Universitas Sumatera Utara
sibuk  dengan  kuliah  AN  juga  mengikuti  salah  satu  tempat  bela  diri  di  dekat rumahnya, yakni Bela diri Pecak Silat.
Saat  ini  informan  AN  sedang  menjalani  hubungan  pacaran  backstreet dengan  seseorang  yang  berinisial  AD.  AD  adalah  seorang  mahasiswa  Fakultas
Hukum  di  Universitas  Sumatera  Utara  yang  lahir  pada  tanggal  15  Juni  1992  di Medan.  AD  adalah  seorang  yang  beragama  Islam  dan  mereka  sudah  menjalani
hubungan pacaran backstreet selama 7 tahun.
4.1.3.  Hasil Pengamatan dan Wawancara
Setelah  peneliti  melakukan  wawancara  dengan  5  informan,  berikut  hasil wawancara dengan masing-masing informan :
1. Informan I
Inisial informan : DA
Tanggal Wawancara : Pada tanggal 15 Desember 2014
Pukul : 13.00- 18.00 WIB
Tempat : Kediaman rumah Informan
Informan  pertama  yang  diwawancarai  dalam  penelitian ini  berinisial  DA. Informan  DA  juga    sedang  menyusun  Tugas  Akhir  sama  seperti  yang  sedang  di
kerjakan  oleh  peneliti.  Tidak  hanya  sedang  menyusun  tugas  akhirnya,  DA  juga memiliki  kesibukan  lain  dengan  bekerja  menjadi  guru  les  kerumah-rumah  untuk
mengajar  anak-anak  kecil  yang  masih  duduk  dibangku  Sekolah  Dasar  didekat rumahnya.  Informan  pada  saat  ini  berumur  21  Tahun  dan  merupakan  mahasiswi
Politeknik Negeri Medan jurusan Akutansi Pertama  sekali  peneliti  berangkat  dari  rumahnya  menuju  rumah  informan
yang  tidak  jauh  dari  rumah  peneliti.  Peneliti  berangkat  menggunakan  sepeda motor, di bawah sinar matahari yang terik dan cukup panas pada hari itu peneliti
tetap  melaju  menuju  rumah  informan.  Kondisi  cuaca  yang  begitu  panas  dan kemacetan  kota  Medan  tidak  melunturkan  semangat  peneliti  untuk  melakukan
proses  wawancara  kerumah  informan.  Sesampainya  peneliti  di  rumah  informan
Universitas Sumatera Utara
DA,  peneliti  melihat  gerbang  rumah  informan  yang  terbuka  lebar  dan  langsung saja  peneliti  memarkirkan  sepeda  motor  di  halaman  rumah  informan.  Setelah
memarkirkan sepeda motornya, peneliti melihat ayah informan yang bernama BY duduk diteras rumahnya pada saat itu ayahnya memakai kaos berkera garis dengan
pencampuran  warna  cokelat  putih  dan  memakai  celana  pendek  cokelat  sambil tersenyum  dan  menyapa  peneliti.  Peneliti  membalas  sapaan  ayah  informan  dan
tersenyum  kepadanya.  Ayah  informan,  BY  berkerja  sebagai  PNS  di  Kodam IBukit  Barisan  sedangkan  ibu  informan  DA  berkerja  sebagai  guru  honorer  di
salah satu sekolah SD yang letaknya tidak jauh dari rumanya. Ayah informan  bertanya kepada peneliti “dari mana?” peneliti langsung
menjawab “ Dari rumah pak, DAnya ada pak?” “ada didalam kamar, masuk aja” balas  ayah  informan.  Peneliti  yang  sudah  terbiasa  mengunjungi  rumah  informan
tidak  segan-segan  lagi  untuk  langsung  masuk  ke  rumah  informan  dan  langsung menuju kamar informan. Tanpa mengetuk pintu kamar informan peneliti langsung
saja masuk dan melihat informan yang sedang menonton film korea kesukaannya. Hubungan  peneliti  dengan  informan  adalah  teman  semasa  duduk  dibangku  SMP
dan  hubungan  tersebut  tetap  terjalin  hingga  saat  ini,  sehingga  memudahkan peneliti  untuk  melakukan  proses  wawancara  dengan  informan.  Sejak  duduk  di
bangku  SMP  peneliti  dan  informan  berteman  dengan  akrab,  keduanya  sering menghabiskan waktu bersama.
