Universitas Sumatera Utara
visi yang ingin dicapai serta meminimalisir hambatan dalam berkomunikasi tentunya.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa strategi komunikasi yang dijalankan dalam sebuah kegiatan komunikasi tentu saja tidak akan terlepas
dari hambatan-hambatan komunikasi. Hambatan- hambatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Hambatan Teknis
Hambatan ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan, dari
sisi teknologi keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi
komunikasi dan sistem informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.
b. Hambatan Semantik
Hambatan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara efektif. Defenisi semantik adalah studi atas
pengertian yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi.
Hambatan semantik dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Salah pengucapan kata atau istilah karena teralu cepat berbicara.
2. Adanya
perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama. Contohnya beda daerah berbeda juga maknanya
3. Adanya pengertian konotatif perbedaan menafsirkan suatu makna yang
menjadi kesepakatan bersama. Contohnya saja semua setuju bahwa binatang anjing adalah binatang berbulu dan berkaki empat, sedangkan
dalam makna konotatif banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Untuk menghindari miss-komunikasi ini tentu saja seorang komunikator harus mampu memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang
digunakannya. Seperti pepatah yang mengatakan dimana tanah dipijak disitu tanah dijunjung.
c. Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis manusiawi ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi orang-orang yang terlibat dalam komunikasi, baik
komunikator maupun komunikan. Ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu:
1. Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar dan tanggapi.
Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
Universitas Sumatera Utara
3. Menilai Sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung
mengabaikannya.
4. Persepsi yang Berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa
menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang Berarti Lain Bagi Orang yang Berbeda.
Kita sering mendengar kata yang tidak sesuai dengan pengertian kita. Seseorang menyebut dan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang
berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam, atau satu jam kemudian.
6. Sinyal Nonverbal yang Tidak Konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan bicara, tetapi dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi
dengan kita mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh Emosi.
Pengaruh emosi juga sangat berpengaruh dalam kelancaran komunikasi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima
informasi. Apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya dengan baik.
8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara bising pada saat kita
berkomunikasi, jarak yang jauh serta gangguan psikologis seseorang sebagai lawan bicara kita ketika berkomunikasi.
http:www.academia.edu Ketika mengetahui hambatan tentu saja ada juga cara atau alternatif untuk
megurangi maupun mengatasi hambatan tersebut. Cara mengatasinya adalah sebagai berikut:
1. Membuat suatu pesan secara berhati-hati, tentukan maksud dan tujuan
komunikasi serta komunikan yang akan dituju. 2.
Meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi, komunikator harus berusaha dapat membuat komunikan lebih mudah memusatkan perhatian
pada pesan yang disampaikan sehingga penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
3. Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima
pesan. Hal ini berarti bahwa cara dan waktu penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar menghasilkan umpan
balik dari
komunikasi sesuai
harapan. http:www.academia.edu5268443Hambatan-hambatan_Dalam
diakses pada 11 November 2014 pukul 13.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Jenis-Jenis Komunikasi 2.2.4.1.Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata verbs, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian sebenarnya defenisi
komunikasi verbal ini sama dengan kebanyakan defenisi dari komunikasi itu sendiri seperti yang diungkapkan oleh para ahli. Hampir semua rangsangan wicara
yang kita sadari masuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha- usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara
lisan Mulyana, 2007: 260. Komunikasi verbal menggunakan sistem lambang verbal yang disebut
bahasa. Bahasa dapat didefenisikan sebagai alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan idea tau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntunagn komunikasi verbal
dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk saling merespon secara langsung. Bahasa memiliki bebrapa fungsi, namun sekurang-kurangnya ada
tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Adapun ketiga fungsi tersebut adalah pertama, untuk mempelajari tentang dunia
sekeliling kita. Kedua, untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia. Ketiga adalah untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan
manusia. Melalui bahasa, kita dapat mengetahui sikap, perilaku, dan pandangan suatu bangsa, walaupun kita belum pernah berkunjung ke negaranya.
Bahasa mengembangkan pengetahuan kita, agar kita dapat menerima sesuatu dan juga berusaha untuk untuk menggambarkan ide-ide kepada orang lain.
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud
seseorang. Bahasa
verbal menggunakan
kata-kata yang
merepresentasikan berbagai aspek realitas individual Mulyana, 2008 :261 dengan komunikasi verbal, pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
Penggunaan komunikasi verbal diharapkan kesalahan presepsi komunikasi dapat diminimalisir.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Larry L.Barker dalam Mulyana, 2007:266, bahasa memiliki tiga fungsi : penamaan naming atau labeling, interaksi dan transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukkan merujuk pada usaha mengedentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi. Fungsi interaksi menurut Barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan
kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Seseorang juga menerima informasi setiap hari, sejak bagun tidur hingga tidur
kembali dari orang lain, baik secara langsung atau tidak melalui media massa misalnya. Fungsi bahasa inilah yang disebut transmisi.
