Pendapat beberapa ahli tentang bentuk negara adalah sebagai berikut :
1. Niccolo Machiavelli
Dalam bukunya Il Principe Sang Raja, Niccolo Machiavelli menyatakan bahwa bentuk negara adalah republik dan monarki.
2. Jellinek
Dalam bukunya Algemeine Staatslehre, Jellinek membedakan bentuk negara monarki dan republik berdasarkan pembenukan
kemauan negara. Bila pembentukan kemauan negara ditentukan oleh seorang
saja maka bentuk negaranya adalah monarki. Sedangkan jika kemauan negara ditentukan oleh lebih dari satu orang maka
negara yang terbentuk adalah republik. Namun, jika bertitik tolak pada pendapat Jellinek, maka negara
Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Nederland dan Belgia harus dikategorikan sebagai negara republik sebab negara-
negara tersebut terbentuk karena kemauan orang banyak, namun kenyataannya menurut HTN, negara-negara tersebut
berbentuk monarki. Dengan demikian, alasan Jellinek kurang dapat diterima.
3. Leon Duguit
Dalam bukunya, Traitede Droit Constitutionel, ia berpendapat bahwa untuk menentukan apakah suatu negara berbentuk
republik atau monarki adalah dengan menggunakan ’cara penunjukkanpengangkatan kepala negara’.
Jika kepala negara diangkat berdasarkan keturunan maka bentuk negaranya adalah monarki. Sedangkan jika kepala
negara diangkat berdasarkan pemilihan maka bentuk negaranya adalah republik.
4. Otto Koellreuter
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
86
Otto menggunakan ukuran kesamaan dan ketidaksamaan dalam membedakan bentuk negara. Sebenarnya ia setuju
dengan Duguit tetapi karena ia seorang fasis Jerman,maka Ia membagi negara ke dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Monarki Monarki adalah suatu negara yang diperintah oleh suatu
dinasti, dimana kepala negara diangkat berdasarkan keturunan. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa pada
dasarnya adalah ketidaksamaan karena tidak setiap orang dapat menjadi kepala negara.
b. Republik Bentuk republik didasarkan pada asas kesamaan, kepala
negara diangkat berdasarkan kemauan orang banyak dan setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala
negara. Kepala negara dalam negara republik tidak diangkat berdasarkan keturunan atau kepribadian melainkan
karena kemauan rakyat secara politis dan kenegaraan. c. Autoritaren Fuhrerstaat
Kepala negara dalam Autoritaren Fuhrerstaat diangkat atas dasar pikiran bahwa yang dapat berkuasa disebut ’ger
Gedanken der staatsautoritat. Jadi dalam Autoritaren Fuhrerstaat, dasar ukurannya adalah
ketidaksamaan. Namun, asas ketidaksamaannya berbeda dengan monarki. Asas ketidaksamaan dalam monarki
bertitik tolak pada keturunan atau dinasti. Sedangkan pada Autoritaren Fuhrerstaat, ketidaksamaannya bertitik tolak
pada pikiran yang dapat menguasai negara.
5. Aristoteles