Dimensi konsep diri Pengukuran konsep diri

orang dewasa. Pada orang dewasa Hal ini dapat terjadi karena ketidakmampuan menyesuaikan diri. b Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini disebabkan karena pola asuh dan didikan yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

2.2.3 Dimensi konsep diri

Fitts 1971 membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut : 1. Dimensi internal Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal internal frame of reference adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk : a. Diri identitas identity self. Dimensi ini mengacu pada pertanyaan “siapakah saya?” Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label atau simbol-simbol yang diberikan pada diri self oleh individu untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. b. Diri perilaku behavioral self.Dimensi ini merupakan persepsi individu mengenai tingkah lakunya dan berisikan seluruh kesadaran mengenai “apa yang diri lakukan”. c. Diri penilai judging self. Diri penilai berfungsi mengamati, menentukan standar, dan mengevaluasi. Diri penilai ini pula yang menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. 2. Dimensi eksternal Pada dimensi ini, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta Hal-Hal lain diluar dirinya. a. Diri fisik physical self Merupakan persepsi individu terhadap keadaan dirinya secara fisik, seperti kesehatan, penampilan dan keadaan tubuh. b. Diri moral etik moral-ethical self Merupakan persepsi individu terhadap keadaan dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. c. Diri pribadi personal self Merupakam persepsi individu terhadap keadaan pribadinya, yang berhubungan dengan sejauh mana ia merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. d. Diri keluarga family self Menunjukkan persepsi individu yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai anggota keluarga. e. Sosial diri social self Merupakan persepsi individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain atau lingkungan di sekitarnya.

2.2.4 Pengukuran konsep diri

Dari berbagai literatur mengenai konsep diri, peneliti hanya menemukan satu alat ukur, yaitu alat ukur konsep diri Tennesse Self Concept Scale TSCS. Alat ukur ini menggunakan dua dimensi konsep diri dari Fitts 1971 yaitu ; 1. Dimensi Internal yang terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu komponen identitas diri, komponen perilaku dan komponen penilaian. 2. Dimensi Eksternal yang terdiri dari lima komponen pokok, yaitu komponen fisik, komponen moral etis, komponen diri personal, komponen diri keluarga, komponen diri sosial. Skala TSCS berjumlah 100 item pertanyaan dari 8 dimensi yang terdiri dari Identity self, behavioral self, judging self, physical self, moral- ethical self, personal self, family self, dan social self. Model skala yang akan digunakan adalah jenis skala likert yaitu dengan menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju SS, setuju S, tidak setuju TS, sangat tidak setuju STS. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur konsep diri yang dibuat oleh Fitts 1971 ini dan telah dimodifikasi kedalam alat ukur yang menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan latar belakang objek penelitian. Peneliti menggunakan alat ukur ini karena dimensi-dimensinya dirasa dapat mewakilkan variabel yang hendak diteliti dengan baik. Peneliti juga mengurangi jumlah item yang seharusnya 100 dari 8 dimensi, menjadi 32 item. Dengan tujuan menghindari kejenuhan pada responden penelitian saat mengisi angket. Proses modifikasi skala ini diawali dengan menerjemahkan item-item yang bermula berbahasa inggris menjadi bahasa Indonesia, kemudian peneliti melakukan pengurangan item dengan mempertimbangkan item mana yang dipilih untuk mengukur konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

2.3 Pola Asuh