Baker berpandangan, keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang lintas-waktu dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan
masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi. Tanpa bahasa seseorang tidak mungkin bertukar informasi, tidak mungkin menghadirkan semua
objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi Mulyana, 2007:261. Komunikasi verbal selalu berhubungan dengan pesan verbal. Pesan-pesan
verbal merupakan tema yang dibicarakan bersama oleh peserta komunikasi. Penyampaian pesan oleh seorang komunikator membutuhkan : pengetahuan
tentang bentuk-bentuk pesan verbal, masyarakat sasaran Liliweri, 2001: 193., yang terdiri dari :
1. Struktur pesan : ditujukan oleh pola penyimpulan tersirat atau tersurat,
pola urutan argumentasi mana yang lebih dahulu, argumentasi yang disenangi atau tidak disenangi, pola obyektifitas satu atau dua sisi.
2. Gaya pesan : menunjukkan variasi linguistic dalam penyampaian pesan
perulangan dan mudah dimengerti. 3.
Appeals pesan : mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung pesan rasional-emosional
Dalam mempelajari interaksi bahasa dan verbal, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan Devito, 1997: 117, diantaranya:
1. Kata-kata kurang dapat menggantikan perasaan atau pikiran kompleks
yang ingin kita komunikasikan. Oleh karenanya, kata-kata hanya dapat mendeteksi makna yang kita sampaikan.
2. Kata-kata
hanyalah sebagian dari system komunikasi kita. Dalam komunikasi yang sesungguhnya kata-kata kita selalu disertai perasaan
nonverbal. Oleh karenanya, pesan-pesan kita merupakan kombinasi
Universitas Sumatera Utara
isyarat-isyarat verbal dan nonverbal, dan efektivitasnya bergantung pada bagaimana kedua macam isyarat ini dipadukan.
3. Bahasa adalah institusi sosial dari budaya kita dan mencerminkan budaya
tersebut. Pandanglah bahasa dalam suatu konteks sosial, selalu mempertimbangkan implikasi sosial dari penggunaan bahasa.
Pengetahuan terhadap isi pesan, sebagai contoh apabila materi pesan itu berisi inovasi informasi maupun teknologi, maka pesan yang disampaikan
sebaiknya mengandung sesuatu cara yang dapat membantu masyarakat memecahkan masalah yang dihadapinya. Secara teknis isi pesan harus mudah
dipahami secara verbal, agar cepat dikerjakan meskipun dalam skala kecil agar hasilnya cepat dirasakan
2.2.4.2.Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal
adalah setiap
informasi atau
emosi dikomunikasikan tanpa menggunakan kata - kata. Komunikasi nonverbal adalah
penting, sebab apa yang sering kita lakukan mempunyai makna jauh lebih penting dari pada apa yang kita katakan Budyatna Ganiem, 2011: 110. Komunikasi
nonverbal pastilah merupakan kata-kata yang sedang popular saat ini. Setiap orang tampaknya tertarik pada pesan yang di komunikasikan oleh gerakan tubuh,
gerakan mata, ekspresi wajah, sosok tubuh, penggunaan jarak ruang, kecepatan dan volume bicara, bahkan juga keheningan. Kita ingin belajar bagaimana
“membaca seseorang seperti sebuah buku,” Nierenberg Calero, 1971, dalam Devito, 2011:193.
Menurut Knapp dan Hall isyarat nonverbal adalah sebagaimana simbol verbal dimana jarang memiliki makna denotatif yang tunggal. Salah satu faktor
yang mempengaruhinya adalah konteks tempat perilaku berlangsung, makna isyarat nonverbal akan semakin rumit jika mempertimbangkan berbagai budaya.
Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovardan, Richard E. Porter dalam Mulyana, 2007:343,
komunikasi verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan pengguna
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi, defenisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak
Universitas Sumatera Utara
disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Perilaku artinya bahasa tubuh, sentuhan, penampilan sampai bau-bauan.
Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terkait oleh budaya, jadi dipelajari bukan bawaan. Sedikit saja isyarat
nonverbal yang merupakan bawaan. Menurut Edward T.Hall bahasa nonverbal juga dinamai “bahasa diam” silent language dan dimensi tersembunyi hidden
dimension suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan
rasional dalam transaksi komunikasi, pesan non verbal member isyarat-isyarat konteksual. Pesan nonverbal membantu menafsirkan seluruh makna pengalaman
komunikasi. Menurut Richard L. Weaver dalam Budyatna Ganiem 2011: 111
komunikasi nonverbal memiliki beberapa karakteristik, dan enam diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi nonverbal memiliki sifat berkesinambungan, mengirim dan
menerima pesan-pean nonverbal dalam arus yang tidak terputus dan terus menerus. Selagi kita mengamati sikap dan perilaku seseorang, orang
tersebut mungkin sedang mengamati kita juga.
2. Komunikasi nonverbal kaya dalam makna, isyarat-isyarat nonverbal
semacam alis yang terangkat, senyum, kedipan mata atau sentuhan tangan sangat berguna apabila saat berkomunikasi lisan dan tulisan tidak
tepat. Komunikasi nonverbal kaya dengan makna.
3. Komunikasi nonverbal dapat membingungkan, meskipun komunikasi
nonverbal kaya dengan makna, tetapi dapat juga membingungkan. Isyarat-isyarat tertentu dapat berarti sesuatu yang secara keseluruhan
berbeda dari apa yang dibayangkan. Setiap orang harus berhati-hati dalam menfsirkan isyarat nonverbal. Kita tidak selalu mendapatkan
informasi yang cukup untuk membuat penilaian, dan dugaan-dugaan kita bisa saja jauh dari akurat atau tidak tepat.
4. Komunikasi nonverbal menyampaikan emosi, apabila ingin menunjukkan
kesungguhan atau ketulusan hati, maka wajah dan isyarat tubuh akan lebih efektif dari pada ucapan-ucapan, meskipun kata atau ucapan yang
diperbuat oleh isyarat-isyarat nonverbal terkait begitu dekat kepada emosi, sejauh mana pengertian kita mengenai pesan-pesan nonverbal.
Memahami ekspresi nonverbal memerlukan kemampuan yang lebih, ekspresi nonverbal, dipelajari lebih dini dan sering kali terkait secara
dekat kepada emosi manusia secara universal, adakalanya lebih mudah untuk memberikan makna meskipun makna itu bisa kurang sempurna
keakuratannya.
5. Komunikasi nonverbal dikendalikan oleh norma-norma dan peraturan
mengenai kepatutan, norma dan peraturan umumnya amat berbeda dari
Universitas Sumatera Utara
satu budaya kebudaya yang lain. Kebanyakan norma dan peraturan dipelajari sejak kecil yaitu dari bimbingan orang tua atau keluarga.
Beberapa dari norma dan peraturan dipelajari dari hasil pengamatan orang lain. Ada juga yang dipelajari dari hasil pengamatan orang lain dan
ada juga yang dipelajari dari kesalahan dan kegagalan serta hukuman.
6. Komunikasi
nonverbal terkait pada budaya, perbedaan-perbedaan cultural dapat diketahui berkenaan dengan setiap bentuk perilaku
nonverbal dari penampilan kegerak isyarat, perilaku wajah dan mata, perilaku vocal yang berkenaan dengan suara, ruang, sentuhan,
lingkungan, tempat atau waktu. Berkenaan dengan penampilan, apa yang menarik di satu budaya belum tentu menarik pada budaya lain. Gerak
isyarat dan gerak tubuh mempunyai makna yang berbeda diantara budaya. Ekspresi wajah dan kontak mata, perilaku vocal, aspek
lingkungan seperti bau-bauan, warna, pencahayaan, atau artefak yang mengkomunikasikan makna yang berbeda pada semua budaya.
Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting. komunikasi nonverbal mengidentifikasikan enam fungsi utama Ekman, 1965 dan
Knapp, 1978, dalam DeVito, 2011 yaitu: 1.
Untuk Menekankan. Kita menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. misalnya
saja, anda mungkin tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau anda dapat memukulkan tangan anda kemeja untuk menekankan
suatu hal tertentu. 2.
Untuk Melengkapi Complement. Kita juga menggunakan komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan
oleh pesan verbal. jadi anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggeleng-gelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran
seseorang. 3.
Untuk Mengatur. Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan anda untuk mengatur arus pesan nonverbal.
Mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatumerupakan
contoh-contoh dari fungsi mengatur ini. Anda juga mungkin mengangkat tangan atau menyuarakan jenak pause anda misalnya, dengan
mengg umamkan “umm” untuk memperlihatkan bahwa anda belum selesai
berbicara.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk Menunjukkan Kontradiksi. Kita juga dapat secara sengaja
mempertentangkan pesan verbal kita dengan gerakan nonverbal. Sebagai contoh, anda dapat menyilangkan jari anda atau mengkedipkan mata untuk
menunjukkan bahwa yang anda katakan adalah tidak benar. 5.
