Batas maksimum asupan harian logam Cd yang dapat ditolerir menurut JEFCA Joint Expert Comitte on Food Additives of the Food and Agriculture
adalah 0,06 mg per 60 kg berat badan. Walaupun sebagian besar beras yang dihasilkan dari lokasi penelitian Gambar 7 masih aman dikonsumsi, namun tetap
perlu diperhatikan karena tingkat toksisitas Cd sangatlah tinggi, dalam konsentrasi rendah dapat menyebabkan keracunan.
Slamet 1994 mengungkapkan bahwa tubuh manusia tidak memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, oleh karena itu Cd sangat beracun bagi
manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gasterointestinal, dan penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan Cd sangat mirip dengan penyakit
glomerulo-nephritis biasa, hanya pada fase lanjut dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan fraktur patah tulang-tulang punggung yang multipel, dikenal
dengan penyakit Itai-Itai. Gejalanya adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influenza, dan sterilitas pada laki-
laki.
5.4. Korelasi antara Konsentrasi Total Logam Berat dalam Tanah dengan Konsentrasi Logam dalam Beras
Keberadaan logam berat dalam beras dapat dipengaruhi oleh kadar logam berat dalam tanah. Pola hubungan keduanya dapat diketahui melalui analisis
korelasi. Koefisien korelasi adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih Mattjik dan Sumertajaya,
2002. Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh nilai r yang rendah antara
kadar total logam berat Cu, Zn dan Cd dalam tanah dengan kadar logam berat Cu, Zn, dan Cd dalam beras. Nilai korelasi Cu tanah dengan Cu beras adalah = 0,333
P = 0,267, Zn tanah dengan Zn beras = 0,436 P = 0,136 dan Cd tanah dengan Cd beras = 0,398 P = 0,178. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara konsentrasi Cu dalam tanah dengan Cu dalam beras, Zn dalam tanah dengan Zn dalam beras, dan Cd dalam tanah dengan Cd dalam beras.
Hasil analisis korelasi antara konsentrasi total logam berat Pb dalam tanah dengan konsentrasi logam Pb dalam beras diperoleh nilai Pearson correlation r
= 0,979 dengan peluang nyata 0,001. Nilai korelasi antara konsentrasi logam Pb dalam tanah dan konsentrasi logam Pb dalam beras bernilai positif dan tingkat
hubungan linier keduanya terlihat sangat erat karena nilai korelasinya mendekati satu. Nilai peluang nyatanya sangat kecil, yaitu jauh lebih kecil dari taraf nyata α
0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan linier yang nyata antara konsentrasi total logam berat Pb dalam tanah dengan konsentrasi logam
berat Pb dalam beras. Semakin tinggi konsentrasi total logam Pb dalam tanah maka semakin tinggi pula konsentrasi logam Pb dalam beras.
5.5. Tingkat Kecemaran Logam Berat
Suatu daerah dapat dinyatakan tercemar atau tidak tercemar dapat dilihat melalui tingkat kecemaran logam beratnya. Tingkat kecemaran logam berat ini
ditentukan oleh kadar bahan organik tanah, kadar liat, dan kadar logam berat terukur dalam tanah. Menurut Lacatusu 2000 status kontaminasipencemaran
logam berat dalam tanah diukur berdasarkan nilai indeks cp contaminationpollution. Istilah kontaminasi tanah merujuk pada kisaran kadar
logam berat yang terukur dalam tanah yang belum atau tidak akan segera memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau
komponen lingkungan lainnya. Sementara itu istilah pencemaran tanah merujuk pada kisaran kadar logam berat yang terukur dalam tanah yang telah
menyebabkan pengaruh negatif pada beberapa atau seluruh komponen lingkungan. Tingkat kontaminasipencemaran logam berat Cu, Zn, Pb, dan Cd di
lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Tingkat kontaminasipencemaran indeks cp logam berat di Kota Tangerang
Kelurahan Indeks cp
Status Kontaminasi Cu
Zn Pb
Cd Cu
Zn Pb
Cd
Periuk 0,73
0,45 0,19
0,34 KB
KS KR
KS Sepatan
0,67 0,38
0,79 0,22
KB KS
KSB KR
Neglasari 0,76
0,29 0,13
0,16 KSB
KS KR
KR Batujaya
0,53 0,35
0,12 0,11
KB KS
KR KR
Karangsari 0,66
0,41 0,14
0,22 KB
KS KR
KR Pajang
0,68 0,48
0,11 0,21
KB KS
KR KR
Jurumudi 0,72
0,49 0,15
0,29 KB
KS KR
KS Pakojan
0,83 0,39
0,27 0,28
KSB KS
KS KS
Kunciran Indah 1,00
0,37 0,29
0,18 KSB
KS KS
KR Kunciran
0,61 0,23
0,20 0,15
KB KR
KR KR
Pondok Bahar 0,68
0,30 0,16
0,20 KB
KS KR
KR Gondrong
0,63 0,27
0,15 0,21
KB KS
KR KR
Porisgaga 0,85
0,47 0,22
0,15 KSB
KS KR
KR
Ket: KSR = kontaminasi sangat ringan KR = kontaminasi ringan
KS = kontaminasi sedang KB = kontaminasi berat
KSB = kontaminasi sangat berat
Pada Tabel 13 terlihat bahwa semua lahan sawah di lokasi penelitian hanya menunjukkan tingkat terkontaminasi, yaitu terkontaminasi Cu dengan skala berat
sampai sangat berat, terkontaminasi Zn dengan skala ringan sampai sedang, terkontaminasi Pb dengan skala ringan sampai sangat berat, dan terkontaminasi
Cd dengan skala ringan sampai sedang. Walaupun masih dikategorikan aman karena belum atau tidak akan segera memberikan dampak negatif bagi
pertumbuhan tanaman, namun perlu adanya perhatian serius dan pemantauan kadar logam berat secara teratur, mengingat sifat logam berat yang sukar diurai
oleh mikroorganisme tanah sehingga berpotensi masuk dalam tubuh manusia melalui daur rantai makanan.
