41
4.3 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kasus yang termasuk dalam kategori metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode
penelitian untuk mendapat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Metode kasus merupakan salah satu metode dalam metode deskriptif mengenai suatu fase
spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapa berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Tujuan dari penelitian studi
kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter khas dari kasus, yang kemudian dari
sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu yang bersifat umum Nazir 2005. Atas dasar tersebut, metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan
karakteristik usahatani pembenih di Kota Metro, Lampung.
4.4 Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer berasal
dari pengisisan kuisioner oleh para responden, wawancara dengan pihak terkait dan pengamatan secara langsung. Data primer yang dikumpulkan berupa data
kondisi geografis, dan data mengenai karakteristik usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro, Lampung.
Data sekunder diperoleh dari dinas terkait seperti Dinas Pertanian Bidang Perikanan, KKP, studi pustaka hasil penelitian, buku teks, jurnal, dan literatur
baik media cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan topik penelitian.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama satu minggu yaitu pada tanggal 10 Mei hingga 17 Mei 2011 di Kota Metro, Lampung. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan atau daftar isian terhadap objek yang diteliti, kuisioner yang telah dibuat berisi mengenai karakteristik pembenih, biaya produksi, faktor produksi,
produksi benih di pembenihan Kota Metro, Lampung. Daftar kuisioner akan diisi
42
langsung oleh peneliti berdasarkan data dari responden. Teknik wawancara interview, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan komunikasi tanya
jawab kepada objek yang diteliti dan yang bersangkutan dengan kebutuhan data. Teknik observasi atau pengamatan secara langsung, yaitu cara pengumpulan data
dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti. Kemudian penelusuran literatur, yaitu cara pengumpulan data dengan
menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau laporan data dari penelitian yang berhubungan.
4.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder yang merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data secara kualitatif
dilakukan terhadap karakteristik usahatani di Kota Metro, Lampung. Analisi kuantitatif dilakukan terhadap penerimaan, pendapatan, dan
pengeluaran dari usahatani pembenihan ikan patin. Data yang didapatkan dari 24 orang pembenih di lokasi penelitian di rata-ratakan nilainya manggunakan metode
perataan untuk mendapatkan gambaran umum biaya dan penerimaan usahatani pembenihan ikan patin. Sedangkan analisis efisiensi teknis dilakukan dengan
menggunakan metode OLS dan MLE. Konsep perhitungan fungsi produksi frontier metode MLE pada stochastic frontier diawali dengan pendekatan
perhitungan fungsi produksi rata-rata yang didefinisikan sebagai tingkat produksi maksimum yang dapat dicapai pada tingkat input tertentu pada sejumlah
kelompok observasi. Tahap kedua menggunakan MLE untuk menduga keseluruhan parameter, yaitu parameter produksi
m
, intersep , dan varians
dari kedua komponen kesalahan v
i
dan u
i
σ
v 2
dan σ
v 2
. Data yang didapat diolah menggunakan software pengolah angka
Microsoft Excel, Frontier 4.1, dan SPSS 11.5 for windows. Data dan informasi disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik, dan diagram alir flow chart untuk
mempermudah dalam menganalisis data. Program Frontier versi 4.1 digunakan untuk mendapatkan estimasi nilai
parameter dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic frontier. Program Frontier 4.1 terdiri dari tiga tahap, yaitu :
43
1 Mengkalkulasikan nilai estimasi dari dan
σ
s 2
menggunakan OLS Ordinary Least Square semua nilai estimasi kecuali
unbias. 2 Dua frase grid search
dari fungsi likelihood digunakan untuk
mengevaluasi nilai dari yang nilainya berkisar antara 0 dan 1. 3 Nilai diseleksi melalui tahap kedua digunakan sebagai nilai awal dalam
prosedur iteratif untuk mengestimasi nilai akhir maximum-likelihood.
4.6.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Analisis funggsi produksi dilakukan untuk menjelaskan hubungan antara input dengan output. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi
produksi Cobb-Douglass Stochastic Frontier. Menurut Soekartawi 2002 Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih
variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependent atau variabel yang dijelaskan Y dan variabel independent atau variabel yang
menjelaskan X. Bentuk ini dipilih karena sederhana dan dapat dibuat dalam bentuk fungsi linear.
