4.9.9 Biaya perjalanan
Biaya perjalanan wisata yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk sampai ke tempat wisata tergolong murah. Hasil analisis persepsi wisatawan terhadap biaya
perjalanan yang dikeluarkan menunjukkan bahwa 70.59 pengunjung menyatakan bahwa biaya perjalanan tergolong murah. 11.76 responden
menyatakan cukup murah dan sisanya 17.65 dari jumlah responden menyatakatan biaya perjalan wisata tergolong mahal. Biaya perjalanan wisata
yang keluarkan oleh wisatawan berkisar antara Rp 150 000 sampai Rp 400 000 dengan rata-rata sebesar Rp 245 588. Biaya perjalanan yang tergolong murah
tersebut mendukung pengembangan wisata bahari di perairan Pulau Hari.
Gambar 27 Persepsi responden tehadap biaya perjalanan
4.10 Keterkaitan Dimensi Ekologi, Sosial dan Ekonomi
Sumberdaya alam yang dikelola pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Pengelolaan sumberdaya tersebut
akan berdampak pada tiga dimensi, yakni dimensi ekologi atau lingkungan, dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Ketiga dimensi tersebut saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Menurut Dahuri 2004 dimensi ekologis berarti bagaimana mengelola segenap kegiatan yang terdapat
diwilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsionalnya. Sedangkan dimensi sosial ekonomi adalah manfaat yang diperoleh dari kegiatan
penggunaan suatu wilayah serta sumberdaya alam harus diprioritaskan untuk kesejahteraan penduduk disekitarnya. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya
70.59 11.76
17.65
Murah Cukup murah
Mahal
pesisir dan kelautan untuk pengembangan wisata bahari harus memperhatikan ketiga aspek tersebut.
Peraiaran Pulau Hari merupakan salah satu pulau kecil yang ada di wilayah pesisir Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi sumberdaya
alam, dan tergolong cukup sesuai S2 untuk pengembangan wisata selam dan wisata snorkling. Kategori cukup sesuai berarti mempunyai faktor pembatas
untuk suatu penggunaan kegiatan tertentu secara lestari. Tutupan komunitas karang merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam
pengembangan wisata selam dan wisata snorkling. Hal ini disebabkan karena komunitas karang merupakan obyek utama dalam kegiatan wisata selam maupun
wisata snorkling. Nilai estitika yang dimiliki ekosistem terumbu karang tidak dapat digantikan oleh ekosistem lain, sehingga baik-buruknya komunitas terumbu
karang sangat menentukan keberlanjutan kedua jenis kegiatan wisata dimaksud. Rata-rata tutupan komunitas terumbu karang di perairan Pulau Hari
tergolong baik diatas 50, hal ini menandakan bahwa telah terjadi tekanan terhadap komunitas terumbu karang. Daya dukung kawasan perairan Pulau Hari
untuk menerima sejumlah wisatawan tergolong cukup tinggi. Berdasarkan analisa Sistem Informasi Geografis GIS, daratan Pulau Hari memiliki luas 5.97 ha.
Namun demikian, luas area yang dapat dimanfaatkan untuk wisata selam dan wisata snorkling lebih luas dibanding daratan pulau tersebut. Luas area yang
dapat digunakan untuk kedua jenis wisata tersebut sebesar 24.65 ha dan dapat menampung wisatawan secara lestari sesuai dengan carrying capacity sebesar 985
orangtrip. Tingginya daya dukung tersebut, mampu memberikan nilai ekonomi sebesar Rp 236 979 180 per tahun dengan asumsi bahwa setiap wisatawan hanya
satu kali melakukan kunjungantahun. Jika setiap wisatawan melakukan kunjungan wisata rata-rata 4 triptahun, maka nilai ekonomi wisata yang diperoleh
sebesar Rp 947 916 720 per tahun. Nilai ekonomi wisata tersebut ditentukan oleh jumlah dan intensitas kunjungan wisata yang dilakukan, dan daya dukung
kawasan dalam menerima sejumlah wisatawan secara lestari. Sementara itu peningkatan jumlah dan intensitas kunjungan wisata yang dilakukan dipengaruhi
oleh kualitas lingkungan yang baik, yang dimiliki suatu kawasan wisata. Dengan
demikian ada keterkaitan antara nilai ekonomi wisata dengan kualitas lingkungan yang dimiliki.
