Anopheles di daerah pesisir pantai Lampung lebih banyak bersifat eksofagik yaitu lebih senang mengisap darah manusia di luar rumah tidak jauh berbeda dengan
hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Perilaku menggigit nyamuk Anopheles yang cenderung bersifat eksofagik tersebut hampir serupa dengan hasil yang di
dapatkan oleh Situmeang 1991 di pantai Pangandaran Jawa Barat menemukan nyamuk Anopheles lebih dominan mencari mangsanya di luar rumah
dibandingkan di dalam rumah.
Gambar 15 FluktuasiMHD setiap jam penangkapan dari pukul18.00 – 06.00. Nyamuk Anopheles di Desa Hanura adalah eksofilik atau eksofagik,
sehingga upaya pengendalian difokuskan pada perubahan lingkungan dari sarang nyamuk. Mengalirkan lagoon air payau dengan drainase efektif dalam
mengurangi kepadatan vektor, prinsip kerja metode dari drainase tersebut adalah meningkatkan sirkulasi air laut untuk mengurangi genangan dari air pasang
sehingga dapat mencegah pergembangbiakan Anopheles . Upaya lain untuk menekan perkembangan larva Anopheles sundaicus
dilakukan oleh Takagi et al. 1995 di Jawa Barat, menanami kolam dengan tanaman palem dan ditambahkan ikan pemakan larva nyamuk. Strategi ini lebih
murah, mudah untuk dikembangkan dan efisien. Penebaran ikan pemakan larva nyamuk juga dapat di kombinasi dengan Bacillus thuringiensis israelensis dan
larvasida kimia seperti yang pernah diuji coba di Sumatera bagian utara Ikemoto et al. 1986.
4.5 Pengamatan Kepadatan Nyamuk Anopheles pada Manusia Pasca
Perlakuan
Pengamatan yang dilakukan terhadap kepadatan nyamuk Anopheles yang hinggap di badan pasca perlakuan ditemukan enam spesies Anopheles yaitu An.
sundaicus, An. vagus, An. barbirostris, An. aconitus, An. kochi, An. subpictus. Anopheles sundaicus ditemukan sebagai spesies yang tertinggi hinggap di badan
per jam MHD dibandingkan spesies yang lain Tabel 2. Tabel 2 Kepadatan nyamuk Anopheles tertangkap umpan orang per orang per
jam MHD pasca perlakuan
No Spesies
Anopheles UOD
UOL UOD
UOL UOD
UOL UOD
UOL 1 An.sundaicus
0,74 2,11
0,48 2,074
0,41 1,70 0,2963
1,48 2 An.vagus
0,15 0,78
0,07 0,44
0,37 0,26
3 An.barbirostris 0,37
0,22 0,19
0,11 4 An.subpictus
0,04 0,26
0,15 0,11
0,04 5 An.aconitus
0,11 6 An.kochi
0,07 MHD
H0 H+7
H+14 H+21
Keterangan : MHD = Man Hour Density UOD = Umpan Orang Dalam UOL= Umpan Orang Luar H0-H+21= Pengamatan kepadatan Anopheles pasca perlakuan.
Beberapa spesies Anopheles seperti An. vagus, An. barbirostris, An. subpictus, An. aconitus dan An. kochi angka MHD dapat diturunkan sampai
dengan di bawah 1 nyamukorangjam, sedangkan angka MHD nyamuk An. sundaicus walaupun menurun namun masih di atas 1 nyamukorangjam.
Keberhasilan metode zooprofilaksis untuk mengalihkan gigitan nyamuk pada manusia menurut Mathys 2010 tergantung pada nyamuk Anopheles
lebih bersifat zoofilik. Semakin besar kesukaan nyamuk terhadap darah hewan peluang untuk keberhasilan mengalihkan gigitan nyamuk dari manusia ke
hewan semakin besar.
