BAB IV TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA
Die Lehren von der Rechtsfertigung des Staates
Teori pembenaran hukum dari negara atau teori penghalang tindakan penguasa Rechtvaardiging theorieen membahas tentang dasar-
dasar yang dijadikan alasan sehingga tindakan penguasa negara dapat dibenarkan.
Keberadaan negara existence dapat dibenarkan berdasarkan sumber-sumber kekuasaan, antara lain :
1. Kewenangan langsung atau tidak langsung dari Tuhan yang diterapkan dalam bentuk konstitutif dan kepercayaan yang
diformalkan dalam ketentuan negara Teori Teokrasi. 2. Kekuatan jasmani dan rohani serta materi finansial yang
diefektifkan sebagai alat berkuasa. Dalam bentuk yang modern seperti kekuatan militer yang represif, kharisma para
rohaniawan yang berpolitik atau dalam bentuk money politics Teori Kekuatan.
3. Adanya perjanjian, baik perjanjian perdata maupun publik serta adanya pandangan dari perspektif hukum kekeluargaan dan
hukum benda Teori Yuridis. Secara rasional, suatu pemerintahan tidak mungkin lagi
menyandarkan wewenang dan kekuasaannya atas dasar kekuatan fisik angkatan perang militer yang represif, mitos-mitos feodalistik maupun
teokratik. Hal-hal yang bersifat irrasional dan dipaksakan semakin lama semakin ditinggalkan sejalan dengan perkembangan pemikiran filsafat
dan politik serta teknologi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tanpa ada legitimasi yang rasional maka suatu negara tidak mungkin akan berjalan
secara efektif. Legitimasi atas suatu negara memegang peranan yang penting
karena walaupun memiliki kekuasaan namun suatu pemerintahan negara
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
51
tidak mungkin berjalan efektif tanpa adanya legitimasi yang penuh. Pemerintahan negara dan alat-alat perlengkapannya sebagai instrumen
penataan masyarakat yang memegang kekuasaan politik utama harus memiliki pembenaran atau pendasaran yang sah legitimasi atas
kekuasaan yang dijalankan agar ia dapat melaksanakan fungsinya secara efektif.
1. Pembenaran Negara dari Sudut Ke-Tuhanan TheoCratische Theorieen
Teori ini beranggapan bahwa tindakan penguasanegara selalu benar karena negara diciptakan oleh Tuhan.
Tuhan menciptakan negara dengan dua cara, yaitu :
a. Secara langsung → cirinya adalah seseorang
berkuasa karena mendapat wahyu dari Tuhan.
b. Secara tidak langsung → seseorang berkuasa
karena kodrat Tuhan. Tokoh-tokoh penganut paham ini antara lain adalah :
a. Agustinus
Agustinus dalam bukunya De Civitate Dei menjelaskan bahwa negara pada dasarnya terdiri dari dua macam, yaitu :
2 Civitas Dei Negara Tuhan
Yaitu negara yang langsung dipimpin oleh Tuhan. Negara Tuhan di dunia diwakili oleh gereja dan atau oleh
kerajaan-kerajaan lain yang tunduk pada pimpinan gereja yang otomatis tunduk pada Tuhan.
3 Civitas TerranaCivitas Diaboli
Civitas terrana adalah negara duniawi. Menurut Agustinus, Civitas terrana disebut juga civitas diaboli
karena dibuat oleh setan. Negara dunia hanya mengejar kepuasan duniawi
sehingga menimbulkan keserakahan, kebencian, peperangan, penderitaan dan akhirnya keruntuhan.
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
52
b. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, negara yang burukpun bukan buatan setan tetapi tetap diakui sebagai perwujudan
kekuasaan dan kehendak Tuhan. Negara timbul dari pergaulan antara manusia yang ditentukan oleh hukum dan
tata alam. Hukum tata alam juga terjadi dari kehendak Tuhan dan menurut hukum Tuhan.
