Letak Geografi Tradisi Haul Dan Terbentuknya Solidaritas Sosial (Studi Kasus: Peringatan Haul Kh. Abdul Fattah Pada Masyarakat Desa Siman Kabupaten Lamongan

27

E. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Siman cukup beragam. Untuk tingkat SD berjumlah 169 jiwa, SLTP 236 jiwa, SLTA 142 jiwa, dan perguruan tinggi 95 jiwa. Sedangkan yang buta aksara 36 jiwa.

F. Ekonomi

Desa Siman memiliki pasar Sido Mulyo sebagai tempat bagi masyarakat untuk mencari atau membeli kebutuhan sehari-hari.Tidak hanya itu pasar ini juga dijadikan sebagi tempat transaksi jual-beli hasil bumi.Karena mayoritas masyarakat Desa Siman bermata pencaharian sebagai petani.Dengan hasil pertanian seperti Padi, Jagung, Kacang Ijo, pisang dan lain-lain.Selain itu masyarakat Desa Siman juga memiliki beberapa peternakan sebagai usaha sampingan, yaitu kambing dan ayam kampung.Akan tetapi peternakan masyarakat Desa Siman hanya sebagai hewan peliharaan saja. Adapun mata pencaharian masyarakat Desa Siman sangatlah beragam. Buruh Tani sekitar 206 jiwa, petani sekitar 1.500 jiwa, peternak sekitar 56 jiwa, pedagang sekitar 169 jiwa, PNS sekitar 26 jiwa, yang bergerak dalam bidang jasa sekitar 16 jiwa , pensiunan sekitar 12 jiwa, TNIPOLRI sekitar 29 jiwa, dan lainya sekitar 96 jiwa. 28

G. Agama

Semua anggota masyarakat Desa Siman beragama Islam. Dalam menjalankan ibadahnya masyarakat Desa Siman melakukannya di Masjid dan Musholla. Adapun jumlah tempat ibadah masyarakat Desa Siman terdiri dari 2 bangunan Masjid dan 10 bangunan Musholla. H. Budaya Adapun dalam soal budaya, masyarakat Desa Siman selama ini masih memegang teguh adat istiadat atau kebiasaan secara turun-temurun.Adat istiadat itu seperti Haul desa atau istilah orang- orang tua“Nyadran atau Sedekah Bumi” setiap tahun, yasinan, tahlilan, serta Hadrah . Setiap malam Jum’at Wage, sejak dulu sampai sekarang, masyarakat Desa Siman selalu mengadakan “Selametan”dengan cara berdoa dikuburan. Karena masyarakat Desa Siman mayoritas beragama Islam, berbagai kegiatan yang menyangkut budaya bernuansa Islami.Padahal masyarakat desa Siman pada zaman dahulu, ketika mengadakan “Nyadran”sering dibarengi dengan kegiatan pertunjukan kesenian Wayang Kulit. Namun dengan perlahan, seiring banyaknya perubahan-perubahan yang dilakukan oleh KH. Abdul Fattah terhadap masyarakat D esa Siman tradisi “Nyadran” tersebut diganti diisi dengan acara doa dan tahlil yang ditujukan pada ahli kubur yang telah meninggal.