Untuk Mengulangi. Kita juga dapat mengulangi dan merumuskan ulang makna dari pesan verbal, misalnya anda dapat menyertai pernyataan verbal
“Apa benar?” dengan mengangkat alis mata anda, atau anda dapat menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita
pergi.”
6. Untuk Menggantikan. Komunikasi nonverbal juga dpat menggantikan pesan
verbal. Anda dapat, misalnya mengatakan “Oke” dengan tangan anda tanpa berkata apa-apa
. Anda dapat menganggukkan kepala untuk mengatakan “Ya” atau menggelengkan kepala untuk mengatakan “Tidak”.
Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya,kode nonverbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain Cangara, 2006: 101-
110:
a. Kinesics
Kinesics adalah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Menurut Paul Ekhman dan Wallace V. Friesen dalam DeVito, 2011
kedua priset ini membedakan lima kelas kelompok gerakan nonverbal, di antaranya:
1. Emblim. Perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata
atau ungkapan. Emblim meliputi, isyarat “Oke,” “Jangan rebut,” ”kemarilah,” dan “ saya ingin menumpang.” Emblim adalah pengganti
nonverbal untuk
kata-kata atau
ungkapan tertentu.
Walaupun emblimbersifat alamiah dan bermakna mereka mempunyai kebebasan
makna seperti sembarang kata ataupun dalam sembarang bahasa. Oleh karenanya, emblim dalam kultur kita sekarang belum tentu sama dengan
emblim dalam kultur kita 300 tahun yang lalu. Emblim juga dimana gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan
Universitas Sumatera Utara
simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan “saya tidak sungguh- sungguh”.
2. Illustrator. Merupakan perilaku nonverbal yang menyertai dan secara
harfiah “ mengilustrasikan” pesan verbal. dalam mengatakan “ayo, bangun.” Misalnya, anda mungkin menggerakkan kepala dan tangan anda
kearah menaik. Dalam menggambarkan lingkaran atau bujur sangkar anda mungkin sesekali membuat gerakan berputar dengan tangan anda. Begitu
biasanya kita melakukan gerakkan demikian sehingga sukar bagi kita untuk menukar-nukarnya atau menggunakan gerakkan yang tidak tepat.
Kita hanya menyadari sebagian ilusator yang kita gunakan. Kadang- kadang ilusator ini perlu kita perhatikan. Ilusator bersifat lebih alamiah,
kurang bebas dan lebih universal dari pada emblim. Mungkin sesekali ilusator ini mengandung komponen-komponen yang sudah dibawa sejak
lahir selain juga yang dipelajari. Sama seperti pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
3. Regulator. Adalah perilaku nonverbal y
ang “mengatur,”memantau, memelihara atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Ketika anda
mendengarkan orang lain, anda tidak pasif. Anda menganggukkan kepala, mengerutkan bibir, menyesuaikan fokus mata dan membuat berbagai suara
para linguistic seperti ”mm-mm” atau “tsk.” Regulator jelas terikat pada kultur dan tidak universal. Regulator mengisyaratkan kepada pembicara
apa yang kita harapkan mereka lakukan –misalnya, “Teruskanlah,” lalu
apalagi?,” atau “Tolong agak lambat sedikit.” Bergantung pada kepekaan mereka, mereka mengubah perilaku sesuai dengan pengarahan dari
regulator. 4.
Adaptor. adalah perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi atau di muka umum tetapi tidak terlihat berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu
dan dilakukan sampai selesai. Misalnya, bila anda sedang sendiri mungkin anda akan menggaruk-garuk kepala sampai rasa gatal hilang. Dimuka
umum bila orang-orang melihat anda melakukan adaptor ini hanya sebagian. Anda mungkin misalnya, hanya menaruh jari anda dikepala dan
Universitas Sumatera Utara
menggerakkannya sedikit, tetapi barangkali tidak akan menggaruk cukup keras untuk menghilangkan gatal.
5. Affect display. Adalah gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna
emosional gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan. Ekspresi wajah demikian
“membuka rahasia kita” bila kita berusaha menampilkan citra yang tidak benar dan membuat orang berkata, “Anda kelihatan kesal hari ini,
mengapa?” tetapi, kita dapat secara sadar mengendalikan affect display,
seperti actor yang memamerkan peran tertentu. Affect diplay kurang bergantung pada pesan verbal dari pada ilusator. Selanjutnya, kita tidak
secar sadar mengendalikan affect display seperti yang kita lakukan pada emblim atau ilusator. Affect display tidak dapat disengaja seperti ketika
gerakan-gerakan ini membuka rahasia kita tetapi mungkin juga disengaja. Kita mungkin ingin memperlihatkan rasa marah, cinta, benci, atau terkejut
dan biasanya kita mampu melakukannya dengan baik.
b. Gerakan Mata