Terbentuknya solidaritas sosial melalui tradisi Haul KH. Abdul Fattah

47 mereka me-refresh kembali kesadaran keagamaanya, dan juga sebagai ajang peningkatan keimanan dan ketaqwaanya. Berbicara mengenai Desa Siman dan masyarakatnya hal ini tidak bisa dipisahkan dari keberadaan pesantren yang ada didesa tersebut yang didirikan oleh KH. Abdul Fattah, karena berdirinya pesantren tersebut tidak lepas dari dukungan masyarakat Desa Siman itu sendiri. Pesantren tersebut adalah lembaga pendidikan agama pertama yang ada di daerah Desa Siman dan sekitarnya, dengan demikian secara otomatismayoritas warga masyarakat Desa Siman dan sekitarnya pernah mengenyam pendidikan di pesantren yang didirikan KH. Abdul Fattah ini, baik itu yangmondok tinggal di pesantren, asrama atau sekedar mengaji saja tapi tidak mondok atau dengan kata lain setelah selesai mengaji mereka pulang kerumah masing-masing. Dari kenyataaan ini secara langsung mereka mengalami ikatan kebersamaan yang terjalin dalam satu pesantren, ikatan yang terjalin di bawah didikan KH. Abdul Fattah ketika akan atau saat pelaksanaan Haul KH. Abdul Fattah ikatan itu dirasakan kembali oleh mereka.Mereka merasakan kedekatan emosional yang kuat, kedekatan yang terbentuk melalui kebersamaan mereka ketika sama-sama menimba dan belajar ilmu agama dibawah bimbingan KH. Abdul Fattah, sehingga haul adalah sebuah momen pengikat ke-emosi-an bagi murid dan santri yang pernah belajar disana. Hal ini sesuai seperti apa yang dituturkan oleh ibu Siti Zubaidah selaku warga yang pernah mondok dan belajar di pesantren KH. Abdul Fattah: “Ya sebagai warga Desa Siman yang mempunyai ikatan batin dengan pondok khususnya samambah Fattah, yang pernah ngaji dengan mbah Fattah, ya saya merasa mempunyai kewajiban untuk pulang mas, ya 48 untuk ikut mensukseskan acara h aul itulah mas” Wawancara pribadi pada tanggal 14 Agustus 2013 . Tradisi Haul KH. Abdul Fattah juga memberikan pengaruh terhadap ikatan sosial yang terjalin antara warga Desa Siman dengan masyarakat desa sekitarnya.Salah satu dampak dari tradisi Haul KH. Abdul Fattah ini terbentuknya sebuah tradisi keagamaan baru yaitu acara safari tahlil atau ziarah dan berdo’a ke makam-makam yang ada di desa sekitar Desa Siman, hal ini sesuai dengan perilaku ke-nahdliyin-an warga Desa Siman dan warga desa sekitar yang mayoritas berfaham ahlu sunnah wal jama’ah yang khas dengan ke-NU-annya, hal ini bukan tanpa alasan mengingat KH. Abdul Fattah sendiri salah seorang ulama yang berfaham ahlu sunnah wal jama’ah dan sangat kuat tradis ke-NU- annya, yang begitu juga dengan keturunan dan murid-muridnya. Hal ini sesuai seperti yang diutarakan oleh bapak Abdus Salam S. Ag.selaku salah satu tokoh masyarakat Desa Siman. Beliau mengatakan: “salah satu kegiatan yang terinspirasi dari Haul KH. Abdul Fattah yaitu adanya safari tahlil di makam desa-desa yang ada disekitar desa Siman.Yaitu, desa Kembangan, desa Widang, dan desa Karang.Ini dilakukan supaya warga dan santri-santrinya mbah Fattah itu tetap sambung karena santri-santri atau orang-orang yang ngaji ke mbah Fattah banyak yang dari desa-desa itu.Teman-teman seangkatan saya waktu ngaji dulu juga banyak dari desa- desa itu.”Wawancara pribadi pada tanggal 15 Agustus 2013. Pengaruh dari tradisi Haul KH. Abdul Fattah bagi masyarakat Desa Siman sangat terasa adanya, tradisi haul sebagai sebuah perilaku keagamaan bagi masyarakat Desa Siman juga menginspirasi masyarakat Desa Siman untuk membuat sebuah tradisi keagamaan baru.Tradisi yang disebut dengan safari tahlil ini merupakan sebuah ritual ziarah dan membaca tahlil di makam-makam desa 49 sekitar Desa Siman.Biasanya tradisi ini dilaksanakan beberapa hari menjelang Haul KH. Abdul Fattah, pesertanya adalah warga Desa Siman dan warga desa yang desanya sedang diziarahi, terutama yang mengikuti adalah masyarakat yang pernah ngaji dengan KH. Abdul Fattah. Safari tahlil ini diselenggarakan dengan semangat kebersamaan dan dengan tujuan supaya ikatan solidaritas antara warga Desa Siman dengan warga desa sekitar tetap terpelihara dengan baik. