7
D. Bahan Pengisi Kemasan
Selama  transportasi  dan  penyimpanan,  kemasan  dan  bahan  segar  akan  menghadapi beberapa  bahaya  berupa  kerusakan  mekanis,  lingkungan  atau  biologis.  Buah  didalamnya  akan
bergerak dan bersentuhan antara sesama buah dengan kemasan yang mengakibatkan kerusakan. Untuk mengurangi efek tersebut pada produk, kemasan harus dibuat tidak bergerak dan membagi
beban  yang  ada  pada  setiap  bagian  dan  memberikan  bantalan  Burdon  1994  dalam  Rahmawati 2010.
Beberapa  dari  kerusakan  yang  dialami  produk  dapat  diminimalisir  dengan  menghindari adanya  ruang  kosong  yang  terdapat  didalam  kemasan  serta  melindungi  tekanan  dan  gesekan
antara  sesama  produk  ataupun  antara  produk  dengan  kemasan  selama  kegiatan  transportasi. Bahan yang digunakan untuk mengisi ruang tersebut sering disebut dengan istilah bahan pengisi
kemasan.  Menurut  Syarief  et  al.  1988  bahan  pengisi  merupakan  material  yang  dijejalkan diantara kelebihan ruang gerak guna menahan gerak barang atau abrasi terhadap isi ruang. Bahan
pengisi  digunakan  untuk  melindungi  produk  atau  barang  selama  distribusi  dan  penyimpanan. Kertas yang dicabik-cabik kecil merupakan bahan pengisi yang jelek kualitasnya karena kurang
sifat  anti  getarannya  dan  tidak  tahan  air,  tetapi  bahan  pengisi  jenis  ini  memilliki  beberapa keuntungan antara lain mudah didapatkan dan murah.
Bahan pengisi dapat mengurangi sebagian besar kerusakan yang terjadi selama transportasi. Bahan  pembantu  yang  bisa  digunakan  dalam  pengemasan  buah  maupun  sayuran  yang
menggunakan keranjang dan peti di Indonesia adalah merang, daun-daun kering, pelepah batang pisang,  tikar  atau  kertas  koran,  potongan-potongan  kertas,  dan  lain-lain.  Bahan-bahan  tersebut
digunakan  sebagai  bahan  pelapis  dinding  kemasan  atau  sebagai  bahan  pengganjal  untuk melindungi buah atau sayur terhadap pergeseran dengan dinding kemasan, sebagai alat penyekat
antar produk atau sebagai bahan pengisi di sela-sela antara setiap komoditas yang dikemas untuk mencegah terjadinya pergeseran letak komoditas.
E. Transportasi
Transportasi merupakan kegiatan penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi produk. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah kondisi jalan yang dilalui kendaraan transportasi.
Pada  umumnya  kondisi  jalan  sebenarnya  adalah  tidak  rata.  Hal  ini  menyebabkan  produk mengalami  guncangan  yang  besar  tergantung  pada  kondisi  jalan.  Tingkat  ketidakrataan  ini
disebut  amplitudo  dan  tingkat  kekerapan  terjadinya  guncangan  akibat  ketidakrataan  jalan  yang disebut frekuensi.
Menurut  Purwadaria  1992,  goncangan  yang  terjadi  selama  pengangkutan  baik  di  jalan raya  maupun  di  rel  kereta  dapat  mengakibatkan  kememaran,  susut  berat,  dan  memperpendek
masa simpan. Hal  ini terutama terjadi pada pengangkutan  buah-buahan dan  sayuran  yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat  meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung
pada  jenis  kemasan  serta  tebal  bahan  kemasan,  susunan  komoditas  di  dalam  kemasan,  dan susunan kemasan di dalam alat pengangkut.
