Latar Belakang Combination of Zooprophylactic and Smearing of Residual Deltamethrin Insecticide on Cattle as Efforts of Malaria Vector Control

sampai dengan 21 hari pada kelembaban 79, sedangkan pada kelembaban 40 umur nyamuk Anopheles gambiae hanya sampai 4 hari.

2.4.3 Karbondioksida

Karbondioksida yang dikeluarkan ketika hewan maupun manusia bernapas memainkan peran yang sangat penting bagi nyamuk untuk mendapatkan inang. Smallegange et al. 2010 melakukan uji coba pada perangkap nyamuk yang diberikan aliran CO 2 , menemukan bahwa pada aliran CO 2 25 mlmenit berhasil menangkap 86 nyamuk, CO 2 60 mlmenit 100 nyamuk dan ketika aliran CO 2 dinaikan menjadi 100 mlmenit jumlah nyamuk yang tertangkap bertambah menjadi 177. Roiz et al. 2012 menemukan bahwa perangkap nyamuk yang ditambahkan CO 2 dapat meningkatkan jumlah nyamuk yang tertangkap dibandingkan dengan perangkap nyamuk yang tidak ditambahkan CO 2 . Perangkap nyamuk yang ditambahkan CO 2 mampu menangkap nyamuk lebih dari 1000 nyamukperangkapmalam, sedangkan perangkap yang tidak diberikan CO 2 jumlah nyamuk yang tertangkap dibawah 100 nyamuk perangkapmalam. 2.4.4 Aroma Jawara et al. 2011 menemukan bahwa campuran asam laktat, amonia, dan asam tetradecanoic lebih menarik bagi nyamuk An. gambiae untuk mendekat. Nyamuk melakukan respon terhadap aroma keju dan susu tradisional Afrika, aroma tersebut memiliki potensi sebagai umpan bau yang efektif untuk perangkap nyamuk maupun sebagai atraktan oviposisi untuk vektor malaria Anopheles funestus Owino 2010. Cooperband et al. 2008 juga menyimpulkan bahwa aroma kotoran ayam mampu menarik Culex quinquefasciatus untuk datang mendekat. Aroma darah sapi dilaporkan mempunyai daya tarik terhadap nyamuk Ae. aegypti empat kali lebih besar dari pada air dan plasma darah lima kali lebih besar dari pada air Burgess dan Brown 1957.

