Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Prosedur Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, dipaparkan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur penelitian.

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswai Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2013-2014 yang berjumlah 646 orang mahasiswa dengan rentang usia 17-24 tahun. Mahasiswa tersebut terbagi dalam empat angkatan dimana setiap angkatan terdiri atas empat kelas dan pada masing-masing kelas terdapat 40 orang mahasiswa. Adapun rincian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2013-2014 pada setiap angkatan adalah sebagai berikut; a. Angkatan 2011 171 mahasiswa b. Angkatan 2012 149 mahasiswa c. Angkatan 2013 148 mahasiswa d. Angkatan 2014 178 mahasiswa Jumlah mahasiswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 236 mahasiswa. Selanjutnya pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability sampling melalui cara stratified random sampling, dimana peluang setiap individu dalam populasi bisa dihitung.Adapun penetapan anggota populasi yang 40 dijadikan sampel ditentukan sesuai dengan proporsi masing-masing kelas, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Proporsi perkelas = populasi setiap kelas x kuota sampel yang ditentukan populasi seluruh kelas Mengacu pada rumus diatas, maka jumlah sampel pada masing- masing kelas adalah sebagai berikut: Proporsi Kelas: 40646 x 236 = 15 Setelah dilakukan penentuan jumlah sampel pada masing-masing kelas, dilakukan pengambilan sampel secara random dari masing-masing kelas dengan cara memberi penomeran pada data sesuai dengan jumlah populasi yang diikutkan. Selanjutnya, dilakukan proses random untuk menentukan sampel dengan menggunakan software SPSS 22.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kemandirian 2. Identity self 3. Behavioral self 4. Judging self 5. Physical self 6. Moral-ethical self 7. Personal self 8. Family self 9. Social self 10. Permissive 11. Authoritarian 12. Authoritative Variabel terikat dependent variable dalam penelitian ini adalah kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan variabel lainnya merupakan variabel bebas independent variable. 3.2.2 Definisi operasional variabel Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemandirian

Kemandirian mahasiswa adalah kebebasan, kesiapan dan kemampuan remaja sebagai individu baik secara fisik maupun emosi untuk mengatur, menguasai, dan melakukan aktivitas hidupnya atas tanggung jawab sendiri tanpa banyak tergantung pada orang lain, khususnya orang tua berdasarkan tiga aspek Steinberg, 2002 yaitu : a. Aspek emotional autonomy. Aspek kemandirian emosional ini adalah aspek kemandirian yang berkaitan dengan perubahan hubungan individu, terutama dengan orang tua. Ada tiga Hal yang penting dalam perkembangan kemandirian aspek emosional, yaitu ditunjukkan dengan tidak bergantung secara emosional dengan orang tua namun tetap mendapat pengaruh dari orang tua, memiliki keinginan untuk berdiri sendiri, dan mampu menjaga emosi didepan orang tuanya. b. Aspek behavioral autonomy. Aspek kemandirian bertingkahlaku adalah kemampuan untuk membuat suatu keputusan sendiri dan menjalankan keputusan tersebut. Ada tiga Hal yang penting dalam perkembangan kemandirian aspek behavioral, yaitu ditunjukkan dengan perubahan kemampuan dalam membuat keputusan dan pilihan, perubahan dalam penerimaan akan pengaruh orang lain, dan perubahan dalam merasakan pengandalan pada dirinya sendiri self-reliance. c. Aspek value autonomy. Aspek kemandirian nilai adalah bahwa individu telah memiliki seperangkat prinsip-prinsip tentang mana yang benar dan mana yang salah serta mengenai mana yang penting dan mana yang tidak penting. 2. Konsep diri. Konsep diri adalah pandangan mahasiswa terhadap dirinya sendiri dan evaluasi tentang karakteristik yang ada pada diri mereka, peran-peran mereka, kemampuan mereka dan hubungan sosial mereka yang diukur menggunakan skala likert yang meliputi aspek-aspek berikut : a. Identity self adalah memberikan label untuk membangun identitas diri. b. Behavioral self adalah persepsi individu tentang tingkah lakunya. c. Judging self adalah meliputi evaluasi diri dan menilai diri sendiri. d. Physical self yang berupa persepi individu terhadap keadaan dirinya. e. Moral-ethical selfyaitu membatasi tingkah laku yang sesuai dengan nilai moral dan etika yang berlaku. f. Personal selfyaitu meliputi peran sebagai anggota keluarga dan fungsi yang dijalankan sebagai anggota keluarga. g. Family self yaitu persepsi individu yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai anggota keluarga. h. Social self yaitu berupa penilaian terhadap interaksi dirinya dengan orang lain dan lingkungannya. 3. Pola asuh Pola asuh Parenting style adalah gaya pengasuhan di mana orang tua membesarkan anak-anak mereka Baumrind, 1991. Gaya pengasuhan ini telah ditandai dengan tiga gaya pola asuh yaitu: a. Permissive parenting style adalah pola asuh dimana orang tua hanya membuat sedikit peraturan dan membiarkan anak memantau aktivitas mereka sendiri sedapat mungkin serta tidak adanya tutntutan dan sedikit melakukan kontrol. b. Authoritarian parenting style adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi, menghukum dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua serta menghormati pekerjaan dan usahanya. c. Authoritative parenting style adalah gaya pengasuhan yang menghargai individualitas anak tetapi juga menekankan batasan- batasan sosial, tetap memberikan arahan kepada anak dan menghargai keputusan anak, minat serta kepribadiannya. Gaya pengasuhan ini memiliki kontrol untuk membentuk anak-anak mereka namun tidak merugikan anak-anak melalui penjelasan orang tua kepada anak.

