukan angka -0,085 artinya dengan bergabungnya pembenih ikan patin patin ke dalam kelompok tani dapat meningkatkan efisiensi sebesar 0,085 persen. Hal ini disebabkan adanya transfer ilmu, pengalaman, dan teknologi dalam kegiatan kelompok tani. Hal ini sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu keikutsertaan pembenih dalam kelompok tani dapat meningkatkan efisiensi dalam pembenihan ikan patin. Rata-rata pembenih yang masuk ke dalam kelompok tani memiliki efisiensi sebesar 80 persen, sedangkan pembenih yang tidak atau belum masuk kelompok tani memiliki rata-rata efisiensi sebesar 77 persen. 4 Penyuluhan Dummy Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu sarana transfer ilmu dan teknologi baru dalam pembenihan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatan efisiensi teknis usahatani pembenihan ikan patin. Kegitan ini biasa dilaksanakan oleh pihak Dinas Pertanian Bidang Perikanan Kota Metro dengan pembenih. Berdasarkan Tabel 29 variabel dummy penyuluhan memiliki pengaruh positif 0,126 terhadap inefisiensi pada taraf nyata α = γ0 persen. Hal ini tidak sesuai dugaan awal jika pembenih yang mendapatkan penyuluhan akan memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Fenomena ini diduga karena belum diterapkannya hasil penyuluhan ke dalam kegiatan pembenihan. Para-pembenih lebih banyak mengaplikasikan pembenihan berdasarkan pengalaman yang dialami, perlu banyak waktu yang dibutuhkan untuk mempertimbangkan penggunaan metode 85 pembenihan sesuai dengan penyuluhan. Hal ini lebih disebabkan adanya rasa aman dengan menggunakan metode lama. 5 Status Usahatani Dummy Status usahatani membagi usahatani pembenih menjadi dua kelompok, yaitu kelompok usaha utama dan usaha sampingan. Faktor dummy status usahatani memiliki pengaruh positif terhadap inefisiensi pada taraf nyata 10 persen. Berdasarkan Tabel 29 ditemukan nilai variabel dummy status usahatani sebesar -0,104, hal ini menunjukan bahwa status usahatani memiliki pengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis dengan taraf nyata pada α = γ0 persen. Artinya dengan menjadikan usahatani pembenihan sebagai pekerjaan utama, maka akan meningkatkan efisiensi sebesar 0,104 persen. Hal ini sesuai dengan dugaan awal, bahwa status usahatani akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi atau mengurangi inefisiensi. Pembenih yang menjadikan usahatani sebagai pekerjaan utamanya akan mendorong pembenih untuk bekerja secara profesional, sehingga pembenih akan berusaha sebaik-baiknya agar produksi benih bisa optimal. Selain itu pembenih yang menjadikan usahatani pembenihan sebagai usaha utama akan lebih fokus dalam menjalankan usahataninya, sehingga mereka tidak ragu dalam mengalokasikan pendapatannya untuk memperbesar modal usahatani agar usahatani pembenihan ikan patinnya menjadi semakin efisien. 86 VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

7.1 Penggunaan Input Produksi Pembenihan Ikan Patin