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi solidaritas yang terjadi di Desa Siman yang dikarenakan beberapa hal, diantaranya mengenai kesadaan bersama warga desa tentang suatu kepercayaan. Mereka meyakini pelaksanaan tradisi Haul KH.Abdul Fattah merupakan ritual yang mengandung nilai atau makna religius. Dengan kata lain masyarakat menganggap dengan melaksanakan ritual ini memiliki dampak pada keyakinan tentang suatu yang bernilai religi dan ini secara langsung menciptakan suatu keadaan yang mengintegrasikan masyarakat dan menjadi sarana pada terbentuknya solidaritas sosial di masyarakat Desa Siman. Selain mengenai kepercayaan.Ritual Haul KH.Abdul Fattah juga mengikat secara emosional bersama para warga Desa Siman. Hal ini dikarenakan pengalaman bersama tentang kiprah dan kehidupan KH.Abdul Fattah begitu melekat di benak masyarakat Desa Siman. Hal ini dibuktikan dengan warga yang merantau untuk pulang kampung saat pelaksanaan Haul KH.Abdul Fattah ini dilaksanakan.Walaupun tidak ada paksaan maupun keharusan untuk mengikuti acara Haul KH. Abdul Fattah tersebut. Dengan kata lain ikatan emosional bersama 50 para individu melalui Haul KH. Abdul Fattah secara langsung juga menjadi saran terbentuknya solidaritas sosial di warga masyarakat Desa Siman. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatan oleh Emile Durkheim mengenai solidaritas sosial, bahwa solidaritas sebagai suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama, yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama Johnson, 1986:181.

C. Bentuk-bentuk solidaritas sosial masyarakat Desa Siman dalam merayakan

tradisi Haul KH. Abdul Fattah Pelaksanaan tradisi Haul KH.Abdul Fattah berimbas pada penguatan sistem sosial didalam masyarakat Desa Siman, selain itu Haul KH. Abdul Fattah juga berperan mengikat dan mempersatukan masyarakat dalam ikatan yang jelas berdasarkan nilai-nilai kepercayaan, agama, ideologi, emosional, yang sama antara satu dan lainnya. Pada dasarnya pelaksanaan Haul KH.Abdul Fattah merupakan agenda pesantren namun mengingat jasa, pengabdian, dakwah, dan keluhurunan budi almarhum KH.Abdul Fattah membangkitkan memori warga untuk mengenang dan membalas segala kebaikannya dengan ikut berperan aktif dalam pelaksanaan acara haul tersebut. Melihat kenyataan ini hal yang menjadi dasar nilai terpenting dalam pelaksanaan Haul KH. Abdul Fattah ini adalah terbentuknya solidaritas sosial di antara warga Desa Siman adalah adanya totalitas bersama masyarakat Desa Siman dalam pelaksanaan Haul KH. Abdul Fattah. Dalam pelaksanaan 51 tradisi haul masyarakat Desa Siman berkontribusi aktif baik itu dari segi waktu, tenaga maupun materi. Dari sisi waktu dan tenaga misalnya masyarakat Desa Siman ikut membantu dalam mendirikan tenda-tenda untuk acara, membersih makam desa sekaligus makam KH. Abdul Fattah, membersihkan Masjid dan juga turut serta terlibat dalam penataan lokasi acara puncak haul yang berada di pesantren. Dari sisi materi misalnya, meskipun dalam hal pembiayaan sudah ditanggung oleh pihak keluarga dan pesantren namun sebagian warga masih memberikan sumbangannya kepada pihak penyelenggara. Ada pun masyarakat yang tidak memberikan kontribusinya dalam bentuk materi pun mereka tetap berusaha memberikan dukungan dalam bentuk lain misalnya menyumbang bahan-bahan makanan dan hewan ternak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Nurdi, selaku ketua panitia Haul KH. Abdul Fattah yang ke-21, sebagaimana berikut: “kontribusi masyarakat desa ketika Haul mbah Fattah sangat besar sekali, mereka ikut terlibat dalam kepanitiaan, bergotong royong dalam mendirikan tenda-tenda untuk acara, ikut membantu menata-nata di pondok lokasi acara, ikut membantu menyebar undangan, bahkan ada juga masyarakat yang menyumbang berbentuk uang atau barang misalnya sapi atau kambing” Wawancara pribadi pada tanggal 15 Agustus 2013. Dari hal ini bisa dilihat bahwa sesungguhnya masyarakat Desa Siman mempunyai sebuah wujud nyata sebuah wujud