Seketika  informan menghentikan menonton dan bertanya kepada peneliti “jadi  wawancaranya?”  peneliti  menjawab  pertanyaan  informan  dengan  cara
mengangukan  kepalanya.  “Tapi  aku  tutup  pintu  dulu  ya  biar  gak  kedengaran
ayah. ”  Informan  berjalan    pelan  dan menutup  pintu    kamarnya  secara  perlahan.
Peneliti  mengambil  buku  yang  berisi  pertanyaan  dan  pena  yang  telah  ia  siapkan dari  rumah  sebelumnya  dan  tidak  lupa  ia  juga  mengeluarkan  telepon  genggam
miliknya  untuk  merekam  semua  percakapan  dengan  informan  agar  tidak  ada satupun  kata-kata  informan  yang  terlewatkan  oleh  peneliti.  Sebelum  peneliti
menanyakan  pertanyaan  yang  telah  di  siapkan,  peneliti  terlebih  dahulu mengutarakan  tujuan  dan  maksud  dari  penelitiannya  serta  menjelaskan  secara
Universitas Sumatera Utara
singkat  kepada  informan  DA.  Peneliti  melakukan  wawancara  dengan  informan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah peneliti siapkan.
Dalam  proses wawancara, peneliti menanyakan biodata lengkap informan terlebih  dahulu  dan  latar  belakang  dirinya.  Meskipun  peneliti  telah  mengenal
informan DA namun peneliti tetap menanyakan biodata informan karena agar data yang dihasilkan lebih akurat.
DA  memiliki  kekasih  yang  berinisial  BN.  BN  merupakan  orang  yang bersuku Tionghua yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumah informan. Meski
BN bersuku Tionghua namun ia memeluk agama yang sama dengan informan DA yaitu  Kristen  Protestan.  Mereka  telah  menjalani  hubungan  backstreet    selama  2
tahun  belakangan  ini.  Mereka  berpacaran  mulai  dari  tahun  2013  tepatnya  pada tanggal  31  Januari  2013  hingga  sekarang.  Tanggal  31  januari  2015  hubungan
mereka genap 2 tahun, namun untuk berpacaran secara backstreet setelah mereka berpacaran  3  bulan.  Proses  mereka  berkenalan  adalah  melalui  media  sosial
Facebook.  Meskipun  rumah  mereka  berdekatan,  pasangan  backstreet  ini  tidak pernah berkenalan ataupun bertemu awalnya, DA berkata,
“  iya  jadi  dulu  itu  dekatnya  lewat  facebook  dia  suka  nglike  menyukai foto-foto  aku  terus  kami  chatting,  eh  gak  lama  chatting  ternyata  dia
tinggal  gak  jauh  dari  komplek  rumahku.  Tapi  herannya  gak  pernah  liat. Awalnya  gak  ada  niat  buat  dekat  atau  pacaran  dengan  dia  tapi  lama
kelamaan anaknya asik, enak banget diajak bicara, nyaman deh kalo dekat dia, ya udah tepat tanggal 31 januari 2013 kami resmi pacaran deh.
” Informan  DA  juga  mengaku  awal  pacarannya  dengan  BN    tidak  ada  niat
untuk menjalani pacaran backstreet bahkan ia sudah memberi tahu ibunya bahwa ia telah berpacaran dengan BN.  Namun ia harus menerima kenyataan karena sang
ayah  tidak  menyetujui  hubungan  mereka  dikarenakan  perbedaan  suku  yakni informan bersuku Batak dan BN bersuku Tionghua dimana adat diantara mereka
jelas berbeda seperti upacara pernikahan. Ketidak  setujuan  ayahnya  diketahui  Informan  pertama  sekali  pada  saat
informan lewat di depan kamar orang tuanya dan secara tidak sengaja mendengar pembicaraan  orang  tuanya  mengenai  hubungan  informan  DA.  Lebih  tepatnya
Universitas Sumatera Utara
ayah  DA  melarang  informan  DA  untuk  berpacaran  dengan  orang  yang  berbeda suku. Ayahnya menginginkan semua anak-anaknya berpacaran dan pada akhirnya
dapat menikah dengan orang yang sukunya sama dengan orangtuanya  yaitu suku Batak.  Dari  keempat  anaknya  hanya  informan  DA  lah  yang  dilarang  untuk
berpacaran oleh ayahnya, hal ini dikarenakan abang dan adik-adiknya berpacaran dengan  seseorang  yang  tidak  berbeda  suku.  Sebenarnya  ayahnya  tidak
mempermasalahkan  anak-anaknya  berpacaran  dengan  siapa  saja  selama  masih satu  suku  dengan  ayahnya.  Berbeda  dengan  ayahnya,  ibu  informan  DA
menyetujui hubungan mereka karena baginya semua tergantung kepada orangnya, apapun  sukunya  jika  orang  tersebut  baik  dan  dapat  membahagiakan  anaknya
baginya itu bukan menjadi masalah. DA  berkata, “Mama  baik,  dia  biasa  aja,  paling cuma  nasehatin  baik-baik  pcarannya
jangan  yang  aneh-aneh  gitu  aja  ya..  seperti  ibu-ibu  pada  umumnya  yang menasehati  anaknya  pacaran.