Pengangkutan    buah-buahan  dengan  jalan  darat  pada  umumnya  menggunakan  truk  dan pick  up  tanpa  pendingin.  Untuk  pengangkutan  jarak  jauh  dalam  suatu  pulau,  yang  lebih  dari  5
jam  sebaiknya  menggunakan  kereta  api  dengan  gerbong  pendingin,  sedangkan  pengangkutan kurang dari 5 jam dapat melalui jalan raya tanpa truk pendingin Purwadaria, 1992
8
F. Simulasi Transportasi Hasil Pertanian
Pengangkutan  dilakukan  untuk  menyampaikan  komoditas  hasil  pertanian  secara  cepat dari  produsen  ke  konsumen.  Di  Indonesia  perhubungan  lewat  darat  sangat  dominan  terhadap
pengangkutan buah yang hendak dipasarkan selanjutnya. Dalam kondisi jalan yang sebenarnya, permukaan jalan ternyata memiliki permukaan yang tidak rata. Permukaan jalan yang tidak rata
ini  menyebabkan  produk  mengalami  berbagai  guncangan  ketika  ditransportasikan.  Besarnya guncangan yang terjadi bergantung kepada kondisi jalan yang dilalui. Kondisi transportasi yang
buruk  dan  penanganan  yang  tidak  tepat  pada    komoditi  yang  ditransportasikan  buah  dan sayuran  dapat  menyebabkan  kerugian  berupa  turunnya  kualitas  komoditi  yang  akan
disampaikan  ke  tangan  konsumen.  Penurunan  kualitas  yang  sering  terjadi  adalah  kerusakan mekanis pada buah dan sayuran.
Produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan bunga potong mudah sekali rusak setelah  dipanen.  Kerusakan  ini  akan  dipercepat  oleh  adanya  luka  memar  setelah  mengalami
pengangkutan  dari  kebun  ke  tempat  pemasaran.  Untuk  memperoleh  gambaran  data  kerusakan mekanis  yang diterima produk hortikultura  bila terjadi goncangan, Purwadaria dkk  merancang
alat  simulasi  pengangkutan  yang  disesuaikan  dengan  kondisi  jalan  dalam  kota  dan  luar  kota. Alat  simulasi  ini  telah  disesuaikan  dengan  jalan  yang  terdapat  di  dalam  dan  luar  kota.  Dasar
yang  membedakan  antara  jalan  dalam  dan  luar  kota  adalah  besarnya  amplitudo  yang  terukur. Jalan  dalam  kota  memiliki  amplitudo  yang  lebih  rendah  dibandingkan  jalan  luar  kota,  jalan
buruk  beraspal,  dan  jalan  berbatu.  Pada  simulasi  pengangkutan  dengan  menggunakan  truk guncangan  yang  dominan  adalah  guncangan  pada  arah  vertikal.  Sedangkan  guncangan  pada
kereta  api  adalah  guncangan  horizontal.  Guncangan  lain  berupa  puntiran  dan  bantingan diabaikan karena jumlah frekfuensinya kecil sekali Soedibyo, 1992.
Anwar  2005  mengkaji  dampak  kemasan  terhadap  perubahan  sifat  fisik  dan  masa simpan  brokoli  dengan  menggunakan  meja  getar  yang  sama.  Simulasi  transportasi  dalam
penelitian  ini dilakukan selama 1  jam dengan  frekuensi 3.33 Hz dan amplitudo 5.31 cm. Hasil penelitian  menunjukkan  jenis  kemasan  kardus  karton  dengan  bahan  pengisi  kertas  koran
merupakan  kemasan  paling  baik  untuk  transportasi  dengan  kerusakan  mekanis  terkecil  yaitu 8.46  apabila  dibandingkan  dengan  jenis  kemasan  lain  seperti  kantong  plastik  tanpa  bahan
pengisi dengan kerusakan mekanis yang terjadi sebesar 23.70. Pradnyawati  2006  telah  melakukan  penelitian  mengenai  pengaruh  kemasan  dan
goncangan  terhadap  mutu  fisik  jambu  biji  selama  transportasi.  Jenis  kemasan  yang  digunakan adalah keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang, kardus karton dengan bahan pengisi
kertas  koran  cacah,  dan  kardus  karton  dengan  bahan  pembungkus  kertas  koran.  Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kerusakan mekanis yang tertinggi dialami oleh jambu
biji dalam kemasan keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang yaitu sebesar 35.83, 40.83  dan  45  untuk  transportasi  1  jam,  2  jam,  dan  3  jam.  Sedangkan  tingkat  kerusakan
mekanis  terendah  dialami  oleh  jambu  biji  dalam  kemasan  kardus  karton  dengan  bahan pembungkus koran.
Prajawati 2006 telah melakukan penelitian mengenai pengaruh teknik pengemasan dan perlakuan  prakemas  terhadap  laju  penurunan  parameter  mutu  buah  tomat  selama  transportasi.
Jenis  kemasan  yang  digunakan  adalah  peti  kayu  dan  kotak  karton  bekas.  Didapatkan  hasil bahwa kerusakan memar dengan memakai kotak karton lebih banyak dibandingkan dengan peti
kayu. Rata-rata kerusakan memar pada kotak karton diperoleh yaitu 1.62  dan 0.465  pada peti kayu.
9
III.
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu