Gambaran Umum Lokasi Penelitian Parameter Kualitas Perairan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pulau Hari merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara administratif pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan, tepatnya pada posisi 04 02’18,8” lintang selatan dan 122 46’38,1’’ bujur timur. Pulau Hari memiliki luas daratan ± 5,9 ha dan merupakan pulau berbatu yang tidak berpenghuni. Walaupun tidak berpenghuni, pulau ini banyak dikunjungi oleh masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Kota Kendari yang datang untuk berlibur dan menikmati keindahan alamnya. Gambar 3 Obyek wisata Pulau Hari Hamparan ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan Pulau Hari lebih luas dibandingkan dengan luas daratan pulaunya, dan diperkirakan sangat sesuai untuk kegiatan wisata selam maupun wisata snorkling. Dahulu perairan Pulau Hari ditetapkan sebagai kawasan wisata oleh Dinas Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara, namun seiring dengan masuknya otonomi daerah, pengelolaan wisata Pulau Hari diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Konawe. Saat ini kondisi bangunan fisik yang pernah dibangun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kondisi rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Sebagian kalangan menilai bahwa perairan Pulau Hari sangat sesuai untuk pengembangan kegiatan wisata bahari, khususnya wisata selam dan wisata snorkling. Hal ini di tandai dengan banyaknya jumlah wisatawan yang datang berkunjung. Umumnya wisatawan yang berkunjung ke pulau ini adalah wisatawan lokal yang berasal dari Kota Kendari, karena secara geografis Pulau hari lebih dekat dengan Kota Kendari dibanding ibu kota Kabupaten Konawe Selatan. Untuk mencapai lokasi tersebut, dapat ditempuh dengan perjalanan laut dengan menggunakan perahu motor milik nelayan. Perjalanan dimulai dari pelabuhan Kota Kendari dan diperkirakan lama perjalanan ± 1.5 – 2 jam.

4.2 Parameter Kualitas Perairan

Kualitas perairan merupakan parameter yang dipertimbangkan dalam pengembangan kegiatan wisata bahari. Dalam menentukan tingkat kesesuaian wisata selam maupun wisata snorkling, parameter kualitas perairan yang perlu dipertimbangkan adalah kecerahan perairan, kecepatan arus, kedalaman keberadaan komunitas karang, dan lebar hamparan datar karang. Kecerahan perairan merupakan ukuran daya tembus cahaya matahari yang masuk ke dalam kolom air, atau ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Kecerahan perairan menggambarkan kondisi sedimentasi yang terjadi di sekitar kawasan. Dalam pengembangan kegiatan wisata selam dan wisata snorklig, semakin tinggi tingkat kecerahan perairan, semakin baik kegiatan wisata untuk dilakukan. Berdasarkan hasil pengukuran kecerahan perairan di setiap stasiun penelitian, tingkat kecerahan perairan mencapai 100. Artinya, daya tembus sinar matahari mencapai dasar perairan, baik pada kedalaman 3 meter maupun pada kedalaman 10 meter dibawah permukaan laut, bahkan melebihi kedalaman keberadaan terumbu karang yang dipersyaratkan untuk kedua jenis kegiatan wisata. Tingginya tingkat kecerahan perairan tersebut menggambarkan rendahnya sedimentasi yang terjadi di kawasan Pulau Hari. Hal ini diduga karena Pulau Hari merupakan pulau kecil yang tidak berpenghuni dan relatif cukup jauh dengan aktivitas pertanian atau kegiatan lainnya yang ada di daerah mainland. Selain itu kawasan hutan sekitar daerah mainland merupakan kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa dan Tanjung Amolengo, yang relatif terjaga dari aktivitas perambaan hutan untuk kegiatan pertanian atau jenis kegiatan lainnya. Tingginya tingkat kecerahan perairan Pulau Hari tergolong sangat sesuai untuk kedua jenis kegiatan wisata. Selain kecerahan perairan, kecepatan arus juga merupakan parameter yang dipersyaratkan dalam kegiatan wisata selam dan wisata snorkelig. Kecepatan arus mempengaruhi aktivitas wisata yang dilakukan. Kecepatan arus yang mencapai 50 cmdtk tidak dapat direkomendasikan untuk kegiatan wisata selam maupun wisata snorkling. Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan arus di perairan Pulau Hari, semua stasiun penelitian tergolong sangat sesuai untuk wisata selam maupun wisata snorkling. Nilai kecepatan arus dilokasi tersebut berkisar antara 5.84 sampai 10.67 cmdtk dengan kecepatan rata-rata 7.3 cmdtk. Data kecepatan arus perairan setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5. Kedalaman keberadaan komunitas terumbu karang perairan Pulau Hari tergolong sangat sesuai untuk pengembangan kegiatan wisata selam maupun wisata snorkling. Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan terumbu karang perairan Pulau Hari dapat ditemukan pada kedalaman satu meter hingga kedalaman diatas 10 meter. Berdasarkan kriteria penilaian tingkat kesesuaian keberadaan komunitas karang pada kedalaman 1 – 3 meter termasuk dalam kategori yang sangat sesuai untuk wisata snorkling. Sedangkan untuk wisata selam, kategori sangat sesuai apabila komunitas karang ditemukan pada kedalaman 6 meter sampai 15 meter. Lebar hamparan datar komunitas karang adalah salah satu parameter yang dipersyarakan untuk pengembangan kegiatan wisata snorkling. Wisata snorkling membutuhkan kontur yang cenderung lebih landai dibanding wisata selam. Berdasarkan interpretasi data citra satelit, lebar hamparan datar komunitas karang disetiap stasiun penelitian termasuk kategori cukup sesuai dan sesuai bersyarat untuk pengembangan wisata selam dan snorkling. Hasil interpretasi tersebut menujukkan bahwa berdasarkan parameter lebar hampara datar komunitas karang di lokasi penelitian stasiun I, II dan sataiun VI termasuk kategori cukup sesuai untuk kegiatan wisata snorkling, sedangkan stasiun III, IV, V dan stasiun VII termasuk kategori sesuai bersyarat. Lebar hamparan datar komunitas karang dilokasi penelitian disajikan Lampiran 6.

4.3 Kondisi Komunitas Karang dan Ikan Karang

Dokumen yang terkait

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangam Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

0 9 183

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

6 118 231

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangam Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

2 6 173

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Pantai, Selam dan Snorkeling di Pulau Berhala Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

0 0 10

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Pantai, Selam dan Snorkeling di Pulau Berhala Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Pantai, Selam dan Snorkeling di Pulau Berhala Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

0 0 5

ANALISA KESESUAIAN KAWASAN DAN DAYA DUKUNG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU PASUMPAHAN KOTA PADANG ARTIKEL

0 0 17