Penyelenggara dan pelaksanaan tradisi Haul KH. Abdul Fattah.

40

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang keyakinan masyarakat Desa Siman tentang tradisi Haul KH. Abdul Fattah, terbentuknya solidaritas sosial masyarakat Desa Siman melalui tradisi Haul KH. Abdul Fattah, serta bentuk-bentuk solidaritas sosial masyarakat Desa Siman melalui tradisi Haul KH. Abdul Fattah.

A. Norma dan Nilai dalam masyarakat Desa Siman

Setiap individu dalam suatu masyarakat mempunyai pandangan tersendiri dalam menentukan jalan hidupnya, begitu juga halnya dalam menentukan sebuah keyakinan yang dalam keyakinan itu mempengaruhi juga pandangan dan tindakan dalam menilai segala fenomena yang ada dalam masyarakat tersebut. Tradisi Haul KH. Abdul fattah adalah sebuah fenomena yang ada di tengah masyarakat Desa Siman.Sebuah fenomena yang mempunyai arti tersendiri bagi masyarakat Desa Siman.Sebagai sebuah fenomena tradisi yang sudah berlangsung cukup lama tradisi Haul KH.Abdul Fattah ini mempunyai penilaian atau pandangan yang positif di mata masyarakat Desa Siman. Karena tradisi haul ini sifatnya sosio – religius dan meskipun pada sebagian masyarakat berpaham modern yang dalam hal ini diwakili kelompok keagamaan seperti Muhammadiyyah, Persatuan Islam Persis setidaknya tidak melaksanakan tradisi haul seperti perdebatan khilafiyah dalam sejarah terbentuknya organisasi ini, namun bagi masyarakat Desa Siman hal itu tidak menjadi masalah karena bagi 41 masyarakat Desa siman memiliki keyakinan bahwa tradisi haul ini tidak bertentangan dengan keyakinan mereka,bahkan sejalan dengan ajaran Islam itu sendiri. Ada beberapa persepsi yang ditemukan dimasyarakat Desa Siman tentang tradisi Haul KH. Abdul Fattah di antaranya adalah: 1. Haul sebagai sarana introspeksi diri untuk mengingatkan akan kematian . Dari sisi pemahaman keagamaan, sesungguhnya tradisi Haul KH.Abdul Fattah ini mempunyai manfaat terhadap masyarakat desa Siman tentang pentingnya mendoakan seseorang yang telah meninggal, karena menurut syariat Islam mendoakan seseorang yang telah meninggal adalah bagian dari amal ibadah.Dalam sebuah Hadist disebutkan “perbanyak olehmu mengingat-ingat kepada sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan, yaitu kematian. HR. Turmudzi ” ash-Shan’ani, 1424 H2004 M:302. Bahwa meninggalnya seseorang itu juga mempunyai manfaat terhadap orang yang belum meninggal, karena setiap manusia pasti akan mengalami kematian dan bagi seorang muslim orang yang sudah meninggal tidak ada bekal yang paling baik kecuali amal dan ibadah yang baik pula. Seperti yang diutarakan oleh bapak Muhammad Arifin selaku salah satu tokoh masyarakat Desa Siman, menurutnya: “tradisi Haul ini harus tetap dilestarikan, karena menurut saya dengan adanya haul ini mengingatkan pada kita tentang kematian dan suatu saat kita juga kepingin di-Haul-i seperti itu, dan saya juga ingin ketika sudah meninggal tetap diingat dan didoakan” Wawancara pribadi pada tanggal 18 Agustus 2013. Berbagai Perbedaan pandangan tentang pelaksanaan tradisi haul banyak terjadi dikalangan kelompok keagamaan di Indonesia, sebagian kelompok 42 menentang adanya tradisi ini, sebagian lagi tidak mempermasalahkan adanya tradisi ini. Bagi masyarakat Desa Siman hal ini tidak menjadi sebuah permasalahan. Seperti juga yang bapak Arifin tuturkan mengenai masalah ini, menurutnya: “orang kita itu kan mengatakan kalo mendoakan orang yang meninggal dunia itu kan sampai, meskipun orang dari kelompok lain bilang itu tidak sampai, nah kita itu berpedoman doa-doa kita itu sampai, karna yang dimaksud dengan anak sholeh itu ya kita-kita orang yang mendoakan orang yang meninggal itu” Wawancara pribadi pada tanggal 18 Agustus 2013 Dalam Hadist disebutkan bahwasanya orang yang sudah meninggal itu terputus semua amalnya kecuali tiga hal: pertama, sedekah jariyah. Kedua, ilmu yang bermanfaat. Ketiga, anak soleh yang berdoa kepadanya ash- Shan’ani, 1424 H2004 M:517. Pemaknaan terhadap sabda Nabi ini tidak dimaknai secara tekstualis saja tapi juga harus dimaknai secara lebih luas, yakni sebagai amalan yang bisa dilakukan bagi orang yang masih hidup yang pahalanya bisa dihadiahkan bagi orang yang meninggal. Bagi masyarakat Desa Siman, yang mayoritas warganya berideologi NU, tentu saja mendoakan orang yang meninggal sudah menjadi suatu tradisi yang cenderung mengarah pada sebuah keharusan, karena menurut mereka apa yang dilakukan itu mempunyai landasan dan argumen yang jelas berdasarkan pada faham ahlu sunnah wal jama’ah. 2. Haul Sebagai sarana mengenang jasa dan perjuangan sosok KH. Abdul Fattah. Selain megingatkan akan kematian ada pula yang mempersepsikan tradisi Haul KH. Abdul Fattah merupakan sarana untuk mengenang jasa dan perjuangan proses dakwah serta sebagai bentuk rasa hormat kepada KH. Abdul Fattah yang 43 telah banyak banyak berjasa bagi kehidupan bermasyarakat terutama dari sisi pendidikan dan keagamaan di Desa Siman. Seperti yang di utarakan bapak Abdul Ghofur, selaku warga Desa Siman: “kalau menurut saya Haul mbah kyai fattah ini sangat penting sekali untuk menunjukkan rasa simpati, rasa hormat, dan ucapan terima kasih atas jasa-jasa beliau yang telah memberikan pencerahan kepada kita melalui ilmu-ilmu agama. Jadi Haul ini bagi saya sangat berarti sekali.”Wawancara pribadi pada tanggal 19 Agustus 2013. Bagi masyarakat Desa Siman warisan yang mulia ini di anggap sangat penting untuk terus dilestarikan. Ada begitu banyak sisi positif yang dapat diambil dari tradisi haul ini. Bagaimana pentingnya mengenang seseorang yang mempunyai peran yang signifikan bagi perubahan kehidupan masyarakat, terlebih berkaitan dengan pendidikan etika, dan prilaku masyarakat yang dihasilkan dari pelaksanaan tradisi haul ini. 3. Ketenangan dan ketentraman jiwa Sebagai sebuah tradisi perilaku keberagamaan yang sudah terlaksana selama berpuluh-puluh tahun tradisi Haul KH.Abdul fattah memberikan kesan mendalam bagi masyarakat Desa Siman, memberikan sumbangsih terhadap ketenangan dan ketentraman jiwa pada masyarakatnya. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Mariatun selaku warga Desa Siman: “saya merasa senang dengan adanya Haul mbah Fattah, kalau mengikuti haul acara ini hati saya meras a terenyuh, damai, dan tentram”. Wawancara pribadi pada tanggal, 19 Agustus 2013. Apa yang dirasakan oleh individu maupun masyarakat melalui perantara ritual tradisi Haul KH. Abdul Fattah ini sangat terasa efeknya, melalui ritualtradisi