2. Wisatawan membantu dalam usaha perlindungan dengan memberikan informasi atas kegiatan ilegal.
Sedangkan kontribusi ekowisata secara tidak langsung melalui konservasi adalah : 1. Meningkatnya kesadaran publik terhadap konservasi pada tingkat lokal,
nasional bahkan internasional. 2. Pendidikan konservasi selama berwisata menjadi bagian pengalaman yang
terbentuk selama wisatawan berwisata, yaitu dengan melibatkan wisatawan secara langsung terhadap kegiatan pelestarian sekaligus
meningkatkan kualitas produk ekowisat ayang ditawarkan. Fannel 1999 menyatakan bahwa, terdapat enam prinsip dasar ekowisata
untuk membedakan kegiatan ekowisata dan wisata alam, yakni : a. Memberikan dampak negatif yang paling minimum bagi lingkungan dan
masyarakat lokal. b. Menigkatkan kesadaran dan pengetahuan, baik pada pengunjung maupun
penduduk lokal. c. Berfungsi sebagai bahan untuk pendidikan dan penelitian, baik untuk
penduduk lokal maupun pengunjung wisatawan, peneliti, akademisi. d. Semua elemen yang berkaitan dengan ekowisata harus memberikan
dampak positif berupa kontribusi langsung untuk kegiatan konservasi yang melibatkan semua aktor yang terlibat dalam kegiatan ekowisata.
e. Memaksimumkan partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan pengelolaan kawasan ekowisata
f. Memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk lokal berupa kegiatan ekonomi yang bersifat komplemen terhadap kegiatan ekonomi tradisional.
2.3 Daya Dukung Ekowisata Bahari
Dalam menetapkan suatu kawasan sebagai kawasan ekowisata, langkah awal yang harus dilakukan adalah menganalisis kesesuaian dan daya dukung
kawasan tersebut. Analisis kesesuaian didasarkan pada potensi sumberdaya yang ada dan parameter kesesuaian untuk setiap kegiatan wisata. Kesesuaian ekowisata
bahari diartikan sebagai ketepatan atau kecocokan penggunaan sumberdaya kelautan terhadap suatu kegiatan. Setiap kegiatan wisata bahari mempunyai
persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan.
Kawasan yang dikembangkan kegiatan wisata bahari dengan konsep ekowisata sangat tergantung dari aspek kesesuaian dan daya dukung, utamanya
daya dukung ekologi yang berkaitan erat dengan kondisi sumberdaya yang menjadi obyek wisata. Aspek kesesuaian akan menentukan jenis kegiatan wisata
yang akan dikembangkan, termasuk layak atau tidaknya suatu kawasan untuk dijadikan obyek wisata, atau justru sebaliknya dilakukan konservasi. Yulianda
2007 menyatakan bahwa penentuan kesesuaian suatu kawasan untuk dikembangkan sebagai obyek wisata berdasarkan skor dan bobot yang diperoleh
dari setiap parameter kesesuaian. Paramater kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan tesebut berbeda-beda antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya.
Setelah melakukan analisis terhadap kesesuaian kegiatan wisata bahari, maka langkah selanjutnya adalah menghitung kemampuan daya dukung lingkungan
untuk masing-masing kegiatan yang dikembangkan. Daya dukung lingkungan carrying capacity secara umum dapat diartikan
sebagai kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia atau benda hidup lainnya. De Santo 1978 memberi definisi yang lebih luas bahwa daya
dukung adalah jumlah binatang, manusia atau industri yang dapat didukung secara terus menerus pada sumberdaya yang tersedia. Daya dukung juga dapat
didefinisikan sebagai intensitas penggunaan suatu sumberdaya secara maksimum dan berlangsung secara terus menerus dengan memperhatikan aspek
keseimbangan sumberdaya tersebut. Clark 1996 menyatakan bahwa daya dukung adalah suatu cara untuk menyatakan batas-batas penggunaan sumberdaya.
