Gambaran Kecemasan dan Cara Mengatasinya

Universitas Sumatera Utara Informan keempat dari penelitian ini adalah YE. Informan YE dalam berpacaran backstreet di belakang orang tuanya tidak hanya menggunakan komunikasi verbal saja namun ia juga menggunakan komunikasi nonverbal saat ia berbohong kepada orang tuanya. Adapun komunikasi nonverbal yang ia pakai saat berbohong kepada orang tuanya adalah ditunjukkan dengan mata yang melotot dan nada suara yang meninggi saat ia sedang berbohong, sedangkan komunikasi verbal yang ia gunakan adalah berbohong untuk mencoba meyakinkan ibunya bahwa ia masih berpacaran dengan mantannya yang jauh di Bagan Batu. Ia selalu mengatakan bahwa ia dan mantan kekasihnya masih sering berkomunikasi dan tidak berpacaran lagi dengan pacarannya yang sekarang. Pada informan terakhir dari penelitian ini adalah AN. Informan AN lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal dari pada verbal hal ini karena ia selalu berbohong jika ia saat ini tidak berpacaran dengan siapapun. Adapun komunikasi nonverbal yang ia gunakan untuk menutup-nutupi kebohongannya adalah ia selalu mata membesarkan bola matanya dan menaikkan alisnya saat ia berbohong ia juga menggunakan penekanan nada suara yang kecil agar tidak ketahuan saat ia berbohong didepan orang tuanya. Mata merupakan salah satu dari pusat komunikasi, mata banyak mengungkapkan informasi karena dapat “berbicara” melalui pandangan, kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain menggunakan mata Antonius 2014: 37. Mereka yang sedang berbohong cenderung lebih sering atau bahkan jarang mengedipkan mata.

4.2.4. Gambaran Kecemasan dan Cara Mengatasinya

Seorang yang berbohong dapat mengalami perasaan cemas karena kahwatir kebohongannya akan terdeteksi atau diketahui, sebaliknya pendengar dapat saja merasa curiga ia sedang dibohongi. Perasaan cemas dan curiga yang ada dalam diri seseorang ini sering kali muncul keluar dalam bentuk perilaku yang dapat dilihat. Dengan menutupi perasaan cemas tersebut pastinya seorang yang sedang berbohong tersebut memiliki cara untuk mengatasi perasaan tersebut. Dari hasil analisis wawancara peneliti dengan informan mengenai kecemasan yang Universitas Sumatera Utara dialami oleh kelima informan dalam penelitian ini, mereka memiliki berbagai macam gambaran kecemasan saat mereka sedang berbohong. Gambaran kecemasan informan DA saat berbohong ditunjukkan dengan sikap informan DA tidak tenang dan, jantung yang berdebar kencang. Cara mengatasi kecemasannya itu selalu berfikir positif dan hal yang selalu menguatkannya adalah kata- kata motivasi dari pacarnya seperti “aku menyayangimu ” hal itu yang dapat mengurangi rasa cemasnya. Gambaran kecemasan informan kedua yaitu CH ditunjukkan dengan kondisi informan CH yang akan keringat dingin, telapak tangan dingin saat ia sedang merasa cemas dan perasaan bersalah karena telah berbohong kepada orang tuanya. Cara mengatasi kecemasannya adalah dengan cara berfikir positif dan selalu bersama dengan pasangan, selalu mendengar kata-kata pasangannya kalau ia benar-benar sayang dengan informan. Hanya hal itu yang dapat meringankan rasa cemas CH. Gambaran kecemasan pada informan ketiga DN adalah ditunjukkan dengan kondisi informan DN yang akan keringat dingin, telapak tangannya dingin saat ia berbohong dan merasa bersalah karena telah berbohong kepada orang tua. Cara mengatasi kecemasannya adalah dengan memikirkan semuanya akan baik- baik saja dan tidak akan ketahuan orang tuanya. Gambaran kecemasan pada informan YE adalah Gelisah, debaran jantung yang tidak normal saat berbohong karena takut akan ketahuan orang tuanya. Cara mengatasi kecemasannya adalah dengan cara pintar-pintar berbohong dan selalu menyiapkan taktik ataupun cara agar tidak diketahui oleh orang tua dan selalu berusaha untuk tenang. Gambaran kecemasan pada informan AN adalah ditunjjukkan dari sikap AN yang keringatan, merasagak tenang, dan ketakutan. Cara yang digunakannya untuk mengatasi kecemasannya adalah berfikir positif dan mencoba untuk tidak sepenuhnya berbohong. Contohnya, jika ingin pergi keluar rumah, AN beralasan kepada orang tuanya bahwa dia ingin jalan bersama teman-temanya, walaupun jalan dengan teman, kenyataannya pacar AN yang berinisial AD ikut bergabung dengan AN dan teman-temannya. Universitas Sumatera Utara Seperti yang dikatakan Morissan 2013: 201 dalam teori Interpersonal Deception Theory Teori Penipuan Antar Individu mengatakan jika seorang pembohong akan mengalami perasaan cemas karena khwatir kebohongannya akan terdeteksi atau diketahui, dan sebaliknya pendengar dapat saja merasa curiga ia sedang dibohongi. Perasaan cemas dan curiga yang ada dalam diri seseorang ini sering kali muncul keluar dalam bentuk perilaku yang dapat dilihat. Kecurigaan atau kecemasan karena adanya kebohongan ini dapat terwujud dalam bentuk perilaku yang terkontrol strategi, namun kecurigaan dan kecemasan itu lebih sering muncul dalam bentuk perilaku yang tidak terkontrol nonstrategi atau perilaku yang tidak dimanipulasi. Banyak faktor yang mempengaruhi proses tersebut, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa cepat peningkatan kecemasan dan kecurigaan itu. Salah satunya adalah derajat atau tingkat interaksi di antara para komunikator yang dinamakan “interaktivis” Interactivity. Berbicara secara berhadapan muka face to face adalah bersifat lebih interaktif dibandingkan berbicara melalui telepon, dan pada gilirannya berbicara melalui telepon, dan pada gilirannya berbicara melalui telepon lebih interaktif dibandingkan berkomunikasi melalui SMS atau e-mail. Dua faktor lainnya yang mempengaruhi proses kebohongan dan deteksinya adalah level motivasi dan keahlian, yaitu level motivasi untuk berbohong dan level motivasi untuk mendeteksi adanya kebohongan, serta keahlian berbohong dan keahlian mendeteksi adanya kebohongan. Ketika motivasi untuk berbohong tinggi maka keinginan untuk berbohong melebihi kecemasan untuk ketahuan . Tujuan seseorang untuk berbohong tampaknya juga memiliki rumusan tertentu. Orang yang berbohong untuk keuntungan pribadi akan lebih sulit menutupi kebohongannya dari pada orang yang berbohong untuk kepentingan orang lain Morissan 2013: 223. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan