52
a. RC 1, maka usahatani tersebut menguntungkan, karena setiap rupiah biaya yang dikeluarakan akan menghasilkan penerimaan sebesar lebih dari
satu rupiah. b. RC = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas karena setiap satu
rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu rupiah.
c. RC 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan
sebesar kurang dari satu rupiah.
4.7 Variabel yang Mempengaruhi Produksi Benih Ikan Patin
Terdapat beberapa variabel yang diduga berpengaruh dalam produksi benih di Kota Metro, Lampung. Dalam penelitian ini variabel yang diduga
berpengaruh diantaranya besar modal yang diinvestasikan, jumlah artemia yang diberikan, jumlah cacing sutera yang dberikan, jumlah pakan indukan yang
diberikan, dan lama jam kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembenihan: 1 Modal
Modal didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik yang habis dalam satu kali proses produksi , maupun tidak habis
dalam sekali proses produksi. Seperti biaya pembelian pakan, indukan, pakan, dan input produksi lainnya. Besar kecilnya modal yang dipakai akan mempengaruhi
skala usaha dari pembenihan itu sendiri, dan mempengaruhi produksi benih patin yang dapat dipanen. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagai mana pengaruh
jumlah modal yang diinvestasikan terhadap produksi benih patin di Kota Metro Lampung.
2 Artemia Artemia merupakan pakan bagi larva ikan patin yang berasal dari jenis
crustaceae tingkat rendah dari phylum arthropoda yang memiliki kandungan nutrisi cukup tinggi. Artemia merupakan pakan alami yang pertama kali
dikonsumsi oleh benih ikan patin, selain bentuknya yang sesuai dengan bukaan mulut benih patin, artemia memiliki kandungan protein hingga 63 persen dari
berat keringnya, selain itu memiliki warna yang menarik, sehingga lebih
53
memudahkan benih patin untuk mengonsumsinya. Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai pengaruh jumlah artemia yang diberikan terhadap benih ikan
patin diduga dapat mempengaruhi produksi akhir dari benih patin yang dapat dipanen.
3 Cacing Sutera Cacing sutera tubifex merupakan pakan kedua benih ikan patin setelah
empat hari mengonsumsi artemia. Pada fase ini benih ikan patin sudah memiliki bukaan mulut yang lebih besar. Cacing sutera sering disebut juga caing rambut,
atau cacing darah, yaitu cacing berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan, hidup diair jernih yang kaya bahan
organik. Cacing ini memimiliki 57persen kandungan prodtein, dan 13 persen kandungan lemak. Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai pengaruh jumlah
cacing sutera yang diberikan terhadap benih ikan patin diduga dapat mempengaruhi produksi akhir dari benih patin yang dapat dipanen.
4 Pakan Indukan Pakan yang dimaksudakan dalam penelitian ini adalah pakan yang
diberikan pembenih kepada indukan patin yang akan dipijahkan. Jumlah pakan yang diberikan secara umum akan berpengaruh terhadap perubahan morfologi dan
fisiologi indukan. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana pengaruh variasi pemberian pakan indukan diantara pembenih yang diduga berpengaruh
terhadap produksi benih ikan patin. 5 Jam Kerja
Jam kerja merupakan, banyaknya jam kerja yang diluangkan oleh pembenih dalam melakukan usahatani pembenihan ikan patin. Benih ikan patin
merupakan fase kritis dalam siklus hidup ikan tersebut. Sehingga pengelolaan yang baik terhadap benih ikan patin diduga dapat mengurangi tingkat kematian
pada benih ikan patin, dan meningkatkan benih ikan patin yang dapat dipanen.
4.8 Definisi Operasional