Pada Tabel 9 terlihat bahwa Kecamatan Neglasari merupakan kecamatan terbesar di Kota Tangerang yang masih memiliki lahan sawah, yaitu seluas 301 ha
sawah beririgasi dan 15 ha sawah tadah hujan. Kecamatan Larangan, Cibodas dan Jatiuwung sudah tidak memiliki lahan sawah. Hal ini disebabkan di ketiga
kecamatan tersebut lahan pertanian yang dahulu ada telah dialihfungsikan menjadi bangunan perumahan dan kawasan perindustrian.
Berdasarkan hasil wawancara informal dengan petani di Kota Tangerang diketahui bahwa sebagian besar petani di Kota Tangerang memiliki lahan sawah
sudah turun temurun sejak sebelum tahun 1980-an dan sudah melakukan kegiatan budidaya padi sawah selama 20 tahun lebih, bahkan di beberapa lokasi penelitian
telah melakukan kegiatan budidaya padi sawah selama 30 tahun lebih. Dalam setahun petani melakukan penanaman padi sebanyak 2 kali padi – padi – bera,
sedangkan petani yang memiliki sawah dengan sistem irigasi yang baik dapat melakukan penanaman padi 3 kali dalam setahun padi – padi – padi. Pemupukan
yang digunakan adalah pupuk urea, TSP, dan KCl. Dosis pemupukan yang digunakan umumnya dalam kisaran 200-300 kg ureaha, 50-100 kg TSPha dan
50-100 kg KClha.
5.2. Kondisi Sifat Fisik dan Kimia Tanah Lokasi Penelitian a Tektur Tanah
Tekstur tanah menurut USDA adalah perbandingan relatif antar partikel tanah yang terdiri atas fraksi liat, debu, dan pasir Sutanto, 2005. Tekstur tanah
bersifat permanentidak mudah diubah dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat tanah yang lain seperti struktur, konsistensi, kelengasan tanah,
permeabilitas tanah, run off, daya infiltrasi, dan lain-lain. Hasil analisis sifat fisik tanah pada lahan sawah di Kota Tangerang pada kedalaman 0-20 cm disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10. Tekstur tanah pada lahan sawah di Kota Tangerang
Kelurahan Pasir Debu Liat
Kelas Tekstur
Periuk 6
30 64
Liat Sepatan
5 31
64 Liat
Neglasari 5
38 57
Liat Batujaya
8 28
64 Liat
Karangsari 12
38 50
Liat Pajang
14 22
64 Liat
Jurumudi 5
34 61
Liat Pakojan
17 30
53 Liat
Kunciran Indah 20
35 45
Liat Kunciran
12 49
39 Lempung Liat Berdebu
Pondok Bahar 12
24 64
Liat Gondrong
1 27
72 Liat
Porisgaga 4
36 60
Liat
Ket:
Pada Tabel 10 tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua tanah pada lahan sawah di Kota Tangerang yang berasal dari bahan induk tufa volkan intermedier
dan endapan liat ini mempunyai tekstur tanah liat dengan kadar liat berkisar antara 45–72, kadar debu 22–38 dan kadar pasir 1–17. Namun terjadi perbedaan
pada tekstur tanah pada lahan sawah di Kelurahan Kunciran yang bertekstur lempung liat berdebu dengan kadar liat 39, kadar debu 49, dan kadar pasir
12.
Segi tiga tekstur USDA Soepardi, 1983
Tekstur tanah yang berkembang dari batuan beku sedimen liat dan tuf volkan intermedier memiliki kadar liat lebih tinggi dibandingkan debu dan pasir
Lia, 2004. Tekstur tanah yang berkembang dari batuan tuf volkan intermedier daerah Subang dan Purwakarta memiliki kadar liat 57,79-70,55; kadar debu
20,69-32,50; dan kadar pasir 8,75-9,71; sedangkan tanah yang berkembang dari batuan sedimen batuliat daerah Sukabumi, Tangerang dan Bandung
mempunyai kadar liat 36,13-56,27; kadar debu 26,84-34,35; dan kadar pasir 12,05-37,02 Wasahua, 2004.
b Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang mempengaruhi keberadaan logam berat dalam tanah anatara lain yaitu reaksi tanah pH, kandungan bahan organik, dan kapasitas tukar
kation KTK. Pentingnya nilai pH antara lain menentukan mudah tidaknya unsur- unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur
beracun dan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme Hardjowigeno, 1989 dalam Napitupulu, 2008.
