19
B. Tingkat Kerusakan Mekanis
Pengukuran kerusakan mekanis dilakukan setelah simulasi transportasi dengan melihat jumlah buah yang rusak pada tiap kemasan. Pengujian dilakukan secara visual berdasarkan
criteria kerusakan yang telah ditetapkan di dalam metodologi. Lama simulasi transportasi akan memberikan dampak kerusakan fisik tomat sebagai akibat tekanan yang setara dengan jarak
perjalanan dari kebun sampai ke pembeli pertama. Goncangan yang terjadi selama simulasi transportasi menyebabkan terjadinya gesekan atau benturan dalam kemasan, yaitu gesekan antara
tomat dengan dinding kemasan dan gesekan antar tomat di dalam kemasan. Kerusakan yang diakibatkan dari gesekan-gesekan tersebut adalah memar, luka dan pecah. Kerusakan memar
pada tomat ditandai dengan terbentuknya bagian yang berwarna beda dan agak lunak pada tomat. Kerusakan berupa luka atau pecah pada tomat mengakibatkan terbentuknya jamur pada bagian
yang luka atau pecah. Permukaan kulit yang lembab karena proses transpirasi dan respirasi pada buah menyebabkan pertumbuhan jamur. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap
kemasan setelah penggetaran dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap kemasan
Perlakuan Presentase
kerusakan
mekanis pada jalan luar
kota Presentase
kerusakan
mekanis pada jalan
buruk beraspal
Kontrol 54.36
53.79 A1B1
- 25.10
A1B2 -
32.97 A2B1
14.67 27.53
A2B2 20.97
44.96
Keterangan: A1 : Tanpa lapisan dalam
A2 : Dengan lapisan dalam B1 : Pengisi cacahan koran
B2 : Pengisi daun pisang
Pada analisis ragam Lampiran 4 dan hasil uji lanjut pada Tabel 5 dan Tabel 6 terlihat bahwa lapisan dalam dan bahan pengisi berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan mekanis
buah tomat, sedangkan interaksi antara lapisan dalam dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata. Dapat diartikan, perbedaan penggunaan lapisan dalam dan bahan pengisi akan
mengakibatkan perbedaan tingkat kerusakan. Kerusakan mekanis akibat goncangan selama pengangkutan, secara ekonomis dapat meningkatkan kerugian karena menambah jumlah buah
yang harus dibuang diapkir sehingga menurunkan jumlah yang dapat dijual. Tabel 5. Pengaruh lapisan dalam terhadap kerusakan mekanis buah tomat
Lapisan Dalam Kerusakan Mekanis
Tanpa pelapis dalam 29.084
b
Dengan pelapis dalam 36.244
a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5.
20
53.79
25.20 32.97
27.53 44.96
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
Kontrol A1B1
A1B2 A2B1
A2B2 K
e ru
sa k
a n
m e
k a
n is
Jenis Kemasan
Tabel 6. Pengaruh bahan pengisi terhadap kerusakan mekanis buah tomat
Bahan Pengisi Kerusakan Mekanis
Cacahan koran 26.364
b
Daun pisang 38.964
a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5.
Tingkat kerusakan mekanis buah tomat dengan berbagai jenis kemasan pada jalan buruk beraspal dapat dilihat pada Gambar 15. Sedangkan perbandingan tingkat kerusakan mekanis
buah tomat untuk kemasan dengan pelapis dalam pada simulasi transportasi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal dapat dilihat pada Gambar 16.