2.4.5 Visual

Respon visual mempengaruhi nyamuk dalam memilih inang. Bentuk dan pemantulan cahaya serta gerakan inang ternyata merupakan faktor penting, sebab mampu menuntun nyamuk yang aktif mencari darah pada siang hari. Brown dan Bennet 1981 melaporkan bahwa Ae. aegypti lebih banyak menggigit tangan yang memakai kaos warna gelap dibandingkan dengan tangan yang memakai warna terang. Visual rangsangan seperti gerakan, panjang gelombang cahaya dan intensitas, warna, bentuk, pola, memainkan peran penting dalam pencarian inang oleh nyamuk dewasa betina Bidlingmayer 1994. Dalam beberapa spesies Aedes, deteksi gerakan penting bagi penentuan lokasi inang Brown dan Bennet 1981. Spesies lain mungkin mengandalkan intensitas cahaya atau warna seperti biru, hitam dan merah sebagai rangsangan yang menuntun kearah inang. Ali et al. 1989 mampu menunjukkan bahwa Culex lebih menyukai warna cahaya dari pada intensitas. Demikian pula Burkett dan Butler 1998 menyatakan bahwa tidak hanya cahaya, tetapi panjang gelombang cahaya tertentu memainkan peranan penting dalam daya tarik inang. Walaupun faktor visual telah dibuktikan mempengaruhi nyamuk tetapi tidak semua nyamuk tergantung kepada faktor tersebut. Faktor visual berperan penting terutama pada nyamuk yang menggigit di siang hari. Nyamuk Anopheles mulai menggigit pada sore hingga malam hari, berbeda dengan nyamuk Aedes yang menggigit di siang hari Mattingly 1969. 2.5 Pemanfaatan Ternak Dalam Pengendalian Nyamuk Anopheles Pemanfaatan ternak merupakan salah satu cara hayati yang bertujuan untuk mencegah dan menghindarkan kejadian kontak antara nyamuk dengan manusia. Upaya pengendalian nyamuk vektor penyakit, dengan menyediakan hewan sebagai tameng dikenal istilah zooprofilaksis. Tindakan tersebut merupakan perubahan orientasi nyamuk dari menggigit manusia kepada menggigit hewan. Zooprofilaksis didefinisikan sebagai penggunaan hewan domestik ataupun liar yang bukan inang reservoir dari suatu penyakit tertentu untuk mengalihkan gigitan nyamuk vektor dari manusia sebagai inang penyakit tersebut Saul 2003. Tindakan zooprofilaksis lebih khusus dilakukan terhadap nyamuk dengan cara menempatkan kelompok ternak di dekat sumber tempat perindukan nyamuk. Tindakan yang direncanakan dan dilakukan seperti itu disebut zooprofilaksis aktif. Sebaliknya zooprofilaksis pasif, yaitu zooprofilaksis yang tidak direncanakan, mempunyai daya merubah nyamuk vektor yang antrofilik menjadi zoofilik dalam batas tertentu. Pengendalian vektor melalui zooprofilaksis juga sangat tergantung pada peran serta masyarakat. Karena diharapkan mereka yang akan memelihara ternak di sekeliling rumah sebagai perlindungan terhadap gigitan nyamuk. Pada tahap awal peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam ujicoba ternak yang mempunyai daya profilaksis yang paling tinggi. Soedir 1985 melaporkan bahwa sapi mampu menarik 20 spesies nyamuk, domba 19 spesies, dan manusia 9 spesies. Adapun tiga hewan lainnya yaitu monyet, kelinci, serta ayam mempunyai daya tarik yang relatif kecil. Masing- masing hanya menyumbang 1.2 delapan spesies, 2.1 sepuluh spesies dan 3.7 enam spesies dari seluruh nyamuk yang tertangkap. Hasil uji presipitin yang dilakukan Boewono 1986 di desa Kali Gading, Jawa Tengah menunjukkan 56.04 dari populasi An. aconitus mengisap darah sapi, 13.19 darah domba dan 4.40 darah kambing serta 3.30 darah manusia. Faktor yang membedakan daya tarik ternak bagi nyamuk An. aconitus adalah jarak penempatan kandang ternak terhadap rumah penduduk, semakin dekat penempatan sapi atau kerbau dari rumah penduduk, semakin banyak infestasi nyamuk An. aconitus. Bruce-Chwatt 1985 menemukan An. gambiae lebih menyukai darah ternak dan kuda. Di negara pecahan Unisoviet, ternak digunakan sebagai salah satu metode pengendaliaan malaria. Di bagian Utara Eropa dan sejumlah negara di Amerika Utara, metode zooprofilaksis juga dapat menurunkan kasus malaria di masing-masing daerah tersebut. Melihat kenyataan tersebut, pemberdayaan ternak sebagai tameng terhadap penyakit malaria mempunyai potensi dan prospek yang baik dimasa depan. Penelitian tentang zooprofilaksis dilaporkan Hewitt et al. 1994 pada tempat pengungsi Afganistan di Pakistan dengan mengunakan seekor sapi dan dua ekor kerbau sebagai zooprofilaksis, diperoleh hasil adanya peningkatan angka gigitan nyamuk oleh An. staphensi masing-masing 38 dan 50 untuk penggunaaan sapi dan kerbau sebagai zoobarier. Mathys 2010 menyatakan ada dua syarat untuk keberhasilan program zooprofilaksis yaitu pertama, jenis spesies Anopheles harus bersifat zoofilik.