Analisis daya dukung merupakan salah satu pendekatan bahwa alam mempunyai batas maksimum untuk menerima aktivitas yang dilakaukan oleh manusia dalam
kurun waktu yang cukup lama. Lebih lanjut Bengen dan Retraubun 2006 mendefinisikan daya dukung sebagai tingkat pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan. Daya dukung dapat diartikan sebagai kondisi maksimum suatu ekosistem untuk menampung komponen biotik yang terkandung di dalamnya,
dengan memperhitungkan faktor lingkungan dan faktor lainnya yang berperan di alam.
Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan
daya dukung suatu kawasan wisata. Konsep daya dukung telah mendapat perhatian yang serius dengan pertimbangan terus meningkatnya kerusakan
lingkungan akibat tekanan manusia. Yulianda 2007 menyatakan bahwa konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan dua hal, yaitu 1 kemampuan alam
untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia dan 2 standar keaslian sumberdaya alam. Daya dukung ekowisata dapat diartikan sebagai tingkat
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut untuk dikembangkan kegiatan wisata bahari yang berwawasan kelestarian sumberdaya dan ekosistem yang menjadi
komponen dari kegiatan wisata bahari. Kegiatan wisata bahari secara umum berdampak pada tiga aspek, yakni
aspek ekologi, ekonomi dan aspek sosial Harriott, 1995. Daya dukung secara ekologi secara sederhana merupakan ukuran atau batas threshold kemampuan
suatu ekosistem menerima tekanan atau menahan kerusakangangguan. Konsep daya dukung wisata didasarkan pada semua kegiatan pembangunan, dimana
secara alami dapat ditelorir oleh lingkungan, atau kemampuan suatu ekosistem untuk menerima tekanan yang ditimbulkan kegiatan tertentu baik dari dalam
ekosistem maupun diluar ekosistem. Daya dukung suatu ekosistem juga dapat diartikan sebagai tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara
berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan yang permanen. Pengukuran daya dukung lingkungan didasarkan pada pemikiran
bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme Busby et all, 1996.
Daya dukung sosial pada suatu kawasan merupakan gambaran dari persepsi seseorang dalam menggunakan ruang pada waktu yang bersamaan, atau
persepsi pemakai kawasan terhadap kehadiran orang lain secara bersama dalam memanfaatkan area tertentu. Daya dukung sosial berkenaan dengan tingkat
kenyamanan dan apresiasi pemakai kawasan. Daya dukung sosial suatu kawasan dinyatakan sebagai batas masksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan suatu
kawasan, dimana akan menimbulkan penurunan kepuasan pengguna terhadap suatu kawasan yang diakibatkan adanya kegiatan yang telah melampaui batas
daya dukung dimaksud. Mc Leod and Cooper 2005 menyatakan bahwa daya dukung sosial di bidang pariwisata dipengaruhi oleh keberadaan infrastruktur,
wisatawan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat suatu kawasan. Sedangkan daya dukung secara ekonomi adalah tingkat skala usaha yang
masih memberikan keuntungan. Lundberg, et all 1997 mengemukakan bahwa sektor pariwisata menurut beberapa perkiraan telah menjadi kegiatan usaha
terbesar di dunia. Ekowisata menyumbangkan peran ekonomi secara mikro maupun makro. Umumnya produk wisata memiliki karakteristik yang sama
dengan barang konsumsi. Manfaat ekonomi lainnya adalah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sekitar kawasan wisata. Sebagian pendapatan
penduduk lokal diperoleh melalui jasa pemandu wisata, penginapan, penjualan cindera mata atau jasa lainnya. Kondisi yang demikian merupakan wujud
kontribusi pengembangan kegiatan wisata bahari, yang mana salah satu prinsipnya adalah Memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk lokal berupa kegiatan
ekonomi yang bersifat komplemen terhadap kegiatan ekonomi tradisional.
2.4 Peranan Ekosistem Terumbu Karang