4.7 Nilai Ekonomi Wisata
Nilai ekonomi wisata umumnya diduga dengan pendekatan permintaan wisata. permintaan wisata pada dasarnya digunakan untuk mengetahui keinginan
membayar sesorang Willingness to pay -WTP terhadap suatu kawasan wisata dengan tujuan untuk menikmati keindahan alam dikawasan tertentu. Karena
pendekatan permintaan wisata dengan teknik ekonometrik tid ak memenuhi asumsi, maka pendugaan nilai ekonomi wisata dilakukan dengan menggunakan
pendekatan yang dikemukakan Barton 1994. Dengan mengetahui WTP setiap orang yang melakukan kunjungan, maka nilai ekonomi wisata dapat diketahui
dengan cara mengidentifikasi hubungan antara jumlah kunjungan dengan biaya yang dikeluarkan dan beberapa faktor lain yang mempengaruhinya.
Hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden sebanyak 34 orang, diperoleh jumlah kunjungan selama satu tahun
sebanyak 157 triptahun dengan rata-rata setiap wisatawan melakukan kunjungan dalam setiap tahunnya sebanyak 4 triptahun. Setelah dilakukan analisis untuk
mengidentifikasi hubungan antara biaya perjalanan wisata dengan intensitas kunjungan, dengan metode ekonometrika diperoleh nilai parameter ß
1
tidak sesuai dengan harapan positif. Dengan demikian untuk menduga nilai ekonomi
kegiatan wisata berdasarkan hasil perkalian antara rata-rata biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung dengan jumlah kunjungan Barton, 1994. Nilai ekonomi
wisata adalah rata-rata biaya perjalanan yang dikeluarkan Rp 240 588 dikali dengan total jumlah kunjungan yang dilakukan dalam satu tahun 157 triptahun
yakni sebesar Rp 37 772 353. Nilai ekonomi wisata tersebut belum memperhitungkan kemampuan daya
dukung kawasan DDK Pulau Hari secara ekologis. Jika kemampuan daya dukung kawasan perairan Pulau Hari untuk kegiatan wisata selam dan wisata
snorkling sebesar 985 orang, maka nilai ekonomi wisata sebesar Rp 236 979 180
pertahun. Nilai tersebut diperoleh dari perkalian rata-rata biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung Rp 240 588 dengan daya dukung kawasan 985
orangtrip, dan diasumsikan setiap pengunjung hanya melakukan satu kali kunjungan. Apabila setiap pengunjung melakukan kunjungan rata-rata 4
triptahun, maka nilai ekonomi kegiatan wisata di perairan Pulau Hari sebesar
Rp 947 916 720 per tahun. Nilai ekonomi kegiatan wisata tersebut tidak termasuk biaya masuk ke lokasi wisata dan biaya lain yang terkait dengan penggunaan
berbagai fasilitas. Hal tersebut disebabkan karena obyek wisata Pulau Hari saat ini belum dikelola oleh pemerintah Daerah setempat maupun pihak swasta. Jika
obyek wisata Pulau Hari telah dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah Konawe Selatan maupun pihak swasta, maka sebagian pendapatan dari usaha
tersebut dapat digunakan untuk membiayai konservasi terumbu karang, seperti yang dikemukakan oleh Arin and Kramer 2002 yang menyatakan bahwa biaya
masuk ke lokasi wisata pada dasarnya merupakan sumber pendapatan yang signifikan untuk membiayai konservasi terumbu karang.
Intensitas kunjungan wisata yang dilakukan oleh wisatawan ke Pulau Hari secara signifikan berhubungan dengan beberapa faktor yakni biaya perjalanan,
pendapatan responden, dan jenis pekerjaan. Hasil analisis hubungan antara jumlah kunjungan wisata ke Pulau Hari dengan biaya perjalanan, menggunakan
uji Chi-square menunjukkan bahwa nilai X
2
hitung lebih besar dari nilai tabel Chi- square. Nilai X
2
hitung yang diperoleh sebesar 3.05 nilai tabel Chi-square 2.77 pada tingkat kepercayaan 75 a = 0.25. Karena nilai X
2
= 3.05 2.77 maka H
ditolak, artinya terdapat hubungan antara jumlah kunjungan wisata dengan biaya perjalanan yang di keluarkan oleh wisatawan.
Hal yang sama juga terjadi pada variabel tingkat kunjungan wisata dengan pendapatan responden. Nilai X
2
hitung yang diperoleh dari uji Chi-square sebesar 5.2 3.2 nilai tabel Chi-square. Dengan demikian H
juga ditolak, artinya terdapat hubungan antara jumlah kunjungan wisata dengan tingkat pendapatan responden.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kunjungan wisata juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan responden.
Karakteristik pengunjung wisata Pulau Hari cukup beragam. Berdasarkan status pekerjaan utama, pengunjung obyek wisata Pulau Hari terdiri dari 17.65
adalah pengunjung yang belum memiliki pekerjaan tetap dengan rata-rata kunjungan 2 triptahun. Pengunjung yang memiliki status pekerjaan sebagai
wiraswasta memiliki persentase sebesar 32.35 dengan rata-rata kunjungan 4 triptahun. Sedangkan pengunjung yang berstatus Pegawai Negeri Sipil PNS
memiliki persentase sebesar 50.00 dengan rata-rata kunjungan 6 triptahun.
