Universitas Sumatera Utara
2. Informan II
Inisial Informan : CH
Tanggal Wawancara  : 5 Januari 2015 Pukul
: 15.00 WIB Tempat
: dikampus FISIP USU pada DPR
CH adalah informan kedua dalam penelitian ini. Gadis keterunan berdarah suku  Karo  tulen  ini  berumur  20  tahun.  Gadis  ini  sangat  menyukai  warna  hijau,
dan hobinya adalah menari, CH sudah berlatih menari sejak ia berumur 6 tahun. Informan  CH  saat  ini  sedang  menjalani  perkuliahannya  di  FISIP  USU  jurusan
Ilmu  Komunikasi.  Kesibukannya  sehari-hari  selain  berkuliah  ia  juga  aktif  di organisasi  kampusnya  yaitu,  HMI,    IMAJINASI  Demisioner,  serta  remaja
mesjid di daerah rumahnya. Pertama sekali peneliti bertemu dengan CH di dikampus FISIP USU pada
tanggal  5  Januari  2015  pada  pukul  15.00  WIB.  Cuaca  yang  panas  terik  tidak melunturkan  semangat  peneliti  ataupun  informan  untuk  menjalankan  wawancara
siang  itu.  Proses  wawancara  antara  peneliti  dan  informan  dilakukan  di  DPR Dibawah Pohon Rindang.  DPR ini adalah sebutan mahasiswamahasiswi  FISIP
USU,  sebenarnya  ini  merupakan  tempat  parkir  sepeda  motor  yang  di  tumbuhi pohon  besar  dan  rindang.  DPR  sendiri  berfungsi  sebagai  tempat  parkir  yang
letaknya disamping gedung putih yang sering disebut juga gedung D. Wawancara dengan CH berjalan dengan santai dan lancar pada hari itu. CH merupakan salah
satu  teman  peneliti,  sehingga  tidak  sulit  bagi  peneliti  untuk  melakukan  proses wawancara  dengan  informan.  Peneliti  mewawancarai  informan  sesuai  dengan
pedoman  wawancara  yang  telah  peneliti  siapkan  sebelumnya.  Tidak  lupa  juga peneliti  mengeluarkan  telepon  genggam  untuk  merekam  semua  pembicaraan
dengan  informan  agar  tidak  ada  informasi  yang  terlewatkan atau  terlupakan  saat wawancara  berlangsung.  Pada  saat  wawancara  CH  menceritakan  awalnya  ia
berkenalan dan dekat dengan pacarnya saat awal masuk Universitas. Informan CH menceritakannya kepada  peneliti dengan penuh semangat. Katanya,
Universitas Sumatera Utara
”Kami kenal dari pendaftaran Universitas, pertama kali masuk kuliah digema waktu  itu.  Awalnya,  dari  SMS  dia  nyatain  cintanya  tapi  aku  tolak  dengan
alasan  beda  agama  tadi.  Terus  aku  pacaran  dengan  yang  lain  bentar  aja, terus  putus,  trus  kami  dekat  lagi  karena  kami  gabung  dalam  satu  kelompok
nari  gitu.  Selain  itu  kan  absen  kami  yang  dekatan  dan  kami  sekelas  jadi sering  dijadikan  satu  kelompok,  kalau  dikasi  tugas  dari  kampus  jadi  sering
bareng jadi tanpa ada bilang kau mau gak jadi pacar aku, dan akupun sering bilang  aku  rindu  berkawan  dekat  seperti  yang  dulu  ya  udah  dari  situ  ya