Keterangan: Kontrol
= kemasan peti kayu tanpa penambahan perlakuan A1B1
= kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A1B2
= kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering A2B1
= kemasan peti kayu dengan lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A2B2
= kemasan peti kayu lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering
Gambar 15. Pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis selama penggetaran pada jalan buruk beraspal
Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat bahwa peti kayu dengan bahan pengisi daun pisang kering untuk kemasan tanpa pelapis dalam dan dengan pelapis dalam memiliki tingkat kerusakan
mekanis yang tinggi selama penggetaran, yaitu sebesar 32.97 dan 44.96, sedangkan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran untuk kemasan tanpa pelapis dan dengan pelapis
memiliki tingkat kerusakan mekanis yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan pengisi daun pisang kering, yaitu sebesar 25.20 dan 27.53. Tingkat kerusakan mekanis tomat yang
tertinggi terjadi pada kemasan dengan lapisan dalam dan bahan pengisi daun pisang kering A2B2, yaitu 44.96. Sedangkan yang terkecil pada kemasan tanpa lapisan dalam dan bahan
pengisi cacahan koran A1B1, yaitu 25.20. Kerusakan mekanis yang terbanyak terjadi pada bagian pinggir kemasan untuk kemasan
tanpa lapisan dalam sedangkan untuk kemasan dengan lapisan dalam bagian bawah atau lapisan dasar mengalami kerusakan mekanis terbanyak. Kerusakan pada bagian pinggir disebabkan
karena selama penggetaran terjadi perpindahan buah tomat dari posisi semula sehingga menyebabkan buah tomat bergeser ke arah pinggir kemasan dan terus mengalami tekanan oleh
21 buah lainnya. Hal ini menyebabkan buah tomat berhimpitan dengan celah peti kayu dan
menyebabkan kerusakan. Sedangkan kerusakan pada lapisan dasar yang dialami kemasan dengan lapisan dalam dikarenakan, selama penggetaran buah tomat pada bagian dasar menahan beban
benturan dari buah tomat di bagian atas. Lapisan dalam memungkinkan buah tomat mengalami sedikit perubahan posisi dan mencegah buah tomat bergesekan dengan kemasan sehingga buah
tomat pada lapisan dasar terus menahan beban dan mengakibatkan banyaknya memar. Pada kemasan dengan bahan pengisi cacahan koran A1B1, dari jumlah kerusakan
mekanis 25.20 terdapat sekitar 11 luka memar, 14.2 luka gores dan tidak terdapat luka pecah. Sedangkan, dari jumlah kerusakan mekanis sebesar 32.97 yang terdapat pada kemasan
dengan bahan pengisi daun pisang kering A1B2, luka memar yang dialami kemasan tersebut sebesar 12.5, luka gores sebesar 17.47 dan luka pecah sebesar 3. Untuk kemasan dengan
pelapis dalam dan bahan pengisi cacahan koran A2B1, terdapat 12.03 luka memar, 10.5 luka gores dan 5 luka pecah. Kemasan dengan pelapis dalam dan bahan pengisi daun pisang kering
A2B2, setelah simulasi transportasi menghasilkan luka memar sekitar 20, luka gores 17.96 dan luka pecah sebesar 7.
Perbedaan tingkat kerusakan ini disebabkan oleh tekstur daun pisang kering yang kasar dibandingkan kertas koran sehingga buah tomat yang berada dalam kemasan peti kayu dengan
bahan pengisi daun pisang kering lebih banyak mengalami kerusakan mekanis yang diakibatkan gesekan antara buah tomat dengan bahan pengisi. Bahan pengisi cacahan koran mempunyai
tekstur berongga, sehingga mampu meredam getaran lebih baik dan berfungsi sebagai bantalan buah tetapi tidak menjamin bahwa buah tidak bergeser selama penggetaran.
Untuk kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam dan kemasan peti kayu dengan lapisan, dimana keduanya memakai cacahan koran sebagai bahan pengisi, dapat dilihat bahwa pada
kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam memiliki kerusakan mekanis sedikit lebih rendah dibandingkan kemasan peti kayu dengan lapisan dalam. Dapat dikatakan bahwa kemasan tanpa
lapisan dalam dan bahan pengisi cacahan koran merupakan kemasan terbaik untuk pengangkutan buah tomat.
Untuk kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam dan kemasan peti kayu dengan lapisan, dimana keduanya memakai daun pisang kering sebagai bahan pengisi, dapat dilihat bahwa pada
kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam memiliki kerusakan mekanis yang lebih rendah dibandingkan kemasan peti kayu dengan lapisan dalam. Lapisan dalam yang dikombinasikan
dengan daun pisang kering tidak mampu mengurangi kerusakan mekanis dibandingkan dengan kemasan yang tidak menggunakan lapisan dalam. Dapat dikatakan bahwa lapisan dalam apabila
dikombinasikan dengan daun pisang kering tidak begitu baik untuk mengurangi kerusakan mekanis.