Gambar 8 Persentase jumlah pengunjung berdasarkan pekerjaan utama. Persentase jumlah kunjungan wisata, masih di dominasi oleh mereka yang
berstatus Pegawai Negeri Sipil, dengan rata-rata persentase kunjungan sebesar 66.24 dari total kunjugan pertahun. Pengunjung yang memiliki pekerjaan
wiraswasta sebesar 25.48, dan 8.28 adalah pengunjung yang belum memiliki pekerjaan tetap. Berdasarkan hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara jenis perkerjaan utama pengunjung dengan intensitas kunjungan wisata. Nilai X
2
hitung yang diperoleh sebesar 19.52 lebih besar dari nilai tabel Chi-square yakni sebesar 5.98 pada selang kepercayaan 20. Persentase tingkat
kunjungan wisata Pulau Hari berdasarkan jenis pekerjaan utama pengunjung dapat dilihat pada Gambar 9
Gambar 9 Tingkat kunjungan berdasarkan pekerjaan utama Gambar 8, dan Gambar 9, menunjukkan bahwa jumlah pengunjung dan
intensitas kunjungan wisata di perairan Pulau Hari didonimasi oleh mereka yang memiliki pekerjaan utama sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS. Hal ini diduga
karena tingkat pendapatan Pegawai Negeri Sipil yang melakukan kunjungan
17,65 32,35
50,00
Belum bekerja Wiraswasta
PNSHonorer
8,28 25,48
66,24
Belum bekerja Wiraswasta
PNSHonorer
wisata lebih besar dibandingkan dengan wisatawan yang memiliki pekerjaan utama sebagai wiraswasta, dan yang belum memiliki pekerjaan tetap.
Jenis pekerjaan sangat erat kaitannya dengan tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan merupakan parameter penting dalam karakteristik sosial ekonomi
responden. Pendapatan responden diduga mempengaruhi tingkat partisipasi mereka terhadap obyek wisata Pulau Hari. Kisaran pendapatan responden yang
berkunjung ke Pulau Hari antara Rp 800 000 sampai dengan Rp 6 000 000 perbulan. Rata-rata pendapatan responden berdasarkan jenis pekerjaan
ditampilkan pada Gambar 10 sebagai berikut.
Gambar 10 Rata-rata pendapatan responden berdasarkan jenis pekerjaan utana Rata-rata pendapatan responden yang memiliki pekerjaan utama sebagai
Pegawai Negeri Sipil sebesar Rp 3 644 000.-bulan, wiraswasta sebesar Rp 2 400 000.-bulan dan rata-rata tingkat pendapatan keluarga yang belum
memiliki pekerjaan tetap sebesar Rp 900 000.-bulan. Gambar 10 menunjukkan bahwa jumlah pengunjung wisata Pulau Hari lebih di dominasi oleh pengunjung
yang memiliki rata-rata tingkat pendapatan lebih besar. Berdasarkan sebaran umur, pengunjung obyek wisata Pulau Hari masih
tergolong umur produktif dengan kisaran umur antara 20 tahun hingga 42 tahun. Kisaran umur tersebut telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan
wisata selam maupun wisata snorkling. Dengan kisaran tersebut, umur pengunjung dapat dibedakan atas lima kelompok, berdasarkan pengelompokan
umur dalam data statistika Kota Kendari Tahun 2008.
Rp. 900,000 Rp.
2,400,000 Rp.
3,644,000
Belum bekerja Wiraswasta
PNSHonorer
Kelompok pertama adalah pengunjung yang memiliki kisaran umur antara 20 – 24 tahun sebesar 29.41 . Kelompok kedua adalah pengujung yang
memiliki kisaran umur antara 25 – 29 tahun sebesar 23.53 . Kelompok ketiga adalah pengunjung dengan kisaran umur 30 – 34 tahun sebesar 32.35.