” Jelas  DA    sambil memakan  keripik  yang ada didepannya.
DA  tidak  memiliki  keberanian  untuk  memberitahu  ayahnya  mengenai hubungannya  dengan  BN,  hal  ini  dikarenakan  ia  mengenal  sifat  ayahnya  yang
keras  kepala,  menurutnya  sulit  untuk  mengatakan  yang  sejujurnya  dan  pastinya akan  sulit  untuk  bertukar  pikiran.  Dari  pembicaraan  orang  tuanya,  si  ayah
mengetahui bahwa informan DA berpacaran dengan BN dari ibunya. Ibu informan yang telah memberitahu kepada sang ayah bahwa anak gadisnya yang paling besar
telah berpacaran dengan seseorang pria bersuku Tionghua, ayahnya ternyata tidak merestui  hubungan  mereka  dikarenakan  perbedaan  suku.  Informan  DA  di  suruh
untuk  memutuskan  hubungannya  dengan  BN  dan  informan  dilarang  untuk bertemu dengannya. Dengan mata merah seakan mau menangis DA menceritakan
semua yang ia dengar dari percakapan kedua orang tua informan kepada peneliti. Peneliti  menepuk  pundak  informan  untuk  mencoba  menenangkan  saat  informan
sudah  merasa  tenang,  penelitipun  mulai  melanjutkan  pertanyaannya  kepada informan.  Peneliti  bertanya  bagaimana  informan  menyembunyikan  hubungan
backstreet  yang  informan  jalani  dengan  pasangannya  dibelakang  orang  tuanya. Selain  ia  harus  berpacaran  sembunyi-sembunyi  backstreet  informan,  DA  juga
Universitas Sumatera Utara
harus berbohong agar hubungan pacarannya dengan BN dapat bertahan lama. DA berkata,
”  ya..  pinter-pinter  bohong  la..  kalo  mau  jalan  bilangnya  mau  kerja kelompok mau jalan-jalan ma teman-teman. Orang tua aku pasti langsung
gak percaya gitu aja. Nah jadi  aku manggil teman aku buat main kerumah dan  aku  kenalin,  nah  dari  situ  orang  tua  aku  kan  udah  akrab  dengan
teman  aku  itu,  udah  kenal,  jadi  mereka  percaya  aja.  Hal  yang  paling penting kalau lagi  bohong itu,  aku  gak  bisa  liat  mata  kedua  orang  tuaku
pasti  langsung  kelihatan.  Jadi  kalo  lagi  bohong  aku  seringnya  megang telepon genggam atau ada aja yang aku kerjain, jadi orang tuaku gak bisa
curiga. Selain itu wajib ngasi alasan yang logis, jadi orang tuaku percaya aja. Tapi gak tau ya rasaku si mama tahu kalo aku bohong, ia jadi kadang
kalo  aku  izin  mau  pergi  dia  selalu  bilang  hati-hati  sambil  nyuri-nyuri pandangan  kemataku.  Tapi  kalo  aku  lagi  jujur,  mama  gak  pernah  bilang
hati-hati, Cuma nyalam aja
” kata informan. DA sangat dekat dengan ibunya, tidak ada hal yang tidak ia disampaikan
kepada  ibunya.  DA  sering  bercerita  dan  mencurahkan  isi  hatinya  kepada  ibunya kecuali satu hal ini yaitu pacaran  backstreetnya.  Ibunya masih terlihat muda, hal
ini  disebabkan  karena  ibunya  menikah  muda  dengan  ayahnya.  Usia  pernikahan ayah dan ibunya adalah 22 Tahun dan usia ibunya saat menikah dengan ayahnya
adalah  berumur  16  tahun.  Sekarang  ibu  informan  berusia  39  tahun.  Kebanyakan teman-teman informan melihat DA dan ibunya seperti kakak adik DA dan ibunya
sering  menghabiskan  waktu  bersama  berdua  menceritakan  semua  yang  mereka alami setiap harinya. Begitu juga dengan ayahnya, dahulu DA  juga sangat dekat
dengan  ayahnya,  tidak  jarang  juga  mereka  sering  menghabiskan  waktu  berdua menonton televisi dirumah. Namum setelah DA dilarang pacaran dengan BN kini
ia  mulai  menjauh  dari  ayahnya  ia  tidak  lagi  menghabiskan  waktu  kosongnya dirumah, ia lebih banyak menghabiskan waktunya diluar bersama pacarnya.