lanjut pacaran deh. dan dia nembak didepan rumahku loh” Dengan  penuh  semangat  dan  wajah  putih  membuat  pipi  CH  terlihat jelas
mulai memerah.  CH  dan  pacarnya  yang  berinisial  TM  telah  berpacaran  sejak  21 November  2011.  Sejak  saat  itu  mereka  mulai  menjalani  hubungan  backstreet
tersebut.  Pacar  CH  beragama  Kristen  Protestan,  bahkan  tidak  hanya  orang  tua informan  yang  melarang  dan  menekankan  untuk  tidak  berpacaran  ataupun
berdekatan  dengan  orang  yang  berbeda  agama  dengan  anaknya  melainkan  orang tua TM juga seperti itu, bahkan orang tua TM Ibunya melarang keras, dari beliau
masih  hidup  sampai  beliau  telah  tiada  larangan  itupun  masih  tetep  ada  buat anaknya. Ibu TM meninggal pada tanggal
14 Maret 2014. Hal yang paling diingat dari CH adalah perlakuan kasar dari orang tua TM. CH bercerita bagaimana orang
tua TM langsung melarang informan berpacaran dengan anaknya. “Orang  tuanya  langsung  memarahi  dan  mengancam  aku  dari  telepon,
bilangin  jangan  pacaran  dengan  anakku  gitu-gitu  la  bahkan  aku  juga  udah nerima  makian  dan  cacian  dari  orang  tuanya  langsung  dari  telepon
.”  Hal yang  membuat  informan  kuat  adalah  tanggapan  TM  yang  mengatakan,”  ini
hidup aku, jadi orang tuaku gak punya hak untuk melarang aku berpacaran dengan siapa aja.”
Kata-kata  itu  adalah  kata-kata  yang  sering  TM  ucapkan  dahulu  sebelum ibunya meninggal. Dengan mata yang memerah seakan sedang menahan air mata,
informan  mengungkapkan  isi  curahan    hatinya.  Saat  ibu  TM  telah  meninggal hubungan  informan  dan  TM  saat  ini  sebenarnya  mulai  merenggang.  TM  yang
dahulu  selalu  memberi  perhatian  lebih  kepada  CH  kini  sudah  mulai  berkurang.
Universitas Sumatera Utara
Untuk  mengalihkan  suasana  informan  yang  sedih  peneliti  menanyakan  apa  hal yang paling informan suka dari pasangnnya TM, dan informan menjawab,
”aku suka dia itu baik, dia itu sabar banget, dia mau nemenin aku ke salon buat merwanai rambut aku dan itu seharian, dia santai, gak ngeluh dan dia
suka  rambutku  setelah  aku  selesai  dari  salon,  dia  suka  nyiumin  rambut  aku
gitu.” Setelah  peneliti  rasa  suasana  hati  informan  mulia  membaik,  peneliti
menanyakan apakah TM pernah kerumah informan atau tidak dan bagaimana cara mereka  berkomunikasi  saat  berada  di  dalam  rumah  serta  bahasa  komunikasi
verbal dan nonverbal seperti apakah yang mereka gunakan, CH mengatakan, ” Dia pernah ke rumah, tapi pastinya enggak sendirian, di dalam rumah kami
berlaku  selayaknya  temen,  ya  meskipun  kadang  gak  tahan  juga  pengen dekatan  duduknya.  Yang  biasa  manggil  sayang  cuma  manggil  nama  aja.
