terendah berasal dari kelurahan Kunciran 18,15 mgkg. Tanaman mengambil unsur Zn dalam bentuk Zn
++
. Tingginya serapan Zn oleh tanaman dipengaruhi oleh tingkat kelarutan Zn
++
Batas maksimum Zn dalam produk berastepung menurut Direktorat Jenderal Pengawasan Makanan dan Obat adalah 40 mgkg Keputusan Dirjen
POM No. 03725BSKVII1989. Dengan demikian kadar Zn dalam beras yang berasal dari kelurahan Periuk 75 mgkg dan Sepatan 44 mgkg sudah melebihi
batas maksimum yang diperbolehkan, sedangkan beras dari lokasi lainnya masih di bawah ambang batas maksimum yang diperbolehkan.
di dalam tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan Zn dalam tanah adalah pH, bahan organik, adsorption site, aktivitas
mikroba, kelembaban, iklim dan interaksi antara Zn dengan unsur makro mikro dalam tanah dan tanaman Alloway, 1995.
Seng sebagai unsur mineral mikro dibutuhkan dalam tubuh. Seng adalah mineral esensial yang ditemukan pada hampir semua sel. Seng dapat menstimulasi
aktivitas 100 macam enzim dan terlibat sebagai kofaktor pada 200 jenis enzim lainnya. Seng dinyatakan sebagai mineral yang berperan untuk meningkatkan
reaksi biokimia di dalam tubuh. Mineral ini mendukung kinerja sistem imun yang diperlukan dalam penyembuhan luka, membantu memelihara fungsi indra
penciuman dan pengecap, serta dibutuhkan dalam sintesis DNA dan RNA. Seng juga turut mendukung pertumbuhan yang normal selama kehamilan, masa kanak-
kanak, dan dewasa. Angka kecukupan gizi Zn yang dianjurkan untuk anak-anak usia 9 tahun ke bawah adalah 1,3-11,2 mghari, pria dengan usia 10 tahun ke atas
13,4-17,4 mghari dan wanita di atas usia 10 tahun adalah 9,3-15,4 mghari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2005.
Defisiensi Zn secara nutrisional dapat menyebabkan pertumbuhan dan masa dewasa kelamin terhambat, anemia, dermatitis, gangguan liver, anoreksia,
gangguan neurosensor, dan tingkah laku abnormal. Sedangkan kelebihan Zn juga dapat mengganggu metabolisme Fe dan Cu dalam tubuh Darmono, 1995.
c. Timbal Pb
Pencemaran Pb pada tanah terbuka permukaan tanah pada umumnya berasal dari pembakaran bensin dari kendaraan bermotor. Timbal digunakan
sebagai bahan aditif pada BBM agar tidak terjadi letupan anti knocking agent. Penggunaan dalam industri misalnya sebagai bahan bakar, pigmen dalam cat, aki
mobil, kabel, pipa PVC Lu, 1995. Gambar 6 di bawah ini memperlihatkan konsentrasi Pb pada tanah sawah dan beras di Kota Tangerang yang pada
umumnya berlokasi di dekat jalan raya dan industri.
Gambar 6. Konsentrasi total logam Pb dalam tanah dan beras.
Konsentrasi total Pb dalam tanah tertinggi terdapat pada lahan sawah di kelurahan Sepatan yaitu 90,6 mgkg Gambar 6. Beras yang dihasilkan dari
daerah ini pun mengandung logam Pb sebesar 7,68 mgkg. Tingginya konsentrasi Pb tersebut diluar dugaan karena jalan akses ke lahan pertanian ini hanya jalan
lokal. Namun tingginya konsentrasi Pb dalam tanah maupun gabah dapat diduga berasal dari cemaran industri yang ada di dekatnya maupun limbah rumah tangga
masyarakat sekitar. Berdasarkan pengamatan pada waktu pengambilan sampel terlihat bahwa beberapa pabrik di sekitarnya mengeluarkan asap hitam dari
cerobong yang diduga mengandung logam berat. Tingginya kadar Pb dalam tanah dan beras di lokasi ini perlu mendapat perhatian dan perlu adanya studi lebih
lanjut mengenai sumber pencemar Pb.
