dasarnya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, sampai saat ini belum ada kajian yang menganalisis tingkat kesesuaian
wisata yang dilakukan, nilai ekonomi wisata yang dapat diberikan, daya dukung kawasan untuk pengembangan wisata, maupun dukungan sosial terkait dengan
kegiatan wisata bahari Pulau Hari. Kajian tersebut sangat penting dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dikawasan tersebut,
khususnya pengembangan obyek wisata Pulau Hari.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji potensi sumberdaya perairan Pulau Hari khususnya komunitas
terumbu karang dan ikan karang yang merupakan daya tarik wisata. 2. Mengkaji tingkat kesesuaian dan daya dukung kawasan perairan Pulau Hari
sebagai obyek wisata bahari, khususnya wisata selam dan wisata snorkling. 3. Menduga nilai ekonomi kegiatan wisata bahari yang dilakukan.
4. Mengkaji tingkat dukungan sosial terhadap pengembangan kegiatan wisata bahari.
5. Menyusun alternatif pengelolaan untuk pengembangan Pulau Hari sebagai salah daerah tujuan wisata.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan atau Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara dalam rangka pengelolaan Pulau Hari sebagai kawasan wisata bahari.
1.4 Kerangka Pikir
Berdasarkan undang-undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil bahwa wilayah pesisir adalah daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir merupakan daerah yang subur sehingga
pembangunan secara fisik banyak dikembangkan di wilayah ini. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir tentunya memberikan tekanan terhadap
ekosistem pesisir. Tekanan tersebut merupakan beban masukan antropogenik terhadap kawasan perairan pesisir. Beban masukan antropogenik memberikan
dampak terhadap kondisi hidrooseanografi, kualitas air dan ekosisitem pesisir. Untuk menghindari kegiatan yang tumpang tindih incompatibility seperti yang
telah diuraikan, tentunya diperlukan suatu penataan ruang pesisir agar tercipta pembangunan yang berkelanjutan.
Penataan ruang wilayah di Indonesia saat ini telah diperkuat dengan dikeluarkannya undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang.
Undang-undang tersebut bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Konsep penataan ruang wilayah pada
dasarnya akan melahirkan suatu kebijakan pemanfaatan ruang, yang secara garis besar memuat pembagian wilayah, yakni sebagai kawasan lindung dan kawasan
pengembangan. Kawasan lindung atau konservasi merupakan kawasan dengan pemanfaatan terbatas dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona
penyangga dan zona pemanfaatan. Sedangkan kawasan pengembangan merupakan kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan
pembangunan. Pengembangan kegiatan wisata bahari dapat dilakukan di kedua kawasan
tersebut, baik dikawasan konservasi maupun dikawasan pengembangan. Khusus dikawasan lindung kegiatan wisata bahari menurut Peraturan Pemerintah No 18
tahun 1994 dapat dilakukan sebesar 10 dari luas zona pemanfaatan dan harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam konsep
pembangunan yang berkelanjutan, pengembangan suatu kegiatan selayaknya mempertimbangkan banyak hal termasuk kesesuaian dan kemampuan daya
dukung carriying capacity lingkungan dan sumberdaya alam. Daya dukung lingkungan dapat diartikan sebagai kemampuan alam untuk mendukung kegiatan
di atasnya secara berkelanjutan. Selain daya dukung lingkungan, dukungan sosial juga akan memberikan
kontribusi yang positif terhadap pengembangan kegiatan di wilayah pesisir. Dukungan sosial yang dimaksud adalah keterterimaan sosial terhadap kegiatan
yang dilakukan. Dalam konteks pengembangan kegiatan wisata bahari, peran serta masyarakat lokal dapat berupa penyediaan jasa pelayanan seperti jasa transportasi,
akomodasi dan kebutuhan konsumsi.
6
Gambar 1 Kerangka pikir analisis kesesuaian dan daya dukung ekowisata bahari Pulau Hari.
Beban masukan Antropogenik
Jasa Pelayanan - Transportasi
- Prasarana - Kebutuhan konsumsi
Geofisik - Hydrooseanografi
- Kualitas air - Ekosistem coral
penutupan,biodiversity, fishing community
Wisatawan Kawasan
Konservasi Non-Kawasan
Konservasi - Hamparan
ekosistem coral,
stabilitas, diversity,
produktifitas Kelayakan
Kesiapan untuk Wisata
S1,S2,S3 N Analisa
Daya dukung
Optimalisasi Sasaran
target jumlah
wisatawan Pola
Ruang
Sosial ekonomi Masyarakat
Nilai Ekonomi
Dukungan Sosial
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Ekowisata Bahari