Aktivitas Nyamuk Anopheles di Malam Hari
kontak satu jam mendapatkan daya bunuh yang tinggi sampai dengan hari ke delapan.
Studi neurofisiologis menunjukkan bahwa efek knockdown disebabkan oleh keracunan dari saraf perifer dan efek mematikan ini disebabkan oleh
kerusakan yang ireversibel pada kedua neuron perifer dan sentral yang terjadi ketika insektisida kontak dengan nyamuk. Nilai KDT 50 knock-down time
untuk deltametrin berada pada kisaran 22 sampai dengan 27 menit Simsek 2007.
Monitoring status resistensi insektisida oleh Winarno et. al 2010 di wilayah Lampung menemukan deltametrin 5 WP masih dinyatakan susceptible
dimana dalam pengujian tersebut mampu menimbulkan kematian 100 pada nyamuk uji.
Naswir 2012 melaporkan hasil pengujian kerentanan spesies An. subpictus terhadap insektisida menggunakan deltametrin 0.05 menghasilkan
persentase kematian nyamuk uji sebesar 100. Hasil yang sama dengan dilaporkan Widiarti et al. 2009 pada pengujian kerentanan spesies vektor
An.subpictus dengan menggunakan deltametrin 0,05 di desa Sanggalangit Kabupaten Buleleng Bali juga menunjukkan hasil dengan persentase yang sama
yakni kematian 100. Betson et al. 2009 juga melaporkan mortalitas 100 pada beberapa daerah di Gambia pada Anopheles gambiae terhadap deltametrin
0.05. Zooprofilaksis saat ini mengalami perkembangan lebih lanjut dengan
pemanfaatan insektisida untuk lebih meningkatkan efektifitasnya. Sejauh ini ada dua riset yang dilaporkan menggunakan kombinasi insektisida dan zooprofilaksis.
Pertama penyemprotan kandang ternak yang menurut Barodji 2010 dapat menghemat penggunaan insektisida sebesar 83 bila dibandingkan
penyemprotan dalam rumah indoor spraying. Metode kedua adalah paparan insektisida langsung ke tubuh ternak.
Penggunaan kombinasi zooprofilaksis dan insektisida banyak dikritik oleh beberapa pengamat lingkungan yang mempertanyakan tentang efek repellen dari
insektisida yang dibalurkan pada ternak akan menyebabkan vektor kembali mudah mengigit manusia. Habtewold et al. 2004 melakukan penelitian di
Ethiopia menemukan sapi yang dibalur dengan insektisida tidak mempengaruhi nyamuk untuk mengigit sapi dan tidak dialihkan mencari darah inang manusia.
Berkurangnya kepadatan nyamuk Anopheles yang tertangkap dalam kelambu dalam penelitian ini belum bisa menjadi indikator penurunan populasi
nyamuk Anopheles di alam. Evaluasi pengaruh penggunaan insektisida dalam menurunkan populasi nyamuk Anopheles di alam, dapat menggunakan indikator
penurunan kepadatan larva di alam. Namun sayangnya hal ini sulit untuk dilakukan mengingat luasnya tempat perindukan nyamuk yang ada di lokasi
penelitian. Keberhasilan kombinasi zooprofilaksis dan pembaluran insektsida dalam
menurunkan kepadatan gigitan nyamuk Anopheles diharapkan juga mampu untuk mengurangi transmisi penularan malaria di masyarakat. Untuk
mendapatkan hasil yang bermakna secara epidemiologi dalam penurunan kasus malaria di masyarakat perlu implementasi dalam skala yang cukup besar.
Kelayakan implementasinya di lapangan di samping kajian teknis perilaku nyamuk juga perlu kajian efektifitas biaya. Penerapan dalam skala besar
mencakup satu wilayah desa atau wilayah daerah perlu dipertimbangkan faktor biaya dan sumber daya yang tersedia dalam masyarakat. Implementasi
metode zooprofilaksis tidak semudah yang kita bayangkan, mengingat daerah malaria adalah sebagian besar daerah tertinggal. Kemandirian masyarakat untuk
menyediakan ternak sapi merupakan kendala non teknis terbesar yang harus dihadapi jika ingin metode ini dapat di implementasikan. Peran serta Pemerintah
Daerah sangat diharapkan terutama Dinas Peternakan dapat menyediakan bantuan sapi yang diprioritaskan untuk daerah endemis malaria. Dengan
demikian disamping untuk mengentaskan kemiskinan penduduk yang memelihara sapi juga dapat terhindar dari malaria dan dapat produktif untuk
bekerja.
5 SIMPULAN DAN SARAN