Gambar 16 Persentase jumlah pengunjung berdasarkan status pernikahan
4.8 Tingkat Dukungan Sosial
Pemanfaatan suatu kawasan sebagai obyek wisata sangat dipengaruhi oleh respon masyarakat sekitar. Untuk menentukan tingkat dukungan sosial terhadap
pengembangan kegiatan wisata bahari, telah
ditetapkan beberapa atributparameter sosial yang terkait dengan kegiatan wisata. Parameter-
parameter tersebut adalah tingkat keamanan, penerimaan masyarakat lokal, dukungan pemerintah, sarana transportasi darat dan laut, peruntukan kawasan,
ketersediaan peralatan wisata, akomodasi, dan ketersediaan air tawar. Berdasarkan observasi lapangan, dimana peneliti melakukan penilaian terhadap atribut sosial
berdasarkan data dan informasi yang ada, diperoleh skor masing-masing atribut sebagai berikut:
55,88 44,12
Belum menikah Menikah
Tabel 7 Tingkat dukungan sosial kegiatan wisata bahari
No AtributKondisi Existing
Bobot Skor
Nilai
1. Tingkat Keamanan :
Secara regional Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan daerah yang
aman, tidak pernah terjadi konflik sosial, yang bernuansa SARA
5 2
10 2.
Penerimaan masyarakat lokal: Masyarakat lokal tidak terpengaruh,
dan merasa tidak dirugikan dengan aktivitas wisata yang dilakukan.
5 1
5 3.
Dukungan pemerintah: Dukungan pemerintah hanya dalam
bentuk promosi di berbagai kegiatan, maupun melalui media
3 1
3 4.
Sarana transportasi laut: Tersedia sarana angkutan non-
reguler, dengan 2-3 kali pelayaran dalam seminggu
3 1
1 5.
Peruntukan kawasan: Dalam berbagai dokumen
perencanaan, Pulau Hari belum ditetapkan jenis kegiatan tertentu
3 6.
Ketersediaan peralatan wisata: Tersedia di berbagai instansi
pemerintah di Kota Kendari 1
1 1
7. Akomodasi:
Tidak terdapat akomodasi khusus wisatawan, melainkan rumah-
rumah penduduk di daerah mainland
1 1
1 8.
Ketersediaan air tawar: Sumber air tawar juga tersedia
secara alami di daerah mainland 1
1 1
Nilai Maksimum 24
Tabel diatas menunjukkan bahwa dukungan sosial kegiatan wisata cukup mendukung kegiatan wisata yang dilakukan di perairan Pulau Hari. Hal tersebut
berdasarkan analisis multiatribut yang memperoleh nilai sebesar 24 atau sebesar 55 dari nilai maksimum.
4.8.1 Keamanan
Salah satu faktor yang paling menentukan keberlanjutan kegiatan wisata adalah tingkat keamanan. Secara regional, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan
daerah yang aman, tidak pernah terjadi konflik sosial yang bernuansa SARA. Hal ini diduga karena penduduk Kota Kendari memiliki budaya yang hampir sama
dari berbagai etnist yang ada. Disisi lain karena penduduk Kota Kendari Mayoritas beragama Islam, sehingga konflik yang bernuansa agama dapat
dihindari. Selain itu tindak kejahatan lain seperti perampokan dan pemalakan tidak pernah terjadi dikawasan sekitar perairan Pulau Hari, sehingga dengan
demikian tingkat keamanan memperoleh skor maksimal skor 2.