Tahap-tahap dalam menganalisis fungsi produksi, diantaranya:
1 Identifikasi Variabel Bebas dan Terikat
Identifikasi variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam proses produksi benih patin.
a Variabel bebas Independet variable dilambangkan dengan simbol X, yaitu faktor produksi benih patin yang diuji, terdiri dari X
1
Jumlah modal, X
2
Jumlah artemia, X
3
Jumlah cacing sutera, X
4
Jumlah pakan, dan X
5
Jumlah jam kerja. b Variabel terikat Dependent variable dilambangkan dengan simbol Y,
yaitu produksi benih patin.
2 Analisis Regresi
Analisis regresi yang digunakan untuk menduga model menggunakan fungsi produksi Frontier Cobb-Douglas yang ditranformasikan ke dalam bentuk
fungsi linier logaritma, maka model produksinya dapat ditulis sebagai berikut:
44
Keterangan: Y
= Produksi benih ikan patin ekor X
1
= Jumlah modal Rupiah X
2
= Jumlah artemia kaleng X
3
= Jumlah cacing sutera liter X
4
= Jumlah pakan Kg X
5
= Jumlah jam kerja jam kerja u
= Unsur sisa galat ß
= Intersep ß
i
= Koefisien parameter penduga i=1,2,3,4,5 v
i
-u
i
= error term Nilai koefisien yang diharapkan μ
1
,
2
,
3
,
4
,
5
0. Variabel v
i
merupakan variabel acak bebas yang terdistribusi secara identik iid dengan rataan yang
bernilai nol dan ragam yang konstan N0,σ
v 2
serta bebas dari u
i
. Variabel u
i
yang menggambarkan inefisiensi dalam produksi yang diasumsikan terdistribusi secara bebas diantara setiap observasi dan nilai v
i
. Menurut Coelli, Rao, dan Battese 1998 nilai u
i
tidak boleh negatif dan terdistribusi normal dengan N
i,
σ
u 2
.
3 Pengujian Hipotesis a Pengujian terhadap Model Penduga Uji-F
Pengujian terhadap model penduga dilakukan untuk mengetahui apakah faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
produksi benih patin atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah uji-F. Hipotesis:
H : ß
1
=ß
2
=ß
3
=ß
4
=ß
5
=0 H
1
: salah satu dari ß ada ≠ 0
Keterangan: k
= Jumlah variabel termsuk intersep n
= Jumlah pengamatan atau responden
45
Kriteria uji: F-hitung F-tabel k-1, n-k pada taraf nyata
: tolak H F-hitung F-tabel k-1, n-k pada taraf nyata
: terima H
b Pengujian terhadap Masing-masing Variabel Uji-T
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
Hipotesis: H
: ß
i
=0 H
1
: ß
i
≠0 Rumus untuk uji t, dapat dituliskan sebagai berikut:
Kriteria uji: T-hitung T-tabel
αβ, n-k-1 pada taraf nyata αμ tolak H T-hitung T-tabel
αβ, n-k-1 pada taraf nyata αμ terima H Keterangan:
k : Jumlah variabel bebas
n : Jumlah responden
Jika T-hitung lebih besar dari T-tabel maka parameter bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Sebaliknya jika T-hitung lebih
kecil dari T-tabel maka parameter bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Alternatif pembacaan hasil output dapat juga
dilakukan dengan melihat p-value, dengan kriteria sebagai berikut: i.