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Instrumen pengumpulan data

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dua bagian. Bagian pertama berupa pertanyaan demografi yang mencangkup atas jenis kelamin dan usia saat ini. Bagian kedua, berisi skala yang merupakan alat ukur dari kemandirian, konsep diri dan pola asuh. Model skala likert pada ketiga alat ukur ini berupa pernyataan positif favorable dan pernyataan negatif unfavorable serta telah dimodifikasi menjadi empat kategori jawaban yaitu SS Sangat Setuju, S Setuju, TS Tidak Setuju dan STS Sangat Tidak Setuju. Pada item favorable, jawaban SS sangat setuju diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. sedangkan pada item unfavorable diberi skor dengan urutan sebaliknya yaitu jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. 1. Kemandirian Untuk mengukur kemandirian, peneliti menggunakan skala kemandirian yang dikembangkan sendiri. Dalam mengembangkan skala tersebut, peneliti menggunakan konsep Steinberg 2002 dengan 3 aspek kemandirian yaitu emotional autonomy, behavioral autonomy dan value autonomy. Pada alat ukur ini terdapat 13 item pernyataan yang terdiri dari 9 item favorable dan 4 item unfavorable. Skala ini menggunakan sistem penilaian skala likert dengan rentang skala empat poin yaitu dari “4” Sangat Setuju, “3” Setuju, “2” Tidak Setuju dan “1” Sangat Tidak Setuju. Hal tersebut bertujuan agar dalam penelitian ini mendapatkan respon jawaban yang lebih bervariasi. Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini. Tabel 3.1 BluePrintSkalaKemandirian No Aspek Indikator Item Jumlah F U F 1 Aspek emotionalau tonomy a. Mampu mandiri secara emosional dari orang tua maupun orang dewasa lain. b. Memiliki keinginan untuk berdiri sendiri. c. Mampu menjaga emosi didepan orang tua dan orang lain. 3 2 1 4 1 2 1 2 Aspek behavior- ralautonomy a. Mampu membuat keputusan dan pilihan. b. Dapat memilih dan menerima pengaruh orang lain yang sesuai bagi dirinya. c. Dapat mengandalkan diri sendiri self reliance 5 6, 8 7 9 1 2 2 3 Aspek valueautono my a. Mampu berpikir secara abstrak mengenai permasalahan yang dihadapi. b. Memiliki kepercayaan yang meningkat pada prinsip-prinsip umum yang memiliki dasar idelologi. c. Memiliki kepercayaan yang meningkat saat menemukan nilai- nilainya sendiri dimana bukan nilai yang berasal dari figure orang tua atau figur orang penting lainnya. 10 12 11, 13 1 1 2 Jumlahitem 9 4 13 2. Konsep diri Untuk mengukur konsep diri, bentuk skala yang digunakan peneliti adalah modifikasi dari skala Tennesse Self Concept Scale TSCS edisi pertama yang dibuat oleh Fitts 1971 dan telah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia. Aspek-aspek yang digunakan dalam alat ukur ini adalah identity self, behavioral self, judging self, physical self, moral-ethical self, personal self, family self dan social self. Pada awalnya alat ukur tersebut berjumlah 100 item, namun peneliti mengurangi beberapa item dalam setiap dimensi menjadi 32 item pernyataan, yang terdiri dari 21 item favorable dan 11 item unfavorable. Pengurangan ini dilakukan agar partisipan tidak merasa letih dan bosan pada saat mengerjakan kuesioner. Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada table 3.2 dibawah ini. Tabel 3.2 Blue Print Skala Konsep Diri Dimensi Indikator No. Item Jumlah F UN Identity self a. Mengenal diri b. Mengenal lingkungan 1, 2 3 22 2 2 Behavioral self a. Berperilaku sesuai identitas diri b. Menerima diri dengan senang hati 4, 5 6 23 2 2 Judging self a. Menerima diri b. Menilai diri 7 8, 9 24 2 2 Physical self a. Menerima keadaan fisik b. Mengetahui keadaan fisik 25 11, 12 10 2 2 Moral- ethical self a. Mengaplikasikan ajaran agama b. Berperilaku baik kepada sesame 26 14 13 27 2 2 Personal self a. Merasa puas dengan keadaan diri b. Menilai kesuksesan diri 30 18 17 31 2 2 Family self a. Melakukan tugas rumah tangga b. Mempersepsikan lingkungan keluarga 28 16 15 29 2 2 Social self a. Berinteraksi dengan orang lain b. Menjaga hubungan baik dengan orang lain 19 20, 21 32 2 2 Total item 21 11 32 3. Pola asuh Skala pola asuh diukur dengan pernyataan yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan memuat indikator-indikator tertentu yang berkaitan dengan pola asuh dan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Baumrind 1991. Tipe pola asuh yang digunakan adalah sebagai berikut: pola asuh permissive, pola asuh authoritarian, pola asuh authoritative. Pada alat ukur ini terdapat 24 item pernyataan yang terdiri dari 18 item favorable dan 6 item unfavorable. Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada table 3.3 dibawah ini. T abel 3.3 Blue Print Skala Pola Asuh Dimensi Indikator No item Jml F UF Polaasuh permissive a. Tidak ada hukuman untuk anak b. Selalu menerima apapun tindakan anak c. Selalu memberikan apapun keinginan anak d. orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak 3, 11, 15 19, 23 24 7 20, 22 2 2 4 1 Pola asuh authoritarian a. Perintah yang harus ditaati b. Selalu menuntut c. Tingkat kontrol yang tinggi tetapi tidak responsive 2, 6, 10, 4, 14, 17, 8 2 2 3 Pola asuh authoritative a. Memantau dan mengarahkan anak b. Bersikap tegas c. Bertanggung jawab 1, 5, 13 9, 12, 21 16, 18 4 1 3 Jumlah Item 18 6 24

