Pengukuran Kepadatan Nyamuk Anopheles pada Manusia

Tiga kali penangkapan pra perlakuan ditemukan MHD nyamuk Anopheles sundaicus adalah 3.04, 3.63 dan 3.2 nyamukorangjam. Besarnya kontak nyamuk Anopheles sundaicus yang ditemukan pada penelitian ini memberikan gambaran peranan nyamuk ini sebagai vektor malaria. P engetahuan fluktuasi kepadatan An. sundaicus sangat penting untuk memahami penularan malaria di wilayah pesisir. An. sundaicus merupakan vektor malaria di sebagian besar wilayah di sepanjang pantai di Indonesia. Spesies ini juga merupakan vektor malaria di desa Hanura Suwito 2010. Spesies lainnya yang berperan juga sebagai vektor malaria adalah An. vagus, An. barbirostris, An. subpictus merupakan vektor sekunder malaria di daerah pantai, biasanya terdapat bersama-sama dengan An. sundaicus Soedir 1985. Nyamuk Anopheles sundaicus banyak ditemukan di wilayah pantai karena banyak lagun, rawa-rawa dan tambak terbengkalai yang merupakan habitat potensial bagi larva An. sundaicus. Semakin luas habitat perkembang biakan larva, maka semakin tinggi kepadatan nyamuk hinggap di badan Suwito 2010. Distribusi An. sundaicus meliputi daerah pesisir dari India timur laut ke Vietnam selatan, Nicobar, Andaman dan Indonesia. Anopheles sundaicus, dinyatakan sebagai vektor malaria di sepanjang pantai pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan kepulauan Nusa Tenggara Timur . Spesies tersebut juga dilaporkan sebagai vektor malaria di daerah pantai pulau Sulawesi Winarno dan Hutajulu 2009. Perbedaan perilaku nyamuk dewasa dan habitat larva An. sundaicus adalah indikasi dari peningkatan risiko kontak dengan manusia. Anopheles sundaicus dianggap sebagai vektor utama atau vektor sekunder malaria tergantung pada wilayah dan Negara Meek 1995. An. sundaicus sebelumnya dianggap sebagai vektor sekunder di Thailand, namun karena kejadiannya dekat dengan lokasi wisata sekarang dianggap sebagai vektor utama yang potensial Chowanadisai et al. 1989 .