91
butiran kecil serbuk, dan pakan 0,2 berbentuk butiran yang lebih besar dari pakan 0,1. Harga untuk kedua pakan tersebut sama, sehingga dalam
satu siklus dibutuhkan uang sebesar Rp235.000,00
7.2 Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani pada umumnya terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang langsung
diterima oleh petani dalam bentuk uang tunai dari hasil penjualan benih ikan patin. Sedangkan penerimaan non tunai merupakan penerimaan yang diperoleh
petani tidak dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk seperti konsumsi atau stock benih, namun dalam usahatani ini penerimaan tidak tunai hanya
bersumber dari stock benih ikan patin. Penerimaan usahatani didapatkan dari hasil penjualan jumlah benih patin yang dihasilkan dikalikan dengan harga benih ikan
patin. Jumlah benih ikan patin yang dihasilkan didapat dari memijahkan indukan dengan jumlah rata-rata dua indukan dan rata-rata dipanen diukuran 1,5 inchi
dengan harga jual Rp150ekor. Jumlah benih yang dihasilkan rata-rata menghasilkan 71.875 ekor,
sehingga penerimaan rata-rata per siklus panen benih ikan patin adalah Rp10.781.250,00. Sehingga apabila dalam satu tahun terdapat 11-20 kali siklus
panen, maka penerimaan pembenih ikan patin di Kota Metro dalam satu tahun adalah berkisar antara Rp118.593.750-Rp215.625.000.
7.3 Pengeluaran Usahatani
Pengeluaran usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk menghadirkan input produksi dalam menjalankan usahatani. Pengeluaran dalam
usahatani dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pengeluaran atas biaya tunai dan dan biaya diperhitungkan. Pengeluaran atas biaya tunai adalah biaya yang
dikeluarkan petani secara tunai dari kegiatan usahatani sampai penjualan produk usahatani dalam hal ini adalah benih ikan patin berukuran 1,5 inchi. Sedangkan
biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani secara tidak tunai, misalnya tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa lahan, dan penyusutan alat-alat
penbenihan.
92
Biaya tunai dalam pembenihan ikan patin diantaranya digunakan untuk membayar pakan indukan, ovaprim, artemia, cacing sutera, garam, obat,
gasminyak tanah, oksigen, listrik, alat suntik, kantong plastik, karet gelang, cairan infus, pakan pelet 0,1, dan pakan pelet 0,2. Besar biaya tunai yang
dibutuhkan oleh pembenih ikan patin di Kota Metro adalah Rp2.215.974,49. Sedangkan biaya yang diperhitungkan yaitu Rp1.030.716,47 terdiri dari biaya
penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya sewa lahan. Sehingga total biaya yang dikeluarkan pembenih dalam satu siklus adalah jumlah biaya
tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan yaitu Rp3.246.690,96. Berikut ini Tabel mengenai pengeluaran usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro.
Tabel 33. Pengeluaran Usahatani Pembenihan Ikan Patin di Kota Metro Tahun
2011
No Input Produksi
Jumlah Biaya
A
Biaya Tunai
1 Pakan indukan
260.315,48 2
Ovaprim 97.565,24
3 Artemia
291.930,46 4
Cacing Sutera 641.341,04
5 Garam
24.983,18 6
Obat 27.391,35
7 Gas
12.923,20 8
Minyak Tanah 88.550,00
9 Oksigen
72.877,26 10
Listrik 132.478,30
11 Alat Suntik
1.814,28 12
Kantong Plastik 68.451,46
13 Karet Gelang
21.196,95 14
Cairan infus 6.695,70
15 Pakan pelet 0,1
117.500,00 16
Pakan pelet 0,2 117.500,00
B Total Biaya Tunai
2.215.974,49 C
Biaya Diperhitungkan
1 Penyusutan Alat
579.573,61 2
Tenaga Kerja dalam Keluarga 294.000,00
3 Sewa lahan
357.142,86 D
Total Biaya Diperhitungkan 1.030.716,47
E Total Biaya
4.219.454,40
Sumber: Data Primer 2011
93
7.4 Pendapatan Usahatani