3.4 Pengujian Validitas Alat Ukur

Peneliti melakukan uji instrumen dengan 69 item dari 3 skala, yaitu kemandirian, konsep diri dan pola asuh. Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analisys CFA. Adapun prosedur uji validitas konstrak dengan CFA adalah sebagai berikut Umar, 2012: 1. Dibuat suatu definisi operasional tentang konsep atau trait yang hendak diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan item stimulus sebagai indikatornya. 2. Disusun hipotesisteori bahwa seluruh item yang dibuat adalah valid mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain di teorikan hipotesis bahwa hanya ada 1 faktor yang diukur, yaitu konstruk yang di definisikan model unidimensional. 3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar item, yang disebut matriks S. 4. Matriks korelasi tersebut dipergunakan untuk mengintimasi matriks korelasi yang seharusnya terjadi menurut teori yang ditetapkan. Jika teorihipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item hanya mengukur satu faktor saja unidimensional. 5. Adapun langkah-langkahnya adalah: a. Dihitung diestimate parameter dari modelteori yang diuji yang dalam Hal ini terdiri dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan pengukuran residual. b. Setelah nilai parameter diperoleh kemudian diestimate dihitung korelasi antar setiap item sehingga diperoleh matriks antar item berdasarkan hipotesisteori yang diuji, matriks korelasi ini disebut sigma ∑. 6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S = ∑ atau dapat dituliskan Ho : S - ∑ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan menggunakan uji chi square, dimana jika chi Square tidak signifikan p 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil Ho diterima. Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua itemnya hanya mengukur satu konstruk saja terbukti sesuai fit dengan data. 7. Jika telah terbukti model unidimensional satu faktor fit dengan data maka dapat dilakukan seleksi terhadap item dengan menggunakan 3 kriteria, yaitu: a. Item yang muatan faktornya tidak signifikan di drop karena tidak memberikan informasi yang secara statistik bermakna. b. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga di drop karena mengukur Hal yang berlawanan dengan konsep yang didefinisikan. Namun demikian, harus diperiksa dahulu apakah item yang pernyataannya unfavorable atau negatif sudah disesuaikan kondisinya sehingga menjadi positif. Hal ini berlaku khusus untuk item dimana tidak ada jawaban yang benar atau salah misalnya, alat ukur pola asuh, dsb. c. Item dapat juga di drop apabila residualnya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan banyak residual item yang lainnya. Karena ini berati bahwa item tersebut mengukur juga Hal lain selain konstruk yang hendak diukur. Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item- item yang valid untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan raw scoreskor mentah hasil menjumlahkan skor item. Item-item inilah yang diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor True score. True score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini. Agar mudah didalam penafsiran hasil analisis maka penulis mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku Z score menjadi T score yang memiliki mean=50 dan standar deviasi SD=10 sehingga tidak ada responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah sebagai berikut: T score = 10 x skor faktor + 50 Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analisys CFA dengan software LISREL 8.80. Uji validitas tiap alat ukur diapaparkan dalam sub bab berikut.

3.4.1 Uji validitas skala kemandirian

Peneliti menguji apakah ke 13 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala kemandirian. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi- square =280.19, df = 65, P-value = 0.000000, RMSEA = 0.119. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 68.25, df = 52, P-value = 0.06475, RMSEA = 0.036. Setelah nilai Chi–Square menghasilkan P-value 0.05, artinya model dengan satu faktor unidimensional dapat diterima, di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kemandirian. Seperti pada gambar 3.1 berikut: Gambar 3.1 Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.4 dibawah ini: Tabel 3.4 Muatan Faktor Kemandirian No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 1 0.41 0.07 6.08 1 √ 2 0.42 0.07 6.16 4 X 3 0.00 0.07 0.06 3 X 4 0.34 0.07 4.95 1 √ 5 0.50 0.07 7.59 2 √ 6 0.55 0.07 8.51 2 √ 7 0.71 0.06 11.49 1 √ 8 0.85 0.06 14.68 1 √ 9 -0.07 0.07 -0.95 4 X 10 0.15 0.07 2.19 1 √ 11 0.48 0.07 7.18 1 √ 12 -0.46 0.07 -6.95 1 X 13 -0.07 0.07 -0.99 4 X Berdasarkan tabel 3.4, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, total item yang di drop yaitu item 2, 3, 9, 12 dan 13 dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut memiliki nilai negatif dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran pada item tersebut ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, yang merupakan item valid untuk mengukur kemandirian berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu muatan faktor tidak boleh memiliki nilai negatif, t value 1.96 atau t -1.96 dan korelasi kesalahan antar item tidak berjumlah lebih dari tiga adalah item 1, 4, 5, 6, 7, 8, 10, dan 11.

