lainnya di dalam tanah. Soepardi 1983 menyatakan bahwa pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruh
langsungnya terhadap tersedianya unsur hara dan adanya unsur-unsur beracun. Dalam keadaan masam kation logam sangat larut dan tersedia bagi tanaman.
Kation logam berat lebih mudah bergerak dalam kondisi masam Alloway, 1995. Bahan organik dapat mengurangi pengaruh buruk yang mungkin
ditimbulkan oleh logam berat dan mempertahankan tanaman dalam keadaan normal. Bahan organik dapat membentuk senyawa komplek dengan logam berat
yang disebut komplek organik logam. Pembentukan komplek organik logam dapat menurunkan kelarutan logam-logam berat Stevenson, 1994.
Adanya bahan organik akan menyebabkan terjadinya kelat dengan kation- kation logam. Senyawa-senyawa humat efektif dalam mengikat unsur logam Fe,
Cu, Zn dan Mn. Dalam tanah masam, unsur logam tersebut terdapat dalam konsentrasi yang tinggi dan menyebabkan masalah keracunan pada tanaman.
Pemberian humus pada tanah masam akan membuat sebagian unsur logam terambil dari larutan melalui pembentukan kompleks dengan senyawa-senyawa
humat. Logam berat dalam tanah dapat berada dalam bentuk ion atau berikatan
dengan mineral maupun bahan organik tanah. Dalam larutan tanah, kebanyakan logam berat kecuali As, Sb, Sn, Mo dan V merupakan kation-kation sehingga
dijerap oleh muatan negatif permukaan koloid tanah Alloway, 1995. Peningkatan muatan negatif liat akan mampu meningkatkan kapasitas
jerapan kation dalam jumlah yang lebih banyak. Proses pengendapan ion-ion logam dalam larutan tanah menjadi bentuk tak tersedia akan mengurangi pengaruh
logam berat terhadap pertumbuhan tanaman. Mobilitas dan ketersediaan logam berat tergantung pada cara dan kekuatan fiksasi logam berat oleh komponen tanah
khususnya oleh fraksi liat Czurda et al., 1996 dalam Rahmawati, 2006.
2.7. Pencemaran Logam Berat di Tanah
Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungannya dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang beterbangan di udara
akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran
tanah. Terlepas dari mana sumbernya, unsur beracun ini dapat mencapai tanah, sehingga menjadi bagian dari lingkar hidup tanah – tumbuhan – hewan – manusia
Gambar 2.
Sumber: Soepardi 1983
Gambar 2. Sumber dari logam berat dan perputarannya dalam ekosistem
Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah sangat rendah di dalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah
tersebut sudah tercemar Darmono, 1995. Kandungan logam berat dalam tanah secara alamiah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan logam berat dalam tanah secara alamiah
Logam Kisaran
Rataan
-------------------------µgg------------------------- As
Co Cu
Pb Zn
Cd Hg
5 - 3000 1 - 40
2 - 300 2 - 200
10 - 300 0,05 - 0,7
0,01 - 0,3 100
8 20
10 50
0,06 0,03
Sumber: Peterson dan Alloway 1979 dalam Darmono 1995
Aktivitas manusia anthropogenic merupakan kontributor yang besar bagi keberadaan logam berat dalam tanah. Penggunaan logam berat seperti Cd, Ni, Pb,
Zn, dan Cu oleh masyarakat modern berturut-turut 0,5, 20, 240, 250, dan 310 juta
• Produk industri • Pembakaran
bahan bakar • Pupuk
• Pestisida
Batuan Udara
Tanah Air
Tanaman Burung
Ternak Ikan
Manusia
ton dengan kecenderungan terus meningkat Nriagu, 1984 dalam Notodarmojo, 2005. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam tanah melalui pupuk, pestisida,
emisi kendaraan bermotor, dan industri. Adapun bentuk logam berat dalam tanah dapat bermacam-macam. Menurut
Verloo 1993 keseluruhan logam berat yang ada dalam tanah dapat dipilahkan menjadi berbagai fraksi atau bentuk, yaitu:
1 larut air, berada dalam larutan tanah; 2 tertukarkan, terikat pada tapak-tapak jerapan adsorption sites pada koloid
tanah dan dapat dibebaskan oleh reaksi pertukaran ion; 3 terikat secara organik, berasosiasi dengan senyawa humus yang tidak
terlarutkan; 4 terjerat occluded di dalam oksida besi dan mangan;
5 senyawa-senyawa tertentu, seperti karbonat, fosfat, dan sulfida; 6 terjerat secara struktural di dalam mineral silikat atau mineral primer.
Beberapa penelitian mengenai pencemaran logam berat dalam tanah pertanian telah dilakukan. Rahmawati 2006 menyatakan bahwa kadar total
logam berat dalam tanah pertanian di sekitar kawasan industri Cikarang Kabupaten Bekasi berada di atas kisaran kadar normal Pb sebesar 28,84-150
mgkg, Zn sebesar 645,69-1293,65 mgkg, Cd sebesar 1,05-31,70 mgkg, Cu sebesar 17,44-90,61 mgkg, Co sebesar 4,27-61,77 mgkg dan Ni sebesar 4,70-
23,40 mgkg. Hal yang sama juga terjadi pada lahan sawah di sepanjang sub-DAS Serang,
Kudus yang mendapatkan pengairan dari sungai yang tercemar limbah pabrik kertas Sutrisno dan Mulyadi, 2008. Hasil analisis contoh tanahnya mengandung
logam berat Cu, Pb dan Cd berturut-turut sebesar 46-94 mgkg, 17-24 mgkg dan 0,2-0,4 mgkg, sedangkan pada gabahnya mengandung Cu 2,25-5 mgkg, Pb 0-
0,59 mgkg dan Cd 0,01-0,11 mgkg. Menurut Istikasari 2004, telah terjadi pencemaran logam berat Pb, Cu, Fe
dan Hg dalam tanah dan beras akibat kegiatan pertambangan emas di daerah pengolahan emas tanpa izin Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Kisaran
kadar logam dalam tanah adalah Pb 0,33-12,94 ppm, Cu 5,42-29,76 ppm, Fe 262,82-804,89 ppm dan Hg 5,52-99,08 ppm. Sedangkan dalam beras terdeteksi
logam Pb sebesar 0,44-3,69 ppm, Cu 0,01-1,19 ppm, Fe 2,51-43,56 ppm dan Hg 13,70-251,30 ppb.
Sumber cemaran Cd pada tanah pertanian diketahui berasal dari penggunaan pupuk kandang dan pupuk P secara terus-menerus dengan dosis yang cenderung
berlebih. Seperti pada tanah pada lahan budidaya sawi putih di sentra produksi hortikultura Lembang, Jawa Barat mengandung logam berat Cd dengan rataan
konsentrasi Cd sebesar 2,01 mgkg pada lahan dengan produktivitas tinggi, 2,26 mgkg pada lahan dengan produktivitas sedang dan 1,43 mgkg pada lahan
dengan produktivitas rendah Andayasari, 2009.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian