1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan berbagai tanaman buah dan merupakan negara penghasil komoditas hortikultura yang potensial. Bertambahnya populasi penduduk dari tahun ke tahun serta
membaiknya tingkat pendapatan masyarakat dapat mengakibatkan permintaan akan buah-buahan dan sayur-sayuran meningkat di masa mendatang. Peningkatan jumlah permintaan komoditas
buah dan sayuran tidak hanya perlu memperhatikan kuantitasnya saja, akan tetapi juga dengan memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan setiap segmen
konsumen. Penanganan pasca panen yang tepat sangat diperlukan agar dapat mempertahankan dan memperbaiki mutu.
Daerah penanam yang potensial dan kondisi lingkungan yang baik membuat suatu daerah menjadi sangat potensial sebagai penghasil sayuran dan buah-buahan. Tetapi tidak semua daerah
di Indonesia berpotensi sehingga menggantungkan pemenuhan kebutuhan sayuran dan buah- buahan dari daerah lain. Saling ketergantungan inilah yang menyebabkan terjadinya kegiatan
pengangkutan sayuran dan buah-buahan dari daerah satu ke daerah lainnya. Pengangkutan merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam penanganan pasca
panen. Hambali 1995 menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya mengalami memar akibat pukulan, tekanan, getaran serta gesekan. Memar yang
disebabkan oleh pukulan terjadi oleh karena kemasan yang jatuh ke atas permukaan yang keras. Memar yang disebabkan tekanan terjadi karena pengisian kemasan yang berlebihan sehingga
komoditi harus menahan beban yang cukup besar. Memar yang disebabkan oleh getaran dan gesekan terjadi oleh karena gesekan antara sesama produk di dalam kemasan atau gesekan antara
produk dengan kemasan. Kerusakan sayur-sayuran dan buah-buahan selama pengangkutan dipengaruhi juga oleh jenis sayuran dan buah-buahan yang diangkut, jenis kemasan, cara
penyusunan bahan dalam kemasan, serta jarak dan lama pengangkutan. Kerusakan mekanis buah yang terjadi selama pengangkutan di Indonesia berkisar antara 1.57 dan 37.05 .
Tomat merupakan komoditas penting karena memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan dan juga sebagai komoditas yang multiguna, berfungsi sebagai sayuran, bumbu
masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan. Selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, komoditas
tomat juga berperan dalam perdagangan internasional sehingga komoditas ini mempunyai peluang yang cukup baik sebagai salah satu sumber devisa negara. Propinsi Jawa Barat
merupakan sentra produksi terbesar di Indonesia dengan kontribusi sebesar 45 – 61 terhadap produksi nasional selama periode 1998 – 2002. Propinsi lainnya sebagai sentra produksi setelah
Jawa Barat tercatat Sumatera Utara, Jawa Timur dan Bengkulu. Prospek pengembangan tomat masih tetap naik pada waktu tahun-tahun terakhir sehingga tomat masih diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan domestik ataupun substitusi impor Tabel 1.
2 Tabel 1. Data Produksi Tomat
Tahun 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Produktivitas ton
657,459 626,872 647,020 629,744 635,475 725,973 853,061 Sumber: Badan Pusat Statistik 2009
Tomat dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Buah tomat umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar selain dalam bentuk olahan. Selain mengandung vitamin C tomat juga
memiliki beberapa jenis mineral seperti kalsium dan fosfor serta kalori sebesar 20 kal. Disamping itu, kandungan lycopenenya sangat berguna sebagai antioksidan yang dapat
mencegah perkembangan penyakit kanker. Tomat tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi tetapi halnya sayuran dan
buahan lain, tomat mudah rusak perishable dan waktu simpan yang relatif pendek pada penyimpanan biasa sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesegaran buah tomat.Tingkat susut
pasca panen buah tomat di Indonesia mencapai 20 -50 Prajawati, 2006. Kerusakan pasca panen buah tomat meliputi kerusakan fisik, mekanis, fisiologi, dan patologis. Mengingat tomat
termasuk komoditas yang mudah rusak, maka untuk mempermudah proses pengangkutan dan untuk mengurangi resiko kerusakan, dilakukan pengemasan sebagai upaya penekanan
kehilangan hasil baik kuantitas maupun kualitas. Kemasan yang baik adalah kemasan yang dapat melindungi produk yang dikemas dari
kerusakan fisik, kimia, maupun mikrobiologi selama penanganan, penyimpanan dan distribusi hingga produk sampai di tangan konsumen dalam keadaan utuh dan baik. Jenis kemasan yang
biasa dipakai untuk pengemasan tomat adalah kotak atau peti kayu dengan rata-rata volume ± 20-30 kg per peti. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat mempengaruhi
presentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui pengiriman jarak jauh Sinaga, 1984. Perbaikan-perbaikan dalam pengemasan memberikan peran yang besar terhadap
pemasaran buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang lebih efisiensi. Selama ini pengemasan buah tomat dengan menggunakan peti kayu, walaupun
pengemasan dengan peti kayu aman untuk tomat-tomat dalam negeri, tetapi masih saja terdapat kerusakan pada kulit tomat. Pengemasan hanya sebatas memasukkannya ke dalam peti tanpa
menambahkan pelapis di sekeliling dalam peti kayu dan bahan pengisi. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat selama pengangkutan dari kebun menuju pasar agar kualitas
dan kuantitas produk tetap terjaga. Penanganan untuk mempertahankan mutu tomat dapat dilakukan dengan cara menggunakan kemasan yang tepat dan mengetahui seberapa besar
pengaruh lapisan dalam dan berbagai bahan pengisi untuk menghasilkan penanganan yang lebih baik.
B. Tujuan