Selama penggetaran, buah tomat mengalami pergeseran tempat yang menyebabkan benturan antar buah maupun terhadap kemasan. Pemberian pelapis dalam pada kemasan peti
kayu dapat mengurangi gesekan antara buah tomat dengan kemasan peti kayu tetapi kerusakan mekanis yang dihasilkan tidak sebaik kemasan yang hanya diisikan bahan pengisi cacahan koran.
Dengan kata lain, kemasan peti kayu tanpa pelapis dalam dan berbahan pengisi cacahan koran mampu mengurangi kerusakan mekanis sebesar lebih kurang 50 dari kemasan yang biasa
digunakan petani di lapangan, yaitu peti kayu tanpa lapisan dan bahan pengisi kontrol. Bila dibandingkan antara kedua kemasan, peti kayu dengan lapisan dalam berbahan
pengisi cacahan koran A2B1 dan peti kayu dengan lapisan dalam berbahan pengisi daun pisang kering A2B2 pada kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal, dapat terlihat bahwa
kondisi jalan buruk beraspal menghasilkan kerusakan mekanis hampir dua kali lipat
22
54.36
14.67 20.97
53.79 27.53
48.43
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
Kontrol A2B1
A2B2 K
e ru
sa k
a n
m e
k a
n is
Kemasan
jalan luar kota jalan buruk beraspal
dibandingkan jalan luar kota Gambar 16. Hasil uji lanjut pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kemasan peti kayu dengan lapisan dalam dan berbahan pengisi cacahan koran dapat digunakan
pada kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal, karena hasil dari uji lanjut menunjukkan bahwa apabila kemasan tersebut diaplikasikan pada kedua kondisi jalan, maka tidak memberikan
pengaruh yang nyata. Berbeda dengan kemasan peti kayu dengan lapisan dalam dan berbahan pengisi daun pisang kering, bersasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 7, pengaruh kondisi jalan luar
kota dan jalan buruk beraspal berbeda nyata terhadap kemasan, sehingga kemasan ini tidak dapat digunakan pada kondisi jalan buruk beraspal karena akan menghasilkan kerusakan mekanis yang
cukup tinggi bila dibandingkan dengan jalan luar kota. Tabel 7. Pengaruh kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal terhadap kerusakan mekanis
Jalan Kemasan
A2B1 A2B2
Luar kota 14.668
a
20.975
b
Buruk beraspal 27.528
a
44.960
a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5
Gambar 16. Perbandingan pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis selama penggetaran pada kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal
Buah tomat dapat dikatakan mengalami kememaran apabila terdapatnya luka memar, luka gores dan luka pecah pada kulit buah tomat seperti pada Gambar 17 dan Gambar 18. Tingginya
tingkat kerusakan mekanis pada buah tomat disebabkan karena, setiap buah yang mengalami kerusakan mekanis, baik besar maupun kecil, akan dikategorikan sebagai buah yang mengalami
kerusakan mekanis.
Gambar 17. Luka memar dan luka gores pada buah tomat setelah simulasi transportasi pada kondisi jalan luar kota
Luka memar Luka gores
23 Gambar 18. Luka gores, luka memar dan luka pecah pada buah tomat setelah simulasi
transportasi pada kondisi jalan buruk beraspal Kememaran pada buah-buah yang tidak dikupas mengakibatkan timbulnya bagian-bagian
yang lunak, dengan warna yang berubah di bawah kulit. Perubahan warna itu disebabkan oleh oksidasi senyawa-senyawa polifenol karena rusaknya dinding sel. Pantastico 1989 menyatakan
bahwa ketahanan terhadap kerusakan mekanis ditentukan oleh bentuk susunan sel-sel epidermal, tipe dan luasnya sistem jaringan dasarnya, dan susunan sistem berkas pengangkutnya. Memar
terjadi sebagai reaksi terhadap beban tekanan dari getaran mesin, gesekan antar tomat dan gesekan dengan wadah. Tekanan tersebut menyebabkan penyempitan dinding sel menyebabkan
air yang berada dalam sel terdesak keluar sehingga jaringan menjadi memar rusak.
C. Susut Bobot