Selanjutnya kelompok keempat adalah pengunjung dengan kisaran umur antara 35 – 39 tahun sebesar 8.82 . Sedangkan pengunjung yang masuk dalam
kelompok kelima adalah pengunjung dengan kisaran umur 40 – 44 tahun mencapai 5.88 dari total pengunjung. Persentase sebaran umur pengunjung
wisata Pulau Hari dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Persentase sebaran umur pengunjung wisata Pulau Hari. Persentase kunjungan wisata berdasarkan kelompok umur juga cukup
beragam. Persentase kunjungan wisata yang paling tinggi adalah wisatawan yang memiliki kelompok umur antara 30 – 34 tahun, sebesar 25.48 . Sedangkan
persentase kunjungan yang paling kecil adalah kelompok umur 40 – 44 tahun sebesar 12.74 . Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Persentase tingkat kunjungan wisata berdasarkan kelompok umur
29,41 23,53
32,35 8,82
5,88 20-24 t ahun
25-29 t ahun 30-34 t ahun
35-39 t ahun 40-44 t ahun
22,93 22,93
25,48 15,92
12,74 20-24 t ahun
25-29 t ahun 30-34 t ahun
35-39 t ahun 40-44 t ahun
Kisaran umur pengunjung antara 30 – 34 tahun adalah persentase pengunjung yang lebih tinggi dengan tingkat kunjungan yang lebih tinggi pula
dibanding sebaran umur lainnya. Hal ini diduga karena pada kisaran umur tersebut memiliki rata-rata tingkat pendapatan yang lebih tinggi, bukan karena
faktor umur. Gambar 13 menujukkan bahwa rata-rata umur pengunjung antara 30 – 34 tahun adalah yang berstatus Pegawai Negeri Sipil PNS. Gambar
tersebut sesuai dengan penjelasan Gambar 9 bahwa tingkat kunjungan wisata yang paling tinggi adalah Pegawai Negeri Sipil PNS. Dengan demikian faktor umur
bukan merupakan faktor pembatas untuk melakukan kunjungan wisata ke Pulau Hari.
Kisaran umur responden pengunjung wisata Pulau Hari telah memenuhi syarat untuk melakukan kegiatan wisata selam maupun wisata snorkling.
Sebagian besar badan yang mengeluarkan sertifikat selam, mematok usia minimal 15 tahun untuk melakukan kegiatan penyelaman. Pertimbangannya adalah dibutuh
sikap dewasa untuk bertindak cepat dan tepat, memperhatikan hal detail, bertanggung jawab dan mau mematuhi aturan. Hal ini disebabkan karena olah
raga menyelam berisiko tinggi tetapi aman bila mengikuti syarat dan tata cara yang benar. Sebagian badan pengeluar sertifikat membatasi hingga 40 tahun bagi
calon penyelam yang baru akan belajar pertama kali. Kisaran rata-rata umur pengunjung berdasarkan jenis pekerjaan utama dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Rata-rata umur responden berdasarkan pekerjaan utama
22 29
31
5 10
15 20
25 30
35
Belum bekerja W irasw ast a
PNS Honorer U
m u
r re
sp o
n d
e n
ta h
u n
Selain jenis pekerjaan utama dan umur responden, tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Davis and Tisdell 1995
menyatakan bahwa pendidikan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan mengurangi dampak kerusakan yang diakibatkan oleh
pengguna. Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, tingkat kematangan berpikir dan pemahaman akan fungsi-fungsi ekologis terhadap
sumberdaya alam akan lebih baik. Persentase pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Gambar 14 sebagai berikut.
Gambar 14 Jumlah pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa pengunjung obyek wisata Pulau
Hari di dominasi oleh mereka yang mempunyai tingkat pendidikan sarjana S1, kemudian diikuti oleh mereka yang mempunyai tingkat pendidikan D-3 dan
SLTA, sedangkan yang mempunyai tingkat pendidikan Magister hanya sebesar 5.88 dari total responden. Tingginya jumlah pengunjung dan intensitas
kunjungan yang berpendidikan sarjana S1 diduga karena tingkat kematangan berpikir dan pemahaman akan fungsi-fungsi ekologis lebih baik. Namun
demikian, pengunjung yang memiliki tingkat pendidikian Magister strata-2 lebih kecil, hal ini diduga karena orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi, juga memiliki tingkat kesibukan yang lebih tinggi dibanding orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah, sehingga tidak ada kecenderungan
intensitas kunjungan wisata pada tingkat pendidikan tertentu. Berdasarkan uji Chi-Square, tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan wisatawan dengan
17,65 17,65
58,82 5,88
SMA DIPLOMA
SARJANA MAGISTER
intensitas kunjungan yang dilakukan. Nilai Chi-Square yang diperoleh sebesar X
2
= 0.81 2.77 pada selang kepercayaan 75 . Jenis kelamin juga merupakan salah satu bagian karakteristik sosial
ekonomi. Sebagian besar pengunjung obyek wisata Pulau Hari adalah berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karena kebebasan laki-laki lebih besar
dibanding kebebasan perempuan yang mempunyai keterbatasan ruang gerak, selain itu wisata selam merupakan jenis kegiatan wisata yang beresiko.
Persentase jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan disajikan pada Gambar 15 sebagai berikut.
Gambar 15 Persentase pengunjung berdasarkan jenis kelamin Status pernikahan responden juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat kunjungan wisata. Umumnya, seseorang yang belum menikah memiliki tingkat kebebasan yang lebih besar di banding yang belum
menikah. Seseorang yang telah menikah memiliki lebih banyak pertimbangan untuk melakukan kunjungan wisata dibanding mereka yang belum menikah.
Persentase jumlah pengunjung berdasarkan status pernikahan disajikan pada Gambar 16 sebagai berikut.
91,18 8,82
Laki-laki Perempuan
Gambar 16 Persentase jumlah pengunjung berdasarkan status pernikahan
4.8 Tingkat Dukungan Sosial