kongkrit bahwa sosok almarhum mempunyai posisi penting dalam benak masyarakat Desa Siman, meskipun dari pihak penyelenggara dalam hal ini keluarga almarhum tidak mewajibkan untuk melakukan hal-hal tersebut namun bagi masyarakat Desa Siman sosok almarhum yang begitu banyak telah berjasa dalam masyarakat membuat masyarakat rela 52 mengorbankan apa yang ada dalam dirinya untuk berperan dalam acara haul tersebut yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing. Seperti yang diutarakan oleh bapak Sodikun selaku warga Desa Siman beliau mengatakan: “setiap acara Haul Mbah Fattah ini saya biasanya mbantu-mbantu membuat tenda, membersihkan masjid, ikut mbantu menata kursi-kursi untuk acara, ya semampu saya lah yang penting saya bisa ikut nyumbang berkontribusi untuk mbah Fattah” Wawancara pribadi pada tanggal 19 Agustus 2013. Hal yang sama juga di utarakan oleh ibu Siti Mufarohah selaku warga Desa Siman, beliau mengatakan: “kalau ada acara Haul mbah Fattah ini saya biasanya membantu masak di dapur mbah nyai baca: rumah keluarga almarhum sama ibu-ibu yang lain untuk kebutuhan makanan selama acara haul. biasanya ya masak Soto, Rawon, Gulai Kambing. ya saya senang saya ikhlas melakukan ini memasak.” Wawancara pribadi pada tanggal 20 Agustus 2013. Berbagai bentuk solidaritas ditunjukkan masyarakat Desa Siman dalam acara Haul KH. Abdul Fattah, meraka saling bahu-membahu saling bergotong royong dalam rangka ikut mensukseskan acara haul tersebut. Pelaksanaan acara haul yang dihadiri ratusan bahkan sampai ribuan orang ini yang dalam rangkaian kegiatannya melibatkan banyak tenaga, mengundang banyak tamu undangan dari berbagai daerah dan kalangan mulai dari masyarakat biasa, tokoh masyarakat, Ulama hingga para pejabat, yang mana hal ini tentu saja membutuhkan banyak biaya untuk menunjang dan menjamu para tamu undangan tersebut. mulai dari biaya penyewaan tenda, sound system, konsumsi, dan lain sebagainya. Meskipun pembiayaan acara haul ini sudah di cover oleh Pesantren dan keluarga almarhum namun tetap saja bagi warga Desa Siman hal ini bukanlah 53 sebuah halangan bagi mereka, biaya bukanlah suatu permasalahan dan hambatan untuk berkontribusi maksimal dalam pelaksanakan acara haul tersebut. Seperti yang sudah penulis utarakan sebelumnya mengenai rangkaian acara tradis Haul KH.Abdul Fattah diantaranya yaitu adanya pembacaan al- Qur’an secara bil ghoib hafalan yang dibaca oleh para pembaca dari pesantren yang diadakan di masjid Desa Siman yang di situ juga terdapat makamnya almarhum KH. Abdul Fattah. Dalam pembacaan al- Qur’an yang selama satu minggu itu para pembaca mandapatkan konsumsi berupa makanan dan minuman, konsumsi ini didapatkan dari swadaya masyarakat warga Desa Siman yang dengan inisiatif sendiri ingin menyumbang atau memberikan makanan dan minuman untuk para pembaca al- Qur’ an itu. Seperti yang diutarakan oleh ibu Asmaiyah selaku warga yang ikut menyumbang makanan dan minuman tersebut: “saya dan ibu-ibu yang lain biasanya iuran untuk membeli makanan dan minuman, biasanya ya dibuat nasi bungkus dan beli aqua air mineral, ya istilahnya untuk membelajari kami untuk ingat dengan orang tua, ndak seberapa rupiahnya, seratus dua ratus ndak masalah, yang penting membelajari kami untuk ingat orang tua kita, ingat mbah Fattah. Ya sebagai bentuk solidaritas kita itu yang penting, kita rupakan dalam bentuk itu.” Wawancara pribadi pada tanggal 20 Agustus 2013 Apa yang dilakukan oleh ibu Asmaiyah dan para ibu-ibu yang lain itu tak lain adalah sebagai wujud sebuah pengorbanan tanpa pamrih tanpa memandang seberapa besar nilai materi yang dikeluarkan untuk sebuah pengorbanan, mereka melakukan itu semata-mata untuk sebuah pelajaran hidup, sebuah pelajaran bahwa mengingat jasa orang tua atau dalam hal ini sosok almarhum KH. Abdul Fattah yang sudah dianggap sebagai orang tua yang sudah seharusnya menjadi teladan dan dihormati. Bagi mereka dengan melakukan iuran yang kemudian dijadikan sebuah sumbangan berbentuk makanan dan minuman yang diberikan kepada para