3.4.2 Uji validitas skala identity self

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala identity self. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi- square= 6.22, df=2, P-value=0.04463, RMSEA=0.095. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=0.28, df=1, P- value=0.59407, RMSEA=0.000. Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor identity self saja. Seperti gambar 3.2 berikut Gambar 3.2 Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.5dibawah ini: Tabel 3.5 Muatan Faktor Identity Self No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 1 0.95 0.06 16.26 1 √ 2 0.80 0.06 13.41 √ 3 0.68 0.07 10.00 1 √ 4 0.61 0.06 9.77 √ Berdasarkan tabel 3.5, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk mengukur identity self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.3 Uji validitas skala behavioral self

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala behavioral self. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 16.81, df=2, P-value=0.00022, RMSEA=0.178. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=0.00, df=0, P- value=1.000, RMSEA=0.0000. Gambar 3.3 Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor behavioral self saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.6 dibawah ini: Tabel 3.6 Muatan Faktor Behavioral Self No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 5 0.36 0.08 4.96 1 √ 6 0.68 0.10 6.77 1 √ 7 -0.03 0.09 -0.39 2 X 8 0.75 0.11 7.06 √ Berdasarkan tabel 3.6 dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, terdapat satu item yang di drop dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut memiliki nilai negatif. Artinya, yang merupakan item valid untuk mengukur behavioral self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya adalah item 1, 2 dan 4.

3.4.4 Uji validitas skala judging self

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala judging self. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi- square = 24.83, df = 2, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.220. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 0.000, df = 0, P- value = 1.000, RMSEA = 0.000. Gambar 3.4 Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor judging self saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.7 dibawah ini: Tabel 3.7 Muatan Faktor Judging Self No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 9 0.79 0.08 9.31 1 √ 10 0.60 0.08 7.79 √ 11 0.56 0.08 7.40 1 √ 12 0.60 0.10 6.04 2 √ Berdasarkan tabel 3.7, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk mengukur judging self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.5 Uji validitas skala physical self

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala physical self. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-square =3.12, df=2, P-value=0.21013, RMSEA=0.049. Gambar 3.5 Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor physical self saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.8 dibawah ini: Tabel 3.8 Muatan Faktor Physical Self No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 1 0.69 0.08 8.52 √ 2 -0.28 0.08 -3.59 X 3 0.63 0.08 8.05 √ 4 0.55 0.08 7.23 √ Berdasarkan tabel 3.8, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, item kedua di drop dikarenakan nilai lambda bagi koefisien muatan faktor item tersebut memiliki nilai negatif. Artinya, yang merupakan item valid untuk mengukur physical self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya adalah item 1, 3 dan 4. 3.4.6 Uji validitas skala moral-ethical self Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala moral-ethical self. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi- square =2.27, df=2, P-value=0.32120, RMSEA=0.024. Gambar 3.6 Maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor moral- ethical self saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.9 dibawah ini: Tabel 3.9 Muatan Faktor Moral-Ethical Self No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 17 0.67 0.08 8.40 √ 18 0.63 0.08 7.98 √ 19 0.34 0.08 4.33 √ 20 0.55 0.08 7.14 √ Berdasarkan tabel 3.9, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk mengukur moral-ethical self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya. 3.4.7 Uji validitas skala personal self Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala personal self. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi- square = 19.51, df=2, P-value=0.00006, RMSEA=0.193. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 0.00, df= 0, P- value=1.0000, RMSEA=0.000. Gambar 3.7 Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor personal self saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.10 dibawah ini: Tabel 3.10 Muatan Faktor Personal Self No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 21 0.84 0.09 8.96 1 √ 22 0.58 0.08 7.29 √ 23 0.50 0.08 6.53 1 √ 24 0.75 0.10 7.17 2 √ Berdasarkan tabel 3.10, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk mengukur personal self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.8 Uji validitas skala family self

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala family self. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi- square = 8.37, df = 2, P-value = 0.01520, RMSEA = 0.116. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 1.64, df= 1, P- value=0.20095, RMSEA=0.052. Gambar 3.8 Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor family self saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.11 dibawah ini: Tabel 3.11 Muatan Faktor Family Self No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 25 0.56 0.08 7.33 1 √ 26 0.82 0.08 9.68 √ 27 0.47 0.08 6.08 1 √ 28 0.54 0.07 7.23 √ Berdasarkan tabel 3.11, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk mengukur family selfberdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.9 Uji validitas skala social self