Jika p- value α, maka tolak H
. Artinya parameter bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas.
ii. Jika p-
value α, maka terima H . Artinya parameter bebas yang
diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas.
c Pengujian Koefisien Determinasi R
2
Untuk menguji berapa proporsi variasi dari variabel bebas secara bersama- sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas, selain itu untuk mengetahui
seberapa jauh keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel bebas. Rumus koefisien deteminasi dapat dituliskan sebagai berikut:
46
Keterangan: SSE
: Jumlah kuadrat regresi SST
: Jumlah kuadrat total
d Pengujian Multikolinieritas
Beberapa cara untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, diantaranya dengan koefisien determinasi R
2
yang tinggi, atau dapat diukur dengan Variance Inflation Factor VIF yaitu sebagai berikut:
R
j
adalah koefisien determinasi dari model regresi dengan variabel tidak bebas X
j
dan variabel bebas adalah variabel X lainnya. Jika R
j 2
= 0, atau antar variabel bebas tidak berkorelasi, makan nilai VIF = 1. Sebaliknya jika R
j 2
≠ 0, atau ada korelasi antar variabel bebas, maka nilai VIF 1. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa koliniertias tidak ada jika nilai VIF mendekati 1.
Jika nilai R
j 2
= 0, atau antar variabel bebas tidak berkorelasi, maka nilai TOL = 1. Sebaliknya jika R
j 2
= 1, atau ada korelasi antar variabel bebas, maka nilai TOL = 0. Oleh karena itu, berdasarkan ukuran ini dapat disimpulkan bahwa
koliniertias tidak ada jika nilai TOL mendekati 1.
4.6.2 Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis
Metode efisiensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli 1998.
Variabel u
i
yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N
i
, σ
2
.
47
Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis usahatani pembenihan ikan patin dalam penelitian ini adalah Z
1
Lama pengalaman pembenih, Z
2
Tingkat pendidikan pembenih, Z
3
Dummy kelompok tani, Z
4
Dummy penyuluhan dan Z
5
Dummy status usahatani. Dengan demikian parameter distribusi
i
inefisiensi teknis dalam penelitian ini adalah :
+ 4.7
Keterangan: u
= Inefisiensi teknis Z
1
= Pengalaman pembenihan Z
2
= Tingkat pendidikan Z
3
= Dummy kelompok tani Z
4
= Dummy penyuluhan Z
5
= Dummy status ssahatani = Parameter inefisiensi
Pengujian inefisiensi dilakukan dengan menggunakan stochastic frontier. Hasil pengujian peranti lunak Frontier 4.1 akan memberikan nilai perkiraan
varians dari parameter dalam bentuk sebagai berikut :
Nilai gamma berkisar antara nol dan satu. Untuk keputusan penerimaan hipotesa nol atau ditentukan dengan nilai kritis. Efisiensi teknis dari setiap
pembenih dijelaskan oleh output observasi Y
1
yang dibandingkan dengan output frontier Y
1
, atau dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:
Keterangan: Y
1
= Output observasi Y
1
= Outpur frontier
48
Atau Efisiensi teknis pembenih ke-i adalah nilai harapan -u
i
yang dinyatakan dalam rasio sebagai berikut :
Pengujian hipotesis hanya dilakukan untuk hasil output efek efisiensi teknis frontier. Untuk mengetahui apakah ada efek inefisiensi di dalam model
dapat diuji menggunakan nilai LR test of one side error, sedangkan untuk masing- masing variabel penduga apakah koefisien dari masing-masing parameter bebas
i
yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas
i
diuji menggunakan menggunakan T-hitung. Hipotesis pertama :
H :
2
= =
1
=
2
=
3
=
4
=………….
5
= 0 H
1
:
2
= =
1
=
2
=
3
=
4
=………….
5
Hipotesis nol artinya efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika hipotesis ini diterima, maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup
mewakili data empiris. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square.
4.11
Dimana LH dan LH
1
adalah nilai dari fungsi likelihood di bawah hipotesa H dan H
1
. Kriteria uji : LR galat satu sisi
χ
2 restriksi
table Kodde dan Palm maka tolak H LR galat satu sisi
χ
2 restriksi
table Kodde dan Palm maka terima H Tabel chi-square Kodde dan Palm adalah table upper and lower bound
dari nilai kritis digunakan untuk uji bersama persamaan dan pertidaksamaan restriksi.
Hipotesis Kedua : H
μ
i
= 0 H
1
μ
i
≠ 0
49
Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masing-
masing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat inefisiensi di dalam proses produksi.
Uji statistik yang digunakan yaitu :
Kriteria uji : │t- hitung│ T-tabel t
α, n-k-1
: tolak H │t- hitung│ T-tabel t
α, n-k-1
: terima H Keterangan: k
= jumlah variabel bebas n
= jumlah pengamatan responden s i = simpangan baku koefisien efek inefisiensi.