Kadang  kalo  mau  kasi  kode  biar  gak  lama-lama  dirumah  itu,  kami  sering menggunakan  mata  yang  menunjukkan  kearah  luar.  Kami  berdua  mengerti
kode  itu,  sehingga  dia  tidak  lama-lama  di  rumah.  Selain  itu,  biar menghindari pertanyaan-
pertanyaan orang tuanya aku.” Cewek  berketurunan  suku  Batak  Karo  ini  memilih  untuk  pacaran
backstreet karena ia sudah  merasa cocok dan nyaman berada disisi TM, baginya TM  yang  dapat  mengerti  informan  selain  itu  mereka  juga    memiliki  hobi  yang
sama yaitu menari. informan tidak pernah berusaha untuk mengatakannya kepada orang  tuanya  mengenai  hubungan  backstreet  yang  sedang  ia  jalani  ini,  hal ini  di
karenakan  rasa  takut  yang  besar  untuk  mengatakannya  kepada  orang  tuanya. Informan menyembunyikan pacaran backstreet ini adalah dengan cara berbohong,
dengan berbohong juga CH dapat bertahan menjalankan hubungan backstreet ini. Alasan  yang  sering  ia  gunakan  untuk  dapat  keluar  rumah  dan  pergi  bersama
pacarnya  adalah  pergi  bersama  teman-temannya.  Pada  saat  CH  diketahui  oleh orang tuanya ia sering diantar pulang oleh TM, CH selalu mengatakan bahwa TM
adalah temannya kepada orang tuanya. Informan  selalu  menggunakan  strategi  komunikasi  verbal  kepada  orang
tuanya  untuk  meyakinkan  mereka  bahwa  ia  dengan  TM  hanya  teman  hal  ini  ia
Universitas Sumatera Utara
gunakan  untuk  menghindari  konflik  yang  akan  terjadi  dengan  orang  tuanya. Informab CH saat berbohong ia juga sering menggunakan bahasa tubuh yang juga
sebagai  salah  satu  komunikasi  nonverbal.  Komunikasi  nonverbal  yang  sering  ia gunakan  saat  ia  berbohong  yaitu  ditunjukkan  dengan  sikap  informan  yang  suka
menggesek-gesek  hidungnya  pada  saat  ia  berbohong  dan  gerakan  matanya  yang tidak  tenang  dan  tidak  bisa  menatap  langsung  ke  wajah  orang  tuanya.  Didalam
penekanan nada bicara, informan juga akan gugup jika ditanya oleh orang tuanya, karena  CH  belum  menyiapkan  alasan  yang  tepat  untuk  menjawab  pertanyaan
orangtuanya.    Keadaan  ini  tentu  saja  membuat  informan  CH  menjadi  cemas. Namun Informan CH  memiliki cara untuk mengatasi kecemasannysa itu katanya,
” Dengan cara selalu bersama dengannya dan selalu mendengar kata-kata dia kalo dia bener-bener s
ayang banget dengan aku.” Setiap ingin menyerah dengan hubungan ini, kata-kata itu selalu terbayang
dan  teringat,  sehingga  menjadi  penghapus  rasa  cemasnya.  Dari  pengakuan informan kepada peneliti sebelum ia berpacaran dengan TM ia sudah berpacaran
sebanyak  tiga  belas  kali.  Dari  ketiga  belas  kali  berpacaran  tersebut  informan menjalani hubungannya paling lama 3 bulan artinya tidak ada yang bertahan lama.
Hanya  dengan  pacarnya  yang  sekarangTM  informan  mampu  menjalninya sampai  bertahun.  Informan  mulai  berpacaran  sejek  ia  duduk  di  bangku  SMA.
Pacaran  kali  ini  lah  yang  ia  sembunyikan  dari  orang  tuanya.  Hal  ini  disebabkan karena latarbelakang keluarganya  yang kurang menyukai pencampuran agama di
keluarganya sekalipun seseorang tersebut pindah agama menjadi memeluk agama yang  dipeluk  orang  tua  informan.  Bagi  orangtuanya  agama  itu  suci  dan  tidak
boleh dimainkan hanya demi cinta.
Sudah  13  kali  pacaran,  dari  13  orang  itu  Cuma  tiga  yang  serius  pake  hati sisahnya enggak hehehe. Cuma yang backstreet baru ini aja. Kata CH sambil
tersenyum.
Pertemuan siang itu dengan informan diakhiri pada pukul 17.00 dikarenakan informan  harus  pulang  cepat  untuk  membantu  ibunya  membersihkan  rumah.
Universitas Sumatera Utara
Namum  merasa  data  serta  informasi  yang  dibutuhkan  peneliti  masih  kurang, peneliti  sering  menelepon  informan  CH  untuk  menambahkan  informasi  yang
dibutuhkan peneliti.
3. Informan III