Norma dan Nilai dalam masyarakat Desa Siman

43 telah banyak banyak berjasa bagi kehidupan bermasyarakat terutama dari sisi pendidikan dan keagamaan di Desa Siman. Seperti yang di utarakan bapak Abdul Ghofur, selaku warga Desa Siman: “kalau menurut saya Haul mbah kyai fattah ini sangat penting sekali untuk menunjukkan rasa simpati, rasa hormat, dan ucapan terima kasih atas jasa-jasa beliau yang telah memberikan pencerahan kepada kita melalui ilmu-ilmu agama. Jadi Haul ini bagi saya sangat berarti sekali.”Wawancara pribadi pada tanggal 19 Agustus 2013. Bagi masyarakat Desa Siman warisan yang mulia ini di anggap sangat penting untuk terus dilestarikan. Ada begitu banyak sisi positif yang dapat diambil dari tradisi haul ini. Bagaimana pentingnya mengenang seseorang yang mempunyai peran yang signifikan bagi perubahan kehidupan masyarakat, terlebih berkaitan dengan pendidikan etika, dan prilaku masyarakat yang dihasilkan dari pelaksanaan tradisi haul ini. 3. Ketenangan dan ketentraman jiwa Sebagai sebuah tradisi perilaku keberagamaan yang sudah terlaksana selama berpuluh-puluh tahun tradisi Haul KH.Abdul fattah memberikan kesan mendalam bagi masyarakat Desa Siman, memberikan sumbangsih terhadap ketenangan dan ketentraman jiwa pada masyarakatnya. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Mariatun selaku warga Desa Siman: “saya merasa senang dengan adanya Haul mbah Fattah, kalau mengikuti haul acara ini hati saya meras a terenyuh, damai, dan tentram”. Wawancara pribadi pada tanggal, 19 Agustus 2013. Apa yang dirasakan oleh individu maupun masyarakat melalui perantara ritual tradisi Haul KH. Abdul Fattah ini sangat terasa efeknya, melalui ritualtradisi 44 haul ini mereka mengalami perasaan-perasaan kearah positif seperti ketenangan, ketentraman, kedamaian di jiwa-jiwa individu pelaku ritual Haul.Bukan tanpa alasan mereka merasakan suasana hati seperti itu, hal ini disebabkan dari pelaksanaan tradisi haul sudah dimasuki oleh unsur-unsur yang bersifat keagamaan.Dalam acara haul ini setiap individu tidak hanya menjadi pendengar saja tapi juga ikut terlibat aktif dalam membaca doa-doa yang dibaca saat berlangsungnya acara haul tersebut, hal ini tentu saja menjadi pengalaman subjektif tersindiri yang dirasakan oleh individu. Dari beberapa persepsi yang diutarakan oleh masyarakat Desa Siman mengenai tradisi Haul KH.Abdul Fattah bisa dikatakan bahwa masyarakat mempunyai persepsi yang beragam mengenai tradisi ini. Namun ada satu kesimpulan yang bisa ditarik bahwa semua pendapat mereka ini bersumber pada satu hal yang sama, yaitu agama. Agama dalam hal ini agama Islam benar-benar menjadi pedoman dalam setiap perilaku dan pandangan hidup masyarakat desa Siman.Bagi mereka agama menjadi dasar mereka mengenai sesuatu yang boleh atau yang tidak boleh, agama menjadi pedoman mereka untuk menilai sesuatu yang baik maupun yang buruk.