Asumsi yang digunakan untuk model inefisiensi teknis dalam persamaan sebagai berikut :
Tabel 11. Nilai Harapan Terhadap Variabel yang Diuji
Variabel Parameter
Nilai Harapan Pengalaman
1
- Pendidikan
2
- Dummy Kelompok tani
3
- Dummy Penyuluhan
4
- Dummy Status Usahatani
5
-
1. Semakin lama pengalaman pembenih yang mengusahakan usahatani pembenihan ikan patin, diduga akan berpengaruh negatif terhadap
inefisiensi teknis. 2. Semakin lama pendidikan formal pembenih yang mengusahakan usahatani
pembenihan ikan patin, diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.
3. Dummy kelompok tani, angka satu untuk pembenih yang mengikuti kelompok tani dan angka nol untuk pembenih yang tidak mengikuti
kelompok tani. Jika pembenih yang mengusahakan usahatani pembenihan
50
ikan patin adalah pembenih yang mengikuti kelompok tani makan diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.
4. Dummy penyuluhan, angka satu untuk pernah mengikuti penyuluhan dan angka nol untuk tidak pernah mengikuti. Jika pembenih yang
mengusahakan usahatani pembenihan ikan patin adalah pernah mengikuti penyuluhan, diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.
5. Dummy status usahatani, pemberian angka satu untuk usaha utama dan angka nol untuk usaha sampingan. Jika pembenih yang mengusahakan
usahatani pembenihan ikan patin sebagai usaha utama, diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.
4.6.3 Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total
dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya dalam periode tertentu Soekartawi et al. 1984.
Secara umum pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Dalam hal ini pendapatan usahatani pembenihan ikan patin
merupakan selisih antara penerimaan total pembenih dengan pengeluaran total pembenih dalam satu siklus produksi.
Perhitungan pendapatan usahatani atas biaya tunai dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut, yaitu:
TR = PxQ
Keterangan : Y
tunai
= Pendapatan tunai pembenih TR
= Penerimaan total pembenih ikan patin Bt
= Biaya tunai Bd
= Biaya yang diperhitungkan P
= Harga benih patin Q
= Jumlah benih patin Sedangkan untuk menghitung pendapatan atas biaya total adalah sebagai berikut:
TC = Bt+Bd
51
Keterangan: Y
total
= Pendapatan total pembenih TR
= Penerimaan total pembenih ikan patin TC
= Pengeluaran total Bt
= Biaya tunai Bd
= Biaya yang diperhitungkan Biaya penyusutan alat-alat pembenihan dihitung dengan membagi nilai
pembelian dikurangi nilai sisa yang dibagi dengan umur ekonomisnya. Metode yang digunakan menggunakan metode garis lurus. Rumus dapat dituliskan secara
matematis sebagai berikut:
Keterangan Nb
= Nilai pembelian Ns
= Nilai sisa N
= Umur ekonomis
4.6.4 Analisis Rasio RC Ratio
Analisis RC rasio merupakan perbandingan antar penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. RC rasio terbagi menjadi dua, RC rasio atas biaya tunai
dan RC rasio atas biaya total. Analisis RC rasio dapat dijadikan gambaran efisiensi dari usahatani. Adapun rumus matematisnya adalah sebagai berikut:
Keterangan: TR
= Penerimaan total pembenih ikan patin Bt
= Biaya tunai Bd
= Biaya yang diperhitungkan Terdapat beberapa kriteria yang dapat ditunjukan dari hasil analisis RC
rasio, kriteria tersebut menunjukan tingkat keuntungan dari usahatani yang dilakukan, diantaranya:
52
a. RC 1, maka usahatani tersebut menguntungkan, karena setiap rupiah biaya yang dikeluarakan akan menghasilkan penerimaan sebesar lebih dari
satu rupiah. b. RC = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas karena setiap satu
rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu rupiah.
c. RC 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan
sebesar kurang dari satu rupiah.
4.7 Variabel yang Mempengaruhi Produksi Benih Ikan Patin