4.5.1 Kepadatan Nyamuk Anopheles sundaicus Pra dan Pasca Perlakuan
Kepadatan nyamuk Anopheles sundaicus yang tertangkap menggunakan umpan orang pra perlakuan rata-rata sebesar 3.29 nyamukorangjam. Angka
MHD pasca perlakuan menurun menjadi 1.2 nyamukorangjam, ada penurunan
sebesar 63.52. Dari perhitungan uji statistik mempunyai hubungan yang bermakna p value 0,05 Gambar 16.
Gambar 16 Kepadatan nyamuk Anopheles sundaicus mengisap orang pra dan pasca perlakuan.
Keterangan: H-21 – H-7
= Kepadatan nyamuk Anophelespra perlakuan. H0 – H+21
= Kepadatan nyamuk Anopheles pasca perlakuan.
Penurunan angka MHD Anopheles sundaicus mulai melandai pada H+14 sampai dengan H+21. Sampai dengan perlakuan ke empat angka gigitan
Anopheles sundaicus belum mampu diturunkan di bawah satu
nyamukorangjam, hal ini kemungkinan karena kecenderungan kesukaan nyamuk tersebut bersifat antropofilik. Sinka et al. 2011 mengamati perilaku
Anopheles sundaicus dalam mencari darah di beberapa daerah seperi Nicobar, Sarawak Malaysia, Sumatera dan Jawa menemukan jenis nyamuk ini cenderung
bersifat antropofilik.
4.5.2 Kepadatan Nyamuk Anopheles vagus Pra dan Pasca Perlakuan
Kepadatan nyamuk An. vagus pra perlakuan rata-rata sebesar 1.3 nyamukorangjam. Pasca perlakuan kepadatan nyamuk An. vagus 0.26
nyamukorangjam, atau ada penurunan kepadatan nyamuk sebesar 80 dibandingkan pra perlakuan Gambar 17. Ada hubungan yang bermakna antara
pra perlakuan dan pasca perlakuan p value 0,05.
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
H-21 H-14
H-7 H0
H+7 H+14
H+21 Pengamatan
M HD
N y
am u
k o
ra n
g J
a m
Gambar 17 Kepadatan nyamuk Anopheles vagus mengisap orang pra dan pasca perlakuan.
Keterangan: H-21 – H-7
= Kepadatan nyamuk Anopheles pra perlakuan. H0 – H+21
= Kepadatan nyamuk Anopheles pasca perlakuan.
Hasil ini menunjukkan adanya pengaruh pemasangan sapi dan paparan insektisida terhadap penurunan gigitan An. vagus. Penurunan angka gigitan
Anopheles vagus berkaitan dengan sifatnya yang zoofilik menyukai darah hewan. Naswir 2012 menemukan bahwa Anopheles vagus di Bulukumba
Sulawesi Selatan paling banyak tertangkap disekitar kandang, hasil yang sama juga dilaporkan oleh Hasan 2006 di Bogor yang menemukan pemasangan
ternak sapi yang dibalurkan insektisida dapat menurunkan gigitan nyamuk Anopheles vagus pada manusia dari sebelum pemasangan sebesar 1.137 nyamuk
orangmalam setelah pemasangan menurun menjadi 0.28 nyamuk orang malam.
4.5.3 Kepadatan Nyamuk Anopheles barbirostris Pra dan Pasca Perlakuan
Kepadatan nyamuk Anopheles barbirostris berbeda nyata antara pra dan pasca perlakuan Gambar 18. Kepadatan nyamuk Anopheles barbirostris pra
perlakuan rata-rata 0.7 nyamukorangjam. Kepadatan pasca perlakuan 0.1 nyamukorangjam, ada penurunan sebesar 85.71 dibandingkan pra perlakuan.
Ada hubungan yang bermakna antara pra dan pasca perlakuan p value 0,05.
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4
H-21 H-14
H-7 H0
H+7 H+14
H+21 Pengamatan
M HD
N y
am u
k o
ran g
j am