Tuhan menjadikan manusia sebagai mahluk yang bergaul dan memberikan seorang pemimpin raja. Oleh karena itu,
kekuasaan raja dalam memimpin negara juga berasal dari Tuhan.
c. Ludwig von Haller
Menurut Ludwig von Heller, sifat negara adalah ketertiban. Dalam negara ada tuan dan hamba, ada yang kuat dan yang
lemah, ada yang tinggi dan rendah serta ada yang kaya dan miskin. Yang kuat berkuasa memerintah yang lemah. Hal ini
merupakan kodrat alam dan itulah yang dikehendaki dan diatur oleh Tuhan. Manusia dengan segala kecerdasannya
tidak mungkin dapat mengubah keadaan yang telah ditentukan oleh Tuhan. Dari kuasa dan kehendak Tuhanlah
asal segala kekuasaan dan asal berdirinya negara.
d. Friedrich Julius Sthal
Dalam bukunya, Die Philosophie des Rechts, ia berpendapat bahwa negara timbul dari takdir ilahi. Kekuasaan dapat
tampak sebagai penyusunan kekuasaan oleh manusia, baik dalam keluarga, kelompok, suku, bangsa atau gereja.
Namun, pada hakekatnya, kekuasaan terjadi karena kehendak dan kekuasaan Tuhan. Peperangan,
penyerbuan,penaklukan, penyerahan dll terjadi karena kehendak Tuhan. Selain itu, Friedrich juga berpendapat
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
53
bahwa negara adalah The March of God in the World laku Tuhan di dunia.
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
54
2. Pembenaran Negara dari Sudut Kekuatan
Berdasarkan teori ini, siapa yang memiliki kekuatan akan mendapatkan kekuasaan dan memegang pemerintahan.
Kekuatan tersebut meliputi :
a. Kekuatan jasmani physic
b. Kekuatan rohani phychis
c. Kekuatan materi kebendaan
d. Kekuatan politik.
Charles Darwin Menurut teori evolusi Charles Darwin, bahwa kehidupan di alam
semesta merupakan suatu perjuangan untuk mempertahankan hidup, yang kuat akan menindas yang lemah. Oleh karena itu
semua orang berusaha untuk kuat dan unggul. Semua imperium ditegakkan berdasarkan kekuasaan ini,
misalnya Napoleon, Hitler, Mussolini dan Stalin. Leon Duguit
Pihak yang dapat memaksakan kehendaknya adalah pihak yang kuat lesplus forts. Kekuatan tersebut mengandung
beberapa faktor, misalnya keistimewaan fisik, intelegensia, ekonomi dan agama.
Paul Laband, George Jellineck, von Jhering Mereka berpendapat bahwa suatu kenyataan yang wajar harus
diterima bahwa kekuasaan dan kedaulatan sepenuhnya ada di tangan negara dan pemerintahan.
Franz Oppenheimer Dalam bukunya, Der Staat, ia berpendapat bahwa negara
adalah suatu susunan masyarakat yang oleh golongan yang menang dipaksakan kepada golongan yang ditaklukan dengan
maksud untuk mengatur kekuasaan golongan yang satu atas golongan yang lain dan melindungi terhadap ancaman pihak
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
55
lain. Tujuan dari semuanya adalah pemerasan ekonomi dari golongan yang menang terhadap yang kalah.
3. Pembenaran Negara dari Sudut Hukum
Teori ini menyatakan bahwa tindakan pemerintah dibenarkan karena didasarkan kepada hukum.
Teori ini merinci lagi hukum ke dalam 3 jenis, yaitu : a. Hukum Keluarga Teori Patriarchal
Teori patriachal berdasarkan hukum keluarga karena pada zaman dulu masyarakat masih sangat sederhana dan
negara belum terbentuk. Masyarakat hidup dalam kesatuan-kesatuan keluarga besar yang dipimpin oleh
kepala keluarga. b. Hukum Kebendaan Teori Patrimonial
Patrimonial berasal dari istilah patrimonium yang berarti hak milik. Raja mempunyai hak milik terhadap daerahnya, oleh
karena itu semua penduduk di daerahnya harus tunduk pada raja. Raja biasanya mendapat bantuan dari kaum
bangsawan untuk mempertahankan wilayahnya. Jika perang berakhir maka raja memberikan hak atas tanah
kepada bangsawan. Hak atas tanah berpindah dari raja kepada bangsawan sehingga para bangsawan mendapat
hak untuk memerintah overheidsrechten. c. Hukum Perjanjian Teori Perjanjian
Tokohnya antara lain adalah : 1
Thomas Hobbes Menurut Thomas Hobbes, manusia harus selalu
mempunyai kekuatan karena memiliki rasa takut diserang oleh manusia lain yang lebih kuat. Oleh karena
itu rakyat mengadakan perjanjian dan dalam perjanjian tersebut, raja tidak diikutsertakan. Oleh karena itu raja
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
56
mempunyai kekuasaan mutlak setelah hak-hak rakyat diserahkan kepadanya Monarchie Absoluut.