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala social self. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi- square =6.21 , df=2, P-value=0.04490, RMSEA=0.095. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 1.25, df=1, P- value=0.26380, RMSEA=0.033. Gambar 3.9 Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor social self saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.12 dibawah ini: Tabel 3.12 Muatan Faktor Social Self No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 1 0.65 0.10 6.41 1 √ 2 0.36 0.07 5.01 √ 3 0.95 0.11 8.89 1 √ 4 0.65 0.09 7.54 √ Berdasarkan tabel 3.12, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk mengukur social self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya. 3.4.10 Uji validitas skala permissive Peneliti menguji apakah ke 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala permissive. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi- square =237.46 , df=27, P-value=0.0000, RMSEA=0.182. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=28.73, df=21, P- value=0.12067, RMSEA=0.040 Gambar 3.10 Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor permissive saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.13 dibawah ini: Tabel 3.13 Muatan Faktor Permissive No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 1 0.34 0.07 4.95 3 √ 2 0.17 0.07 2.43 1 √ 3 -0.22 0.07 -3.23 1 X 4 0.09 0.07 1.31 1 √ 5 -0.22 0.07 -3.16 3 X 6 -0.26 0.07 -3.79 2 X 7 -0.93 0.07 -14.18 X 8 -0.59 0.07 -8.84 1 X 9 0.56 0.07 8.51 √ Berdasarkan tabel 3.13, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, item 3, 5, 6, 7, dan 8 di drop dikarenakan nilai lambda bagi koefisien muatan faktor item tersebut memiliki nilai negatif. Artinya, yang merupakan item valid untuk mengukur skala permissive berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya adalah item 1, 2, 4, dan 9. 3.4.11 Uji validitas skala authoritarian Peneliti menguji apakah ketujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala authoritarian. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi- square =195.67, df=14, P-value=0.000, RMSEA=0.235. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=5.88, df=6, P- value=0.43686, RMSEA=0.000. Gambar 3.11 Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor authoritarian saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.14 dibawah ini: Tabel 3.14 Muatan Faktor Authoritarian No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 10 -0.14 0.18 -0.07 4 X 11 0.38 0.08 5.03 1 √ 12 0.45 0.08 5.75 2 √ 13 0.15 0.07 2.15 2 √ 14 0.33 0.08 4.38 1 √ 15 0.87 0.11 7.63 2 √ 16 -0.07 0.11 -0.63 4 X Berdasarkan tabel 3.14, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, item 1 dan 7 di drop karena memiliki nilai lambda negatif dan korelasi kesalahan pengukuran pada item tersebut berjumlah lebih dari 3. Artinya, yang merupakan item valid untuk mengukur skala authoritarian berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya adalah item ke 2, 3, 4, 5, dan 6. 3.4.12 Uji validitas skala authoritative Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skala authoritative. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi- square =193.97, df=20, P-value=0.00000, RMSEA=0.192. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=20.92, df=13, P- value=0.07449, RMSEA=0.051. Gambar 3.12 Setelah di dapat nilai P-value 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor autoratif saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.15 dibawah ini: Tabel 3.15 Muatan Faktor Authoritative No Lambda Standard Error t-value Korelasi kesalahan Kesimpulan 17 0.83 0.06 14.92 √ 18 0.71 0.06 11.97 1 √ 19 0.45 0.07 6.80 1 √ 20 0.63 0.06 10.10 2 √ 21 0.45 0.07 6.81 3 √ 22 0.65 0.06 10.63 2 √ 23 0.83 0.06 14.61 3 √ 24 0.80 0.06 13.90 2 √ Berdasarkan tabel 3.15, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk mengukur authoritative berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya. 3.5 Teknik Analisis Data Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor Analisys CFA untuk melihat validitas konstrak setiap item serta menguji struktur faktor yang diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah metode analisis statistic yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set indikator saja tanpa kehilangan informasi yang berarti. Melalui analisis faktor akan didapatkan data variabel konstrak skor faktor sebagai data input analisis lebih lanjut atau sebagai data penelitian. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis statistik, maka hipotesis penelitian yang diubah menjadi hipotesis nihil. Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada penelitian ini digunakan multiple regression analysis di mana terdapat lebih dari satu independent variable untuk mengetahui pengaruhnya terhadap dependent variable. Pada penelitian ini terdapat sebelas independent variable dan satu dependent variable. Dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi, yaitu: Y = a + b¹X¹ + b²X² + b³X³ + ……. + b¹¹X¹¹ + e Keterangan: Y = Kemandirian DV a = Intercept Konstan b = Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X X¹ = identity self X²= behavioral self X³= judging self X 4 = physical self X 5 = moral-ethical self X 6 = personal self X 7 = family self X 8 = social self X 9 = permissive X 10 =authoritarian X 11 = authoritative e = Residual Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi berganda antara kemandirian DV dengan konsep diri dan pola asuh IV. Besarnya kemandirian yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R². R² menunjukkan variasi atau perubahan dependent variable Y disebabkan independent variable X atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh independent variable X terhadap dependent variable Y atau merupakan perkiraan proposi varians dari kemandirian yang dijalaskan oleh konsep diri dan pola asuh. Untuk mendapatkan nilai R 2 digunakan rumus sebagai berikut: R 2 = SSreg SSy Keterangan : R 2 = Proposi varians SSreg = Sum of Square Regression jumlah kuadrat regresi SSy = Sum of Square Y Jumlah kuadrat Y Selanjutnya, untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau tidak, maka digunakanlah uji F untuk membuktikan Hal tersebut menggunakan rumus: Dimana pembilang disini adalah R 2 dengan df-nya dilambangkan k, yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya 1 – R 2 dibagi dengan dfnya N – k – 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh terhadap DV. Kemudian peneliti melakukan uji T dari tiap-tiap IV yang dianalisis. Maksud uji T adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV. Uji T dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana b adalah koefisien regresi dan S b adalah standar error dari b. Hasil uji T ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya. Dalam penelitian ini, penghitungan statistik dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 22.

