Universitas Sumatera Utara
6 Tanda nonverbal seringkali ditunjukkan secara spontan. Misalnya ketika
seseorang merasa cemas nervous sering kali ia bermain-main dengan rambutnya atau menggoyangkan kakinya.
Menurut Burgoon, kode nonverbal memiliki tiga dimensi yaitu :
1 Sematik , mengacu pada makna dari suatu tanda. Misalnya seorang ibu
dengan wajah cemberut meletakkan jari telunjuknya didepan bibirnya meminta agar seorang yang sedang bersuara untuk berhenti bersuara karena
bayinya sedang tidur.
2 Sentetik, mengacu pada cara tanda disusun atau diorganisasi dengan tanda
lainnya di dalam system. Misalnya, orang yang meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya itu tidak menunjukkan wajah cemberut tetapi tersenyum
sambil berk ata dengan suara lembut,” maaf, ada bayi yang sedang tidur.” Di
sini gerak tubuh, tanda vocal suara yang lembut, ekspresi wajah dan bahasa menyatu untuk menciptakan makna keseluruhan.
3 Pragmatik , mengacu pada efek atau perilaku yang ditunjukkan oleh tanda,
sebagaimana contoh orang yang meminta seseorang untuk diam, namun yang pertama seseorang tersebut terima sebagai menunjukkan sikap tidak suka
antipasti kepada seseorang tersebut, sedangkan lainnya diterima sebagai sikap yang ramah atau bersahabat.Morissan 2013: 142
Makna yang dibawa oleh bentuk-bentuk verbal dan nonverbal adalah terikat dengan konteks, atau sebagian ditentukan oleh situasi di mana bentuk-
bentuk verbal dan nonverbal itu dihasilkan. Baik bahasa dan bentuk-bentuk nonverbal memungkinkan komunikator untuk menggabungkan sejumlah kecil
tanda ke dalam berbagai ekspresi atau ungkapan makna yang kompleks tanpa batas.
2.2.5. Interpersonal Deception Theory Teori Penipuan Antar Individu
Tokoh dibalik Interpersonal Deception Theory adalah Judee K. Burgoon dan David B. Buller. Dikemukakan oleh Buller dan Burgoon pada tahun 1996
Communication Capstone, 2001 . Buller dan Burgoon melihat kebohongan dan juga deteksi terhadap kebohongan sebagai bagian dari interaksi terus-menerus di
Universitas Sumatera Utara
antara para komunikator yang melibatkan proses yang saling bergantungan. Kebohongan adalah manipulasi yang disengaja terhadap informasi perilaku dan
image dengan maksud mengarahkan orang lain pada kepercayaan atau kesimpulan yang salah Morissan 2013: 220. Ketika seseorang berbohong maka ia
membutuhkan strategi untuk berbohong agar kebohongan itu meyakinkan. Teori ini digunakan untuk menjelaskan kebohongan-kebohongan komunikasi seseorang
dengan cara memancing komunikan dengan informasi yang tidak benar sehingga terbongkarlah kenyataan bohongnya. Teori ini secara asumsi tergolong ke dalam
kategori humanistik. Seorang pembohong dapat mengalami perasaan cemas karena khwatir
kebohongannya akan terdeteksi atau diketahui, dan sebaliknya pendengar dapat saja merasa curiga ia sedang dibohongi. Perasaan cemas dan curiga yang ada
dalam diri seseorang ini sering kali muncul keluar dalam bentuk perilaku yang dapat dilihat. Dalam hal ini, pertama pesan berupaya melihat tanda-tanda
kebohongan pada diri pembicara dan pada gilirannya si pembohong berupaya untuk melihat tanda-tanda kecurigaan dari pihak penerima pesan. Proses ini terus
berlangsung di mana keduanya bergantian dan saling mengamati. Pada akhirnya, pengirim pesan sampai pada kesimpulan bahwa kebohongan telah berhasil
diterima atau tidak, dan penerima pesan dapat melihat bahwa kecurigaannya benar atau tidak.
Kecurigaan atau kecemasan karena adanya kebohongan ini dapat terwujud dalam bentuk perilaku yang terkontrol strategi, namun kecurigaan dan
kecemasan itu lebih sering muncul dalam bentuk perilaku yang tidak terkontrol nonstrategi atau perilaku yang tidak dimanipulasi. Anda merasa curiga sedang
dibohongi karena adanya perilaku yang ditunjukkan pembicara namun ia tidak menyadarinya, dan sebaliknya jika anda mencoba untuk membohongi orang lain
maka anda mengalami kecemasan karena kahwatir orang itu dapat mendeteksi kebohongan anda melalui perilaku anda yang tidak terkontrol. Misalnya, anda
dapat mengatur suara dan raut wajah anda secara sempurna yang mendukung kebohongan anda, namun kaki dan tangan anda yang bergetar tidak membantu
anda. Ketika harapan penerima pesan dilanggar maka kecurigaan mereka akan
Universitas Sumatera Utara
meningkat sehingga kebohongan lebih cepat diketahui. Begitu pula, ketika harapan pengirim pesan dilanggar maka kecemasannya untuk diketahuan juga
meningkat. Banyak faktor yang mempengaruhi proses tersebut, yaitu faktor-faktor
yang mempengaruhi seberapa cepat peningkatan kecemasan dan kecurigaan itu. Salah satunya adalah derajat atau tingkat interaksi di antara para komunikator
yang dinamakan “interaktivis” Interactivity. Berbicara secara berhadapan muka face to face adalah bersifat lebih interaktif dibandingkan berbicara melalui
telepon, dan pada gilirannya berbicara melalui telepon, dan pada gilirannya berbicara melalui telepon lebih interaktif dibandingkan berkomunikasi melalui
SMS atau e-mail. Dua faktor lainnya yang mempengaruhi proses kebohongan dan
deteksinya adalah level motivasi dan keahlian, yaitu level motivasi untuk berbohong dan level motivasi untuk mendeteksi adanya kebohongan, serta
keahlian berbohong dan keahlian mendeteksi adanya kebohongan. Ketika motivasi untuk berbohong tinggi maka keinginan untuk berbohong melebihi
kecemasan untuk ketahuan . Tujuan seseorang untuk berbohong tampaknya juga memiliki rumusan tertentu. Orang yang berbohong untuk keuntungan pribadi akan
lebih sulit menutupi kebohongannya dari pada orang yang berbohong untuk kepentingan orang lain Morissan 2013: 223.
Dalam ilmu komunikasi, berbohong mempunyai teori tersendiri yang membahasny
a, yaitu “Interpersonal Deception Theory” atau Teori Penipuan Antar Individu. Dan “Interpersonal Deception Theory” itu sendiri dikemukakan untuk
berbagai alasan, biasanya teori ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana orang menghindari tindakan menyakiti orang lain dengan cara berbohong, atau bisa
untuk menjelaskan bagaimana cara orang lain berbohong untuk menyerang orang lain, berpura
– pura empati, menghindari masuk kedalam konflik, dan masih banyak lagi kebiasaan seseorang yang ada kaitannya dengan memanipulasi
pernyataan mereka dengan kebohongan dijelaskan oleh teori “Interpersonal Deception” ini. Teori interpersonal deception membahas kebohongan melalui
Universitas Sumatera Utara
lensa teoretis komunikasi intrpersonal. Pada dasarnya, ia menganggap kebohongan sebagai suatu proses interaktif antara pengirim dan penerima.
2.2.7. Teori Dialektika Relasional