Tabel 7. Jenis janah, tekstur, dan bahan induk di lokasi penelitian
Kelurahan Macam Tanah
Tekstur Bahan Induk
Periuk Asosiasi Latosol Coklat
Kemerahan dan Laterit Air Tanah halus
Tufa Volkan Intermedier
Sepatan Aluvial Coklat Kekelabuan
sedang Endapan liat
Neglasari
Kompleks Aluvial Coklat Kekelabuan dan Aluvial Kelabu
sedang Endapan liat dan
pasir Batujaya
Asosiasi Podzolik Coklat Kekuningan dan Hidromorf
Kelabu agak
kasar Batu liat, batu
pasir
Pakojan
Latosol Merah halus
Tufa Volkan Intermedier
Kunciran Indah
Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Laterit Air Tanah
halus Tufa Volkan
Intermedier Kunciran
Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Laterit Air Tanah
halus Tufa Volkan
Intermedier
Pondok Bahar
Glei Humus Rendah sedang
Endapan liat
Gondrong
Aluvial Kelabu sedang
Endapan liat Karangsari
Asosiasi Podzolik Coklat Kekuningan dan Hidromorf
Kelabu agak
kasar Batu liat, batu
pasir
Pajang Asosiasi Podzolik Coklat
Kekuningan dan Hidromorf Kelabu
agak kasar
Batu liat, batu pasir
Jurumudi Asosiasi Podzolik Coklat
Kekuningan dan Hidromorf Kelabu
agak kasar
Batu liat, batu pasir
Poris Gaga
Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Laterit Air Tanah
halus Tufa Volkan
Intermedier
Sumber: Lembaga Penelitian Tanah 1980
4.4. Kualitas Udara
Kota Tangerang berdasarkan kriteria ukuran sebuah kota termasuk ke dalam kategori kota metropolitan. Salah satu permasalahan yang sering timbul pada kota
metropolitan adalah meningkatnya jumlah partikel-partikel berbahaya pada udara yang mengakibatkan penurunan kualitas udara. Partikel berbahaya seperti logam
berat yang terekspos ke udara akan terdeposisi masuk ke dalam air dan tanah jika terjadi hujan. Hasil penelitian Puspadewi 2003 menunjukkan bahwa kadar
logam Pb di udara Kota Tangerang cenderung di atas nilai ambang batas, terutama di lokasi yang dekat dengan jalan raya dan industri Tabel 8. Nilai ambang batas
Pb di udara adalah 2 μgm
3
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional.
Tabel 8. Konsentrasi timbal di udara Kota Tangerang
No. Titik Sampling
2000 2002
---------- μgm
3
----------
1 Pemukiman Cipondoh
1,1 1,15
2 Kepadatan jalan raya Sukasari
- 7,6
3 Kantong industri Cikokol
4,24 4,06
Sumber: Puspadewi 2003
Penentuan kualitas udara juga dapat dilihat dari beberapa parameter lainnya, diantaranya adalah SO
2
, CO, NO
2
, O
3
, HC, TSP Total Suspended Particulate, NH
3
, dan H
2
S. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang 2009 pada 39 titik baik itu perkantoran, pasar, terminal,
perumahan, zona industri, dan pertigaan jalan raya, diperoleh hasil rataan pengamatan yang menunjukkan bahwa parameter hidrokarbon 164 mgl dan
TSP 308,4 mgl telah melebihi baku mutu udara ambien nasional yaitu 160 mgl dan 230 mgl. Sedangkan kadar SO
2
, CO, NO
2
, O
3
, Pb, NH
3
, dan H
2
Secara umum, kualitas udara ini tidak terlalu buruk, walau demikian sebagai daerah metropolitan, Kota Tangerang berpotensi mengalami peningkatkan
aktivitas yang luar biasa di segala bidang. Hal ini berpotensi akan menurunkan kualitas udaranya. Selain itu, logam berat yang terekspos di udara dapat jatuh dan
masuk ke dalam tanah apabila turun hujan. Oleh karena itu, sejak dini perlu dilaksanakan program-program yang dapat mencegah dan mengurangi penurunan
kualitas udara. Upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran udara yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang adalah sebagai berikut :
S masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dalam PP RI No. 41 Tahun 1999
Lampiran 3.
•
Mewajibkan pemasangan alat pengendalian pencemaran bagi sumber pencemar tetapindustri.
•
Daur ulang limbah, memanfaatkan limbah yang ditangkap oleh alat pengendali pencemaran udara untuk kemudian digunakan dalam proses sendiri atau proses
industri lain.
•
Pencegahan limbah, misalnya penutupan bocoran, pencegahan tumpukan limbah atau pemakaian kemasan yang dapat dipakai kembali.
•
Melaksanakan pemeriksaan dan perawatan kendaraan secara berkala, terutama bagi kendaraan plat merah dan plat kuning serta memperketat prosedur KIR.
•
Menyebarkan pusat-pusat aktivitas masyarakat tidak berpusat pada titik-titik tertentu saja.
•
Melakukan pembinaan, pengawasan dan penindakan kepada industri-industri dan pihak lain yang berpotensi melakukan pencemaran udara.
•
Melakukan pengawasan dan penindakan kepada kendaraan bermotor yang memproduksi limbah udara di atas ambang batas normal.
•
Melakukan penghijauan dan membangun beberapa ruang terbuka hijau yang dapat berfungsi menetralisir kualitas udara.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Invetarisasi Lahan Sawah di Kota Tangerang