Tutupan komunitas karang yang baik yang terdiri dari berbagai lifeform ditambah dengan kehadiran berbagai jenis ikan karang, menggambarkan kondisi
lingkungan yang baik, yang akan menambah nilai estetika alam bawah laut. Kondisi lingkungan tersebut akan menarik minat wisatawan untuk melakukan
kunjungan, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan nilai ekonomi kegiatan wisata. Meningkatnya jumlah wisatawan akan memberikan keuntungan
secara tidak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Disisi lain pengembangan wisata bahari juga memberikan dampak negatif terhadap
kehidupan sosial masyarakat. Pengembangan daerah wisata bisa menyebabkan lunturnya nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat, karena masyarakat
cenderung mengadopsi nilai-nilai budaya luar tanpa menghayati esensinya. Selain itu kegiatan wisata memberi peluang munculnya kegiatan-kegiatan yang tidak
diinginkan, seperti perjudian, perdagangan narkotik dan prostitusi yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat lokal. Menurut Ritchie and
Goeldner, 1987 dampak negatif dari segi sosial budaya lainnya adalah “premature departure to modernization” yaitu suatu keadaan dimana nilai-nilai
dan ideologi asing yang diterima mempengaruhi kehidupan dan sikap serta perilaku masyarakat lokal dan secara perlahan-lahan dikhawatirkan akan menjauhi
budaya dan tradisi mereka. Berdasarkan analisis multiatribut, tingkat dukungan sosial tergolong cukup
mendukung kegiatan wisata. Analisis tingkat dukungan tersebut dilakukan ketika perairan Pulau Hari belum ditetapkan dan dikelola dengan baik oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Konawe Selatan maupun pihak swasta sebagai obyek wisata. Jika perairan Pulau Hari telah ditetapkan sebagai obyek wisata, tentunya
pembangunan berbagai infrastruktur wisata maupun peraturan-peraturan yang terkait dengan kegiatan wisata juga akan dilakukan, sehingga tingkat dukungan
sosial akan meningkat. Hal Ini dapat dilakukan apabila pemerintah daerah telah melakukan penilaian terhadap sumberdaya perairan Pulau Hari dan kegiatan
pemanfaatan yang sesuai, yang dapat memberikan keuntungan ekonomi secara maksimal dan memiliki tingkat resiko yang labih kecil. Apabila tingkat dukungan
sosial sangat mendukung pengembangan kegiatan wisata, maka akan meningkatkan jumlah dan intensitas kunjungan wisata. Hal ini terjadi karena
variabel-variabel sosial seperti sarana dan prasarana menujang kegiatan wisata mendukung pengembangan kegiatan wisata, sehingga menarik minat wisatawan
untuk melakukan kunjungan. Jumlah dan intensitas kunjungan wisata yang tinggi secara tidak langsung memberikan keuntugan secara ekonomi terhadap
masyarakat, namun apabila jumlah wisatawan tidak dibatasi, akan berdampak negatif terhadap kelesarian ekosistem dan mengurangi nilai estetika alam bawah
laut, seperti yang dikemukakan oleh Hawkins and Roberts 1997 bahwa peningkatan jumlah penyelam secara eksponensial meningkatkan tingkat
kerusakan terumbu karang. Dampak lain peningkatan jumlah wisatawan adalah seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni penurunan nilai-nilai budaya
lokal dan kegiatan-kegiatan yang tidak diinginkan. Karakteristik pengunjung wisata Pulau Hari berada dalam kisaran umur
produktif, dimana 50 diantaranya adalah pengunjung yang memiliki pekerjaan utama sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS, 32.35 adalah wiraswasta, dan
17.65 adalah pengunjung yang belum memiliki pekerjaan tetap, dengan rata-rata tingkat pendapatan perbulan diatas Upah Minimum Provinsi UMP. Berdasarkan
karakteristik tersebut, diduga peluang untuk melakukan kunjungan wisata masih cukup tinggi dan dapat memberikan kontribusi terhadap nilai ekonomi kawasan.
Intensitas kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni biaya perjalanan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Analisis terhadap faktor-
faktor tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan analisis kelayakan usaha, terkait dengan pengembangan wisata bahari di perairan
Pulau Hari.
4.11 Solusi Alternatif Pengelolaan