Bagi cewek kelahiran 1993 ini, tidak ada hal positif yang di dapatkannya dari  berpacaran  backstreet  tapi,  karena  dirinya  terlalu  sayang  dan  sudah  merasa
nyaman  menjalaninya  bersama  BN.  Informan  saat  ini  tidak  lagi  menghiraukan harus  berbohong  dan  tidak  jujur  lagi  kepada  orang  tuanya.  Cara  DA  untuk
menyembunyikan  hubungan  berpacaran  backstreet  ini  adalah  dengan  berbohong
Universitas Sumatera Utara
kepada  orang  tuanya  serta  tidak  memasang  foto  bersama  di  telepon  genggam miliknya  ataupun  meninggalkan  foto-foto  BN  ditelepon  genggam  miliknya.
keadaan ini sungguh sangat tidak nyaman baginya, baginya ini sangat melelahkan baik  secara  fisik  maupun  mental,  namun  lebih  sulit  baginya  untuk  jujur  kepada
orang tuanya mengatakan hal yang sejujurnya. Peneliti  menanyakan  bagaimana  perasaan  yang  DA  rasakannya  saat
informan DA  sedang berbohong.  Ia mengatakan saat ia berbohong kepada orang tuanya hatinya tidak tenang dan jantungnya berdebar kencang. DA berkata,
“Berbohong itu sulit, kalo lagi berbohong pasti hatiku enggak tenang dan jantung rasanya berdebar kencang.
Peneliti  bertanya  kepada  informan  tentang  strategi  komunikasi  apa  yang informan  lakukan  agar  pacaran  backstreetnya  berjalan  dengan  lancar  dan  tidak
ketahuan selama 2 tahun ini. DA berkata, “  Kalo  ke  orang  tua,  itu  sering  bohong  aja.  Kalo  mau  jalan  berdua
dengan  BN  bilangnya  mau  jalan  ma  temen.  Pokoknya,  temen  itu  enak banget di jadiin alasan. Kadang kalo dia mau jemput aku ke rumah itu gak
pernah selalu didepan rumah, pasti selalu di simpang rumah. Begitu juga kalo dia mau nganter, kadang aku yang datangin dia biar lebih aman, gak
ketahuan orang tua
.” DA  juga  mengatakan  bahwa  pacarnya,  BN  telah  mengetahui  bahwa  ayah
DA  tidak  mengizinkan  anaknya  untuk  berpacaran  dengan  seorang  yang  berbeda suku. Meski sedikit kecewa, namun BN  berusaha tabah karena rasa sayang yang
begitu  besar  terhadap  informan.  Berbeda  dengan  orang  tua  informan,  orang  tua BN  justru  menerima  DA  sebagai  pacar  anaknya,  hal  ini  diketahui  peneliti  saat
peneliti melihat foto-foto informan bersama keluarga BN dimedia sosial facebook milik BN.
Informan  dan  pacarnya    BN  bertemu  hampir  setiap  harinya  setelah informan  pulang  kuliah,  bahkan  setiap  minggunya  mereka  juga  beribadah
bersama-sama  digereja  yang  cukup  jauh  dari  rumahnya.  Hal  ini  dilakukan  agar tidak ketahuan ataupun terlihat oleh kedua orang tua DA. Orang tua informan DA
Universitas Sumatera Utara
tidak  melarangnya  untuk  beribadah  di  gereja  dimanapun.  Beliau  membebaskan anaknya  memilih  gereja  mana  yang  sesuai  dengan  kesukaan  anaknya.  DA  juga
menjelaskan  kepada  peneliti  bagaimana  cara  ia  jika  berkomunikasi  dengan  BY pada saat dirumah. katanya,
”  Kalo  mau  telfonan  itu  dikamar  aja,  telepon  genggam  jangan  sampai dipegang ataupun dilihat isinya oleh mama, kalo kedengaran telfonan ya
biasa aja gak pakai panggilan sayang-sayangan .”