Keberadaan logam berat dalam tanah di lokasi penelitian diduga berasal dari batuan induk, polusi udara, dan kegiatan pertanian itu sendiri, dan bukan berasal
dari pencemaran air yang digunakan sebagai irigasi. Hasil pengukuran konsentrasi logam berat dalam air dan sedimen di beberapa titik saluran irigasi di Kota
Tangerang tidak melebihi ambang batas yang diperbolehkan untuk pertanian yang diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Konsentrasi logam berat terukur dalam air dan sedimen di beberapa titik saluran irigasi di Kota Tangerang dapat
dilihat pada tabel 14 dibawah ini. Tabel 14. Konsentrasi logam berat Cu, Zn, Pb dan Cd terukur dalam air dan
sedimen pada saluran irigasi di Kota Tangerang
Logam Lokasi Titik Sampling
Periuk Neglasari
Batujaya Pondok Bahar
a. Air ------------------------------ mgl ------------------------------
Cu
0.025 0.021
0,025 0.055
Zn
0.059 0,008
0.020 0.048
Pb
0.181 0.156
0.215 0.157
Cd
0,005 0,005
0,005 0,005
b. Sedimen ------------------------------ mgl ------------------------------
Cu
20.36 18.53
13.40 27.58
Zn
36.38 40.09
31.00 62.59
Pb
38.70 24.22
22.61 23.59
Cd
0,005 0,005
0,005 0,005
Berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001, mutu air untuk lahan pertanian tidak boleh mengandung logam Cu lebih dari 0,2 mgl; Zn 2 mgl; Pb 1 mgl; Cd 0,01
mgl. Konsentrasi logam berat Cu dalam air pada saluran irigasi di Kota Tangerang berkisar antara 0,025-0,055 mgl; Zn 0,008-0,059 mgl; Pb 0,156-
0,215 mgl; dan Cd 0,005 mgl. Jika dibandingkan dengan baku mutu air untuk lahan pertanian seperti yang tercantum dalam PP RI No. 82 tahun 2001, maka air
pada saluran irigasi tersebut masih layak digunakan untuk mengairi lahan pertanian di Kota Tangerang.
Konsentrasi logam berat yang terukur pada air nilainya rendah, namun konsentrasi logam berat yang terukur pada sedimen sangat tinggi. Konsentrasi
logam Cu dalam sedimen berkisar antara 13,40-27,58 mgl; Zn 31,00-62,59 mgl; Pb 22,61-38,70 mgl; dan Cd 0,005 mgl. Konsentrasi logam berat dalam
sedimen lebih tinggi dibandingkan konsentrasi logam berat dalam air menunjukkan terjadinya akumulasi logam berat dalam sedimen. Hal ini
dimungkinkan karena logam berat dalam air mengalami proses pengenceran dengan adanya pengaruh pola arus air. Rendahnya logam berat dalam air irigasi
bukan berarti bahan cemaran yang masuk ke saluran irigasi mengandung logam berat yang rendah, tetapi lebih disebabkan karena kemampuan perairan tersebut
untuk mengencerkan bahan cemaran yang cukup tinggi. Namun baku mutu logam berat dalam sedimen belum ditetapkan di Indonesia, padahal sebagian besar logam
berat yang masuk ke badan air lebih banyak mengendap di dasar sungai terakumulasi dalam sedimen.
Walaupun konsentrasi logam berat dalam tanah di lokasi penelitian masih tergolong di bawah batas normal, namun di beberapa titik pengambilan contoh
beras menunjukkan kadar logam berat dalam beras telah melebihi batas maksimum yang diperbolehkan oleh BPOM Tabel 12. Hal ini merupakan
indikasi terjadinya pencemaran logam berat, namun belum dapat dipastikan asalsumber pencemar yang menyebabkan masuknya logam berat dalam tanah
maupun beras di lokasi penelitian. Oleh karena itu perlu adanya suatu studi lanjutan untuk mengetahui sumber pencemar logam berat secara pasti, apakah
berasal dari industri, transportasi, rumah tangga atau kegiatan pertanian itu sendiri.
5.6. Pengelolaan Lahan Pertanian Ramah Lingkungan