Keberadaan logam-logam berat berkaitan erat dengan kadar bahan organik di dalam tanah Soepardi, 1983. Adanya bahan organik tanah akan menyebabkan
pengkelatan kation-kation logam. Adapun hasil analisis sifat kimia tanah pada lahan sawah di sekitar Kota Tangerang disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Sifat kimia tanah pada lahan sawah di Kota Tangerang
Kelurahan pH H
2
C-org O
Bahan Organik KTK
cmol
+
kg
Periuk 6,0
0,93 1,60
19,67 Sepatan
6,4 0,62
1,07 25,84
Neglasari 6,3
1,92 3,31
25,56 Batujaya
6,2 0,81
1,40 22,28
Karangsari 4,7
1,38 2,38
20,76 Pajang
6,1 1,21
2,09 26,62
Jurumudi 5,9
0,99 1,71
25,06 Pakojan
5,6 0,89
1,53 15,48
Kunciran Indah 5,4
0,76 1,31
15,82 Kunciran
5,5 0,51
0,88 8,67
Pondok Bahar 4,9
1,98 3,41
19,34 Gondrong
5,6 1,40
2,41 21,19
Porisgaga 5,6
1,50 2,59
19,34
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah 1983 yang disajikan pada Lampiran 1, hasil analisis menunjukkan bahwa
tanah di Kelurahan Kunciran Indah, Kunciran, Pondok Bahar, dan Karangsari memiliki tanah yang bereaksi masam dengan nilai pH 4,7-5,5, sedangkan tanah
di Kelurahan Periuk, Sepatan, Neglasari, Batujaya, Pakojan, Gondrong, Pajang, Jurumudi, dan Porisgaga memiliki tanah yang bereaksi agak masam dengan nilai
5,6-6,4. Dengan demikian, reaksi tanah pada lahan sawah yang ada di sekitar Kota Tangerang dapat dikelompokkan ke dalam tanah yang bereaksi masam
sampai agak masam. Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah,
karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH ini unsur
hara makro tersedia secara maksimum, sedangkan unsur hara mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro
tertekan. Pada pH dibawah 6,5 dapat terjadi defisiensi P, Ca, dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe, sedangkan pada pH diatas 7,5 dapat terjadi
defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca dan Mg serta keracunan B dan Mo Hanafiah, 2005 dalam Napitupulu, 2008.
Pada Tabel 11 diatas terlihat bahwa kandungan C organik tanah sawah di Kota Tangerang tergolong sangat rendah dan rendah jika dibandingkan dengan
kriteria kesuburan tanah menurut Pusat Penelitian Tanah 1983. Tanah dikategorikan memiliki kandungan C organik yang sangat rendah apabila nilainya
kurang dari 1,00. Kelurahan Periuk, Sepatan, Batujaya, Pakojan, Kunciran Indah, Kunciran, dan Jurumudi memiliki kandungan C organik yang sangat
rendah, yaitu berkisar antara 0,51-0,99. Tanah dikategorikan memiliki kandungan C organik yang rendah apabila nilainya berkisar antara 1,00-2,00.
Kelurahan Neglasari, Pondok Bahar, Gondrong, Karangsari, Pajang, dan Porisgaga memiliki kandungan C organik yang rendah, yaitu berkisar antara 1,21-
1,98. Menurut Soepardi 1983 keberadaan logam-logam berat berkaitan erat dengan kadar bahan organik di dalam tanah. Adanya bahan organik tanah akan
menyebabkan pengkelatan kation-kation logam. Kapasitas Tukar Kation KTK menunjukkan kemampuan tanah untuk
menjerap dan mempertukarkan kation Hardjowigeno, 1993. Nilai KTK tanah bervariasi menurut tipe dan jumlah koloid yang ada dalam tanah. Pada lokasi
penelitian terukur nilai KTK seperti yang ditampilkan pada Tabel 11. Nilai KTK tanah pada lahan sawah di kota Tangerang berkisar antara 8,67-26,62 cmol
+
kg.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah 1983, hasil analisis menunjukkan bahwa tanah di lokasi penelitian memiliki
KTK dengan kisaran rendah sampai dengan tinggi. KTK erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi lebih mampu menyediakan
unsur hara dibandingkan dengan KTK rendah.
5.3. Konsentrasi Total Logam Berat Cu, Zn, Pb dan Cd dalam Tanah dan Beras