Dalam  menjalani  pacaran  backstreet  ini,  DA    harus  sering  berbohong kepada  orang  tuanya.  Informan  DA  mengatakan  saat  ia  berbohong  ia  sering
menggunakan  komunikasi  nonverbal,    salahnya  satu  adalah  gerak  tubuh  yakni mata. katanya,
“Mataku  itu  kalo  berbohong  gak  bisa  berkedip,  gak  berani  mandang  ke mata  orang  tua  dan  yang  paling  sering  suka  ngerjain  apa  aja  sambil
bohongnya biar gak ketakutan.” Pada  saat  berbohong,  informan  DA  juga  sering  menggunakan  penekanan
nada suara saat ia berbohong, ”  Bicaranya  agak  gugup  dan  tapi  biasanya  awalnya  aja,  siap  itu  udah
lancar aja bohongnya.” Menurut  informan  DA,  orang  tuanya  tidak  pernah  merasa  curiga  saat  ia
mengeluarkan komunikasi nonverbal yang ia tunjukkan saat berbohong. Informan DA tidak terlalu mencemaskan hubungan backstreet yang sedang ia jalankan, hal
ini disebabkan karena ia selalu berfikir positif dan selalu dikuatkan melalui kata- kata motivasi dari pacarnya, BN. Sama halnya dengan rasa lelah dan jenuh saat ia
menjalankan hubungan backstreet  selama ini, BN selalu menguatkan DA dengan kata-kata  dan  perhatian  yang  selalu  ia  berikan  kepada  DA.  Meskipun  begitu,
Informan  DA  dan  pasangannya  BN  juga  kerap  mengalami  konflik  diantara mereka, namun cara mereka untuk menyelesaikan konflik tersebut adalah dengan
cara, seperti yang dikatakan DA,
Universitas Sumatera Utara
”Caranya,  saat  salah  satu  diantara  kami  ingin  menyerah  dengan hubungan ini, yang satu lagi menguatkan, jadi konflik bisa terselesaikan.”
Kata DA dengan senyum tipis dari bibirnya.
Konflik  Tidak  hanya  di  antara  mereka,  informan  DA  bahkan  sempat berkonflik  dengan  orang  tuanya  dikarenakan  informan  DA  sering  terlambat
pulang ke rumah dan informan dimarahi oleh ayah informan. Cara informan DA menyelesaikannya adalah dengan,
”Minta maaf aja, tapi dengan alasan yang logis, jadi orang tua gak curiga dan  mudah  untuk  maafinnya.  Contohnya,  kalo  ditanya  kenapa  gak  ikut,
bilangnya, “maaf yah soalnya hari ini ada undangan ulang tahun kawan.” setelah itu misalnya hari ini pulang lama, besoknya enggak jadi orang tua
tidak marah lagi.” Peneliti  bertanya  kepada  informan  apa  harapannya  kedepan  untuk  orang
tua  dan  hubungannya  bersama  BN,  informan  menjawab  dengan  mimik  wajah yang  sangat  tegas  dan  semangat  mengenai  hal  yang  sangat  ia  inginkan  adalah
ketika  orang  tuanya  tidak  melarang  ia  untuk  berpacaran  dengan  BN  dan  mau menerima  perbedaan  suku,  sehingga  informan  tidak  lagi  harus  berbohongan  dan
sembunyi-sembunyi  lagi  berpacaran.  Karena  menurut  informan  DA  tidak menjamin  jika  satu  suku  dapat  membuat  hidup  kita  bahagia.  Setelah  selesai
melakukan penelitian dan data-data yang diperlukan, peneliti masih belum pulang sampai  pada  pukul  18.00  dari  rumah  informan  DA,  bahkan  peneliti  sempat  ikut
berkumpul  dan  ikut  makan  malam  bersama  keluarga  informan  DA.  Menurut peneliti,  keluarga  informan  adalah  keluarga  yang  harmonis  namun  meskipun
begitu, informan DA berasal dari keluarga yang tidak suka akan perbedaan suku. Bagi  orang  tuanya,  tidak  masalah  bagi  mereka  jika  anak  mereka  berpacaran
dengan  siapa  saja  dan  dengan  latarbelakang  apa  saja,  tidak  menjadi  masalah asalkan  anak  mereka  berpacaran  dan  menikah  dengan  orang  yang  satu  suku
dengan mereka.
Universitas Sumatera Utara
2. Informan II