3.6 Prosedur Penelitian

Dalam melaksanakan proses pengumpulan data, peneliti melakukan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti kemudian menentukan variabel yang akan diteliti yaitu kemandirian, konsep diri, dan pola asuh. Setelah itu mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian peneliti menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala kemandirian yang dibuat berdasarkan teori Steinberg 2002 dengan bentuk skala likert, alat ukur konsep diri berdasarkan skala baku yang dimodifikasi dari Fitts 1971 dengan bentuk skala likert, dan alat ukur pola asuh yang buat berdasarkan teori Diana Baumrind 1991. 2. Menentukan sampel penelitian yaitu kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah, selanjutnya peneliti membuat surat izin penelitian kepada pihak Fakultas Psikologi dengan melampirkan surat persetujuan pembimbing dan alat ukur penelitian untuk keperluan izin penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik dispropotionat stratified random sampling dan angket disebarkan secara offline yaitu, memberikan angket secara langsung kepada responden yang bersangkutan. 3. Langkah terakhir setelah mendapatkan data yang diinginkan, peneliti melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah terkumpul, untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data dan pengujian dari hasil skala yang sudah didapatkan untuk dianalisis datanya dengan menggunakan software Lisrel 8.80.

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dari pembahasan hasil pengujian hipotesis dan proposi varians.

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 236 orang mahasiswa. Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang subjek penelitian, maka pada sub ini ditampilkan gambaran banyaknya subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin. Berikut ini adalah daftar sampel yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Tabel. 4.1 Karakteristik Responden Jumlah Presentase Usia 17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun 21 Tahun Total 9 57 72 61 37 236 4 24 30 26 16 100 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total 77 159 236 33 67 100 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari jumlah sampel sebanyak 236 orang, terdapat sampel dengan jenis kelamin laki-laki sesbanyak 77 mahasiswa atau 33 dan sampel perempuan sebanyak 159 mahasiswa atau 67. Lalu berdasarkan usia sampel, terdapat sampel berusia 17 tahun sebanyak 9 mahasiswa atau 4, usia 18 tahun sebanyak 57 mahasiswa atau 24, usia 19 tahun sebanyak 72 mahasiswa atau 30, 75