Menurut Lia 2004 kadar ambien logam Pb total dalam permukaan tanah 0-30 cm pada tanah bertipe batuan sedimen liat daerah Sukabumi, Tangerang
dan Bandung, tuf volkan intermedier daerah Subang dan Purwakarta, dan sedimen pasir daerah Karawang berturut-turut adalah 24,6-34,47 mgkg; 29,40-
36,10 mgkg; dan 17,82 mgkg. Sedangkan batas kritis Pb dalam tanah yang ditetapkan oleh Ministry of State for Population and Environmental of Indonesia
and Dalhouise University, Canada Kurnia et al., 2004 adalah sebesar 100 mgkg. Berdasarkan kriteria tersebut maka kandungan logam Pb dalam tanah pada
lahan persawahan di lokasi penelitian masih di bawah batas normal. Namun demikian patut diwaspadai kandungan logam Pb dalam beras. Beras
yang dihasilkan dari lokasi penelitian mengandung logam Pb dengan kisaran 0,11- 7,68 mgkg. Pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan
menetapkan batas maksimum logam Pb dalam serealia dan produk serealia adalah sebesar 0,3 mgkg ditetapkan dalam Peraturan Kepala BPOM No
HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan. Dengan demikian, beras yang dihasilkan dari kelurahan
Periuk, Sepatan, Pakojan, Kunciran Indah, Kunciran, dan Pondok Bahar sudah di atas batas maksimum, dengan konsentrasi berturut-turut sebagai berikut 0,71
mgkg; 7,68 mgkg; 0,43 mgkg; 0,57 mgkg; 0,33 mgkg; dan 0,35 mgkg. Cemaran logam Pb dalam beras diduga berasal dari asap pabrik dan emisi
kendaraan bermotor. Lokasi lahan sawah yang ada di kelurahan Periuk merupakan jalan utama menuju pabrik-pabrik yang ada di Kecamatan Periuk, sehingga
mobilitas kendaraan yang melewati jalan ini relatif tinggi. Total industri besar maupun kecil di Kecamatan Periuk termasuk tiga besar di Kota Tangerang, yaitu
berjumlah 70 buah BPS Kota Tangerang, 2009. Sementara lokasi lahan sawah yang ada di kelurahan Pakojan, Kunciran Indah, Kunciran, dan Pondok Bahar
berada di pinggir ruas jalan tol Jakarta-Merak. Cemaran logam Pb dalam tanah dan beras ditemukan pada lahan sawah
intensifikasi di pinggir jalan raya kelas I di daerah Delanggu–Jawa Tengah, dengan kisaran 6,37-17,07 mg Pbkg dalam tanah dan 0,056-1,222 mg Pbkg
dalam beras Subowo et al., 1998. Begitu pula hasil penelitian pada tanah pertanian di kawasan perkotaan dan industri di wilayah sub-sub-DAS Cileungsi
Tengah, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Sudadi, 2009. Pada musim kemarau September 2005 tanah pertanian di Kabupaten Bogor tersebut mengandung logam
Pb 15,55-88,90 mgkg dan pada musim hujan Februari 2006 kadar Pb yang terukur adalah 20,04-81,80 mgkg Sudadi, 2009.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Istikasari 2004 menyatakan bahwa hasil produksi padi di beberapa desa di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor
mengandung logam Pb dalam beras. Kadar logam Pb yang terdeteksi pada beras berkisar antara 0,50-4,26 mgkg. Masuknya logam Pb dalam beras tersebut
bersumber dari limbah pengolahan emas tanpa izin di daerah tersebut. Istikasari 2004 menduga logam Pb alami yang dikandung batuan bahan baku ikut terurai
saat proses amalgamasi untuk mendapatkan emas, dimana sisa Hg yang digunakan untuk mengikat bijih emas dapat melindih logam Pb sehingga logam tersebut
dapat terbawa ke tanah dan pada akhirnya terserap masuk ke dalam jaringan tanaman.
Timbal tersedia bagi tanaman melalui tanah dan sumber-sumber aerosol udara. Serapan Pb oleh tanaman sangat rendah, kecuali pada tanah dengan
kapasitas tukar kation, pH, kadar bahan organik dan kadar P rendah Lepp, 1981. Serapan Pb oleh tanaman jarang pula sampai menimbulkan gejala toksisitas pada
tanaman, kecuali bila kandungan Pb dalam media perakaran sangat tinggi, karena sebagian besar Pb yang diserap diakumulasikan pada akar secara cepat. Menurut
Soepardi 1983, Pb sangat tidak larut dalam tanah terutama bila tanah tidak terlalu masam.
Tingginya konsentrasi logam Pb dalam beras di lokasi penelitian dapat diduga bersumber dari udara yang tercemar Pb. Ketika turun hujan, partikel logam
Pb dapt masuk ke dalam tanah ataupun jatuh ke permukaan daun yang kemudian ditranslokasikan ke jaringan tanaman. Emisi kendaraan bermotor berbahan bakar
minyak cenderung menjadi faktor dominan terjadinya pencemaran udara. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa
yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. Di Indonesia sendiri
masih menggunakan bensin yang mengandung Pb. Hasil pemantauan KLH pada tahun 2005 premium di Indonesia mengandung Pb 0,133 gl, pada tahun 2006
menurun menjadi 0,038 gl dan pada tahun 2007 kandungan Pb dalam premium sebesar 0,0068 gl BPLHD Jabar, 2009b.
JECFA Joint Expert Comitte on Food Additives of the Food and Agriculture menetapkan jumlah maksimum asupan harian Pb yang masih dapat
ditolerir adalah 0,21 mg per 60 kg berat badan Istikasari, 2004. Beras yang mengandung Pb walaupun rendah konsentrasinya, apabila dikonsumsi terus-
menerus akan membahayakan kesehatan manusia karena dapat terakumulasi dalam tubuh. Toksisitas Pb dalam tubuh dapat menghambat kerja sistem
hemopoietik, sistem saraf pusat dan tepi, sistem ginjal, sistem gastro-intestinal, sistem kardiovaskuler, sistem reproduksi, dan sistem endokrin Darmono, 1995.
d. Kadmium Cd