Waktu Penelitian Hewan Ternak yang digunakan

Tabel 1 Keragaman dan kelimpahan nisbi Anopheles yang tertangkap pra perlakuan No Spesies nyamuk Jumlah Kelimpa han nisbi Jumlah Kelimpa han nisbi 1 An. sundaicus 533 57,81 123 5,36 2 An. vagus 193 20,93 769 33,54 3 An. barbirostris 81 8,79 300 13,08 4 An. subpictus 85 9,22 1014 44,22 5 An. aconitus 21 2,28 53 2,31 6 An. kochi 9 0,98 26 1,13 7 An. hyrcanus group 8 0,35 922 100 2293 100 Umpan orang Umpan sapi Total Anopheles sundaicus ditemukan sebagai spesies terbanyak pada umpan orang, dengan kelimpahan nisbi sebesar 57.81. Anopheles subpictus ditemukan sebagai spesies terbanyak pada umpan sapi, dengan kelimpahan nisbi sebesar 44.22. Hasil pengamatan dua metode penangkapan nyamuk Anopheles pada pra perlakuan yaitu umpan orang dan umpan sapi, jenis nyamuk yang paling banyak tertangkap menggunakan umpan sapi. Dari tiga kali penangkapan jumlah nyamuk Anopheles yang tertangkap sebanyak 2293 individu, sedangkan menggunakan umpan orang dari tiga kali penangkapan jumlah nyamuk Anopheles yang tertangkap sebesar 922 individu. Jenis Anopheles yang ditemukan dalam penelitian ini sesuai dengan kondisi daerah penelitian yaitu mempunyai daerah pantai dengan tambak-tambak ikan yang terbengkalai, rawa-rawa dan persawahan yang sangat sesuai untuk habitat jenis spesies Anopheles tersebut. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan oleh Safitri 2009 dan Suwito 2010, yang menemukan jenis spesies Anopheles di wilayah pantai Lampung ada sebelas spesies Anopheles yaitu An. sundaicus, An. subpictus, An. vagus, An. kochi, An. annularis, An. aconitus, An. barbirostris , An. tessellatus, An. minimus, An. indefinitus, An. maculatus. Sukowati 2009 menyatakan bahwa penyebaran nyamuk Anopheles tidak hanya berdasarkan zoogeografi, namun juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat, pemanfaatan lahan dan ekosistem. Perbedaan kelimpahan nisbi spesies Anopheles tertentu yang ditemukan pada umpan orang dan umpan sapi menunjukkan kesukaan inang tertentu dari nyamuk. Kesukaan suatu spesies nyamuk terhadap jenis inang tertentu dapat dihubungkan dengan tanggapan spesies nyamuk terhadap tingkatan faktor fisik dan kimia, yang dikeluarkan oleh inang tersebut. Temperatur, kelembaban tubuh, karbon dioksida, bau serta faktor visual telah diketahui secara nyata merupakan stimuli yang mampu mempengaruhi nyamuk mendekati inang. Suatu spesies nyamuk akan berbeda dengan spesies lainnya dalam memberi respon terhadap pengaruh faktor fisik dan kimia yang dikeluarkan oleh inang Olanga et al. 2010. Hasil ini sesuai dengan penelitian Soedir 1985 di pantai Glagah, Yogyakarta terhadap sejumlah hewan dan manusia menunjukkan ternak mempunyai daya tarik yang besar bagi nyamuk. Dari 3081 nyamuk yang tertangkap 54.3 menyukai darah sapi, darah domba 33.4, darah manusia hanya 5.3. Naswir 2012 menemukan di Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan dari beberapa metode penangkapan nyamuk, metode menggunakan umpan hewan lebih banyak nyamuk Anopheles yang tertangkap 50.23. Sigit Kesumawati 1988 menyatakan bahwa beberapa nyamuk Anopheles seperti An. aconitus, An. sundaicus dan An. barbirostris yang merupakan vektor utama malaria di Indonesia juga bersifat zoofilik, suka mengisap darah hewan. Vektor dominan kontak dengan manusia di lokasi penelitian adalah Anopheles sundaicus yang bersifat antropofilik, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam metode zooprofilaksis juga diperlukan peran serta masyarakat dalam perlindungan diri. Orientasi kesukaan Anopheles mengisap darah inang bukan hanya ditentukan oleh sifat biologi dari vektor yang bersifat zoofilik ataupun antropofilik namun juga didorong oleh tindakan perlindungan dari masyarakat sehingga nyamuk akan mencari sumber darah selain manusia. Penggunaan baju yang tertutup dan repelen anti nyamuk ketika keluar rumah serta tidur di dalam kelambu akan merubah orientasi gigitan nyamuk lebih banyak ke hewan yang tersedia.