B. Terbentuknya solidaritas sosial melalui tradisi Haul KH. Abdul Fattah

Bagi masyarakat Desa Siman tradisi Haul KH.Abdul Fattah merupakan sebuah refleksi sosial-keagamaan.Tradisi ini tidak hanya bernilai agamis semata, tetapi juga mempunyai makna sebagai ikatan sosial masyarakat.Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Emile Dhurkheim tentang solidaritas 45 mekanikbahwasannya hal tersebut didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen- sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama. Solidaritas jenis ini bergantung pada individu-individu yang mempunyai sifat yang sama, yang menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama pula. Ciri khas dari solidaritas ini didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan sebagainya Johnson, 1986:183 Persepsi bersama masyarakat Desa Siman tentang satu nilai yang disepakati tentang pelaksanaan tradisi Haul KH.Abdul Fattah yaitu berimbas pada mempereratnya hubungan dan identitas warga masyarakat Desa Siman, hal ini dikarenakan kesadaran bersama tentang nilai religiusitas yang di kandung dalam tradisi Haul tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Anas Rifa’i selaku warga Desa Siman mengatakan: “wah senang sekali saya, dengan adanya Haul mbah Fattah ini saya bisa bertemu dan bersilaturrahmi dengan teman-teman lama saya, apalagi teman-teman saya sekarang sudah banyak yang sudah bekerja di luar desa.” Wawancara pribadi pada tanggal 13 Agustus 2013 Hal senada juga dikatakan oleh salah satu tokoh masyarakat Desa Siman bapak Sofyan as-Sauri M.Ag. tentang nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Haul KH. Abdul Fattah, beliau menuturkan: “bahwasannya melaksanakan Haul KH. Abdul Fattah memberikan nilai lebih pada peningkatan keimanan dan ketakwaan masyarakat, hal ini terbukti dengan banyaknya majelis-majelis pengajian yang didirikan oleh masyarakat yang ramai dihadiri para jama’ahnya, itu merupakan sebuah indikasi kecil perubahan yang terjadi di masyarkat, terlebih khusus pada generasi mudanya” Wawancara pribadi pada tanggal 21 Agustus 2013 Selain menguatnya nilai-nilai yang dikandung tentang kepercayaan agama, Haul KH.Abdul Fattah juga berdampak pada menguatnya ikatan emosional yang 46 lebih pada masyarakat Desa Siman yang berada di luar desa tersebut untuk berkumpul. Pada dasarnya masyarakat Desa Siman adalah masyarakat yang mempunyai tradisi merantau, atau orang Siman menyebutnya dengan istilah Lungo.IstilahLungo adalah istilah yang biasa digunakan masyarakat Desa Siman untuk menyebut seseorang yang bekerja di luar Desa Siman yang biasanya ditujukan pada orang yang berdagang makanan di luar daerah atau di kota-kota besar. Misalnya, di Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan ada juga yang merantau sampai pulau Dewata, Bali. Hal ini sesuai seperti apa yang di tuturkan oleh bapak Abdul Ghofur selaku warga Desa Siman yang merantau ke jakarta, beliau memaparkan: “biasanya dua minggu menjelang pelaksanaan Haul mbah Fattah kami dikabari dari kampung tentang hari dan tanggal pelaksanaan haul tersebut, walaupun tidak ada keharusan untuk datang akan tetapi seolah- olah ada dorongan saya harus pulang dan ikut acara haul tersebut. Ini bukan tanpa alasan mengingat banyak hal yang bisa saya dapat seperti menambah ilmu, ajang pembersihan diri dan hal terpenting bagi saya adalah, momen Haul tersebut ajang silaturahmi, berkumpul khususnya dengan keluarga dan teman-teman saya pada umumnya yang merantau di daerah lain, untuk berbagi pengala man satu dengan yang lainnya” Wawancara pribadi pada tangal 19 Agustus 2013. Dalam prosesnya masyarakat desa Siman ketika akan ada Haul KH. Abdul Fattah ini mereka saling berkomunikasi, saling memberi kabar satu sama yang lainnya, baik itu yang sesama berada di kampung, yang berada di perantauan atau yang di kampung memberi kabar yang ada diperantauan. Mereka sadar acara haul ini adalah sebuah momen penting bagi mereka sebuah momen pengikat persatuan dalam masyarakat, momen di mana mereka saling bersilaturrahmi, menyambung kembali ikatan sosial mereka yang lama terputus karena tuntutan pekerjaan meraka. Selain itu juga Haul KH.Abdul Fattah ini juga sebuah momen di mana 47 mereka me-refresh kembali kesadaran keagamaanya, dan juga sebagai ajang peningkatan keimanan dan ketaqwaanya. Berbicara mengenai Desa Siman dan masyarakatnya hal ini tidak bisa dipisahkan dari keberadaan pesantren yang ada didesa tersebut yang didirikan oleh KH. Abdul Fattah, karena berdirinya pesantren tersebut tidak lepas dari dukungan masyarakat Desa Siman itu sendiri. Pesantren tersebut adalah lembaga pendidikan agama pertama yang ada di daerah Desa Siman dan sekitarnya, dengan demikian secara otomatismayoritas warga masyarakat Desa Siman dan sekitarnya pernah mengenyam pendidikan di pesantren yang didirikan KH. Abdul Fattah ini, baik itu yangmondok tinggal di pesantren, asrama atau sekedar mengaji saja tapi tidak mondok atau dengan kata lain setelah selesai mengaji mereka pulang kerumah masing-masing. Dari kenyataaan ini secara langsung mereka mengalami ikatan kebersamaan yang terjalin dalam satu pesantren, ikatan yang terjalin di bawah didikan KH. Abdul Fattah ketika akan atau saat pelaksanaan Haul KH. Abdul Fattah ikatan itu dirasakan kembali oleh mereka.Mereka merasakan kedekatan emosional yang kuat, kedekatan yang terbentuk melalui kebersamaan mereka ketika sama-sama menimba dan belajar ilmu agama dibawah bimbingan KH. Abdul Fattah, sehingga haul adalah sebuah momen pengikat ke-emosi-an bagi murid dan santri yang pernah belajar disana. Hal ini sesuai seperti apa yang dituturkan oleh ibu Siti Zubaidah selaku warga yang pernah mondok dan belajar di pesantren KH. Abdul Fattah: “Ya sebagai warga Desa Siman yang mempunyai ikatan batin dengan pondok khususnya samambah Fattah, yang pernah ngaji dengan mbah Fattah, ya saya merasa mempunyai kewajiban untuk pulang mas, ya