4.8.2 Penerimaan masyarakat lokal
Tingkat penerimaan masyarakat yang bermukim disekitar Pulau Hari terhadap pengunjung memperoleh skor 1. Pemberian skor tersebut berdasarkan
indikator bahwa masyarakat sekitar tidak terpengaruh dan merasa tidak dirugikan dengan aktivitas wisata. Hal ini disebabkan karena lokasi wisata, khususnya area
untuk wisata selam dan snorkling bukan daerah yang menjadi prioritas utama penangkapan ikan bagi masyarakat sekitar. Penerimaan masyarakat lokal terhadap
wisatawan erat kaitannya dengan tingkat keamanan pengunjung. Apabila masyarakat sekitar melarang aktivitas wisatawan dikawasan tersebut, maka secara
otomatis kegiatan wisata tidak dapat dilakukan. Kondisi sosial masyarakat di daerah manland dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Kondisi sosial masyarakat sekitar Pulau Hari
4.8.3 Dukungan pemerintah
Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap pengembangan obyek wisata
Pulau Hari masih sangat minim. Berbagai macam sarana fisik yang pernah dibangun oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sebelum Otonomi Daerah
kini telah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Selama ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara telah melakukan promosi dengan cara mengikuti berbagai
bentuk kegiatan pameran, maupun melalui media masa. Namun dukungan dalam bentuk Peraturan Daerah PERDA dan dukungan lain seperti sarana infrastruktur
belum dilakukan. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai dokumen perencanaan, baik rencana strategis RENSTRA maupun rencana tata ruang
wilayah RTRW yang belum menetapkan pengembangan suatu jenis kegiatan di kawasan tersebut. Hal ini diduga karena Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan
merupakan kabupaten yang belum lama terbetuk, dan kebijakan pembangunan masih berorientasi pada pembangunan yang ada di daratan, walaupun potensi
sumberdaya pesisir cukup tersedia. Disisi lain kegiatan promosi wisata yang dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara belum maksimal. Hal ini diduga karena adanya konflik kewenangan antara Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan dan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 18 Kondisi sarana infrastruktur wisata yang pernah dibangun di Pulau Hari
4.8.4 Ketersediaan sarana transportasi
Untuk mencapai suatu obyek wisata, sarana transportasi tentu saja akan menjadi pertimbangan seseorang untuk mengunjungi suatu tempat wisata. Sarana
transportasi dimaksud adalah sarana transportasi darat dan sarana transportasi laut. Secara umum ketersediaan sarana transportasi laut untuk mendukung kelancaran
kegiatan wisata Pulau Hari sangat minim. Sarana angkutan laut yang digunakan wisatawan selama ini adalah sarana transportasi non-reguler, yakni perahu motor
milik nelayan yang tidak setiap hari melayani angkutan penumpang. Umumnya pelayaran dilakukan oleh masyarakat yang bermukim sekitar Pulau Hari dengan
intensitas dua sampai tiga kali pelayaran dalam seminggu. Keterbatasan sarana angkutan laut tersebut merupakan salah satu permasalahan yang dapat
menghambat kegiatan wisata. Kondisi ini jauh berbeda dengan ketersediaan sarana angkutan darat yang digunakan wisatawan dari tempat asal sampai ke
pelabuhan penyeberangan. Sarana angkutan darat yang menghubungkan tempat asal pengunjung dan pelabuhan penyeberangan umumnya adalah sarana angkutan
umum yang tersedia setiap saat.
4.8.5 Ketersediaan peralatan wisata
Peralatan wisata yang dimaksud adalah peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan wisata, utamanya yang berkaitan dengan wisata selam dan
wisata snorkling. Perlatan tersebut antara lain adalah masker, fins, snorkel, tabung selam, regulator, wetsuit, dan lain sebagainya. Semua jenis perlatan wisata
dimaksud tidak di dapatkan di obyek wisata Pulau Hari. Hal ini disebabkan karena belum ada pihak tertentu yang dapat mengusahakan perlatan-peralatan
wisata untuk disewakan kepada wisatawan. Umumnya wisatawan memperoleh peralatan selam dan snorkling diberbagai instansi pemerintah yang ada di Kota
Kendari.
4.8.6 Akomodasi dan ketersediaan air tawar
Akomodasi merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan oleh pengunjung untuk berwisata. Sarana tersebut saat ini tidak ditemukan, jika pengunjung hendak
berwisata ke Pulau Hari. Sarana fisik yang pernah dibangun oleh Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara telah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Jika wisatawan yang hendak berlibur lebih dari satu hari, umumnya mereka tinggal
dirumah-rumah penduduk di daerah mainland untuk beristirahat. Demikian halnya dengan ketersediaan air tawar untuk kebutuhan pengunjung. Umumnya
pengunjung memperoleh air tawar dari masyarakat sekitar yang datang menjual air, atau wisatawan sendiri yang datang ke daerah mainland untuk mengambil air
bersih. Sumber air tawar yang dapat digunakan oleh wisatawan tersedia secara alami di daerah mainland, dan mengalir sepanjang tahun. Penduduk yang
bermukim di daerah mainland juga memanfaatkan air tawar tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.
Gambar 19 Sumber air tawar tersedia secara alami di daerah mainland
4.9 Persepsi Wisatawan