sisanya adalah serangga yang berguna seperti predator dan parasitoid Georghiou 1986.
Menurut WHO 1998 sampai saat ini lebih dari 100 spesies nyamuk mengalami resisten terhadap satu atau lebih insektisida. Dari jumlah tersebut, di
antaranya adalah 56 spesies nyamuk Anopheles dan 39 spesies Culex. Anopheles yang mengalami proses resistensi tersebut antara lain, An. sacharovi di
Lebanon, Iran dan Turki, An. sundaicus di Indonesia dan Myanmar, An. quadrimaculatus di Mexiko resisten terhadap dieldrin. An. aconitus di Indonesia
juga mulai resisten terhadap organofosfat Widiarti et al. 2009. Nyamuk An. minimus di Thailand sejak tahun 2000 dinyatakan resisten terhadap permetrin
Chareoviriyaphap et al. 2002 dan An. gambiae di Kamerun sejak tahun 2006 telah mengalami resistensi terhadap DDT dan piretroid Etang et al. 2006.
Mekanisme resistensi dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu 1 biokimia dan 2 faali Sigit 2004.
2.8.1 Mekanisme Biokimia
Mekanisme ini menyangkut daya kerja enzim tertentu didalam tubuh hama yang merombak molekul pestisida menjadi molekul-molekul lain yang tidak
toksik detoksifikasi molekul pestisida harus berinteraksi dengan target dalam proses toksikologinya terhadap sistem kehidupan di dalam tubuh hama, untuk
dapat menimbulkan dampak letal mematikan. Dengan dirombaknya molekul pestisida itu, maka di dalam individu hama pada populasi resisten, interaksi
tersebut tidak terjadi. Tipe resistensi dengan mekanisme biokimia ini sering disebut sebagai resistensi enzimatik
2.8.2 Mekanisme Faali
Ada tiga macam mekanisme faali, yaitu 1 berkenaan dengan target di dalam tubuh hama, 2 berkenaan dengan eksoskolet kerangka luar hama, 3
berkenaan dengan kepekaan mendeteksi adanya pestisida. Mengenai target pestisida ada individu-individu hama yang mempunyai
situs lain yang merupakan target pestisida tadi, tetapi yang interaksinya dengan molekul pestisida tidak menimbulkan dampak letal. Populasi resisten disini
bukannya terdiri dari individu yang memiliki enzim perombak.
Mengenai eksoskelet kerangka luar, ada individu-individu hama yang memiliki struktur eksoskelet sedemikian rupa sehingga pestisida sulit
menembusnya, dengan demikian pestisida tidak sampai kepada targetnya. Mengenai kepekaan mendeteksi pestisida, diantara individu-individu hama
terdapat keragaman. Ada yang sangat peka, sehingga sebelum berkontak cukup lama dengan mereka sudah menghindarinya, dengan lain perkataan, pada tipe
resistensi semacam ini sebenarnya pestisida tidak atau tidak cukup mengenai hama, tipe resistensi ini sering disebut behavioural resistance.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Hanura Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Desa Hanura merupakan daerah
endemis malaria dengan angka Annual Parasite Incidence API sebesar 14.06
00
Dinkes Kab. Pesawaran 2011.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Februari 2012 sampai dengan April 2012. Pengukuran kepadatan gigitan nyamuk Anopheles pada
manusia dan pada sapi dilakukan pada malam hari, frekwensi pengukuran setiap tujuh hari sekali.
3.3 Hewan Ternak yang digunakan
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hewan ternak sapi Gambar 1. Jumlah sapi yang digunakan tiga ekor, dengan luas permukaan
badan sapi antara 1.5 sampai dengan 3 m². Jenis sapi yang digunakan adalah peranakan onggole PO milik penduduk yang disewa selama penelitian. Umur
sapi berkisar 1 sampai dengan 2 tahun, tidak terlalu besar, supaya dapat dimasukkan ke dalam perangkap magoon yang akan dipasang selama penelitian.
Gambar 1 Sapi yang digunakan dalam penelitian.