2 Jhon Locke
Rakyat dan raja mengadakan perjanjian. Oleh karena itu raja berkuasa untuk melindungi rakyatnya. Jika raja
bertindak sewenang-wenang maka rakyat dapat meminta pertanggung jawabannya. Perjanjian antara raja dengan
rakyatnya menimbulkan monarki terbatas monarchie constitusionil karena kekuasaan raja dibatasi oleh
konstitusi. Dalam perjanjian masyarakat tersebut terdapat dua
macam pactum, yaitu :
e. Pactum Uniones perjanjian untuk membentuk
suatu kesatuan kolektivitas antara individu-individu.
f. Pactum Subjectiones
perjanjian untuk menyerahkan kekuasaan antara rakyat dengan raja.
Jhon Locke berpendapat bahwa pactum uniones dan pactum subjectiones memiliki pengaruh yang sama
kuatnya sehingga dalam penyerahan kekuasaah, raja harus berjanji akan melindungi hak asasi rakyatnya.
Ajaran Jhon Locke hampir sama dengan ajaran Monarchemachen yaitu suatu aliran yang timbul dalam
abad pertengahan yang memberikan reaksi atas kekuasaan raja yang mutlak. Aliran tersebut mengadakan
perjanjian untuk membatasi kekuasaan raja. Hasil perjanjian tersebut diletakkan dalam
Leges Fundamentalis yang menetapkan hak dan kewajiban bagi
kedua belah pihak. Oleh karena itu ajaran Jhon Locke sering disebut sebagai warisan Monarchemachen.
3 J.J. Rousseau
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
57
Menurut Rousseau, kedaulatan dan kekuasaan rakyat tidak pernah diserahkan kepada raja. Jika raja
memerintah maka raja hanya merupakan mandataris rakyat.
Menurut Rousseau, hal yang pokok dari perjanjian masyarakat adalah menemukan suatu bentuk kesatuan,
membela dan melindungi kekuasaan bersama disamping kekuasaan pribadi dan milik setiap orang sehingg semua
orang dapat bersatu, namun setiap orang tetap bebas dan merdeka. Rouseeau tidak mengenal adanya hak
alamiah, hak dasar atau hak asasi. Dalam perjanjian masyarakat berarti setiap orang
menyerahkan semua haknya kepada masyarakat. Akibat adanya perjanjian masyarakat adalah :
a Terciptanya kemauan umum Volonte Generale Yaitu kesatuan dari kemauan orang-orang yang telah
menyelenggarakan perjanjian masyarakat.Volonte generale merupakan kekuasaan yang tertinggi atau
kedaulatan. b Terbentuknya masyarakat Gemeinschaft
Gemeinschaft merupakan kesatuan dari orang-orang yang menyelenggarakan perjanjian masyarakat.
Masyarakatlah yang memiliki kemauan umum, kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang tidak dapat
dilepaskan yang disebut sebagai kedaulatan rakyat. Perjanjian masyarakat telah menciptakan negara. Berarti,
ada peralihan dari keadaan bebas ke keadaan bernegara.
4. Pembenaran Negara dari Sudut Lain
a. Teori EthisTeori Etika
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
58
Berdasarkan teori ini, suatu negara ada karena adanya suatu keharusan susila.
Berdasarkan teori ini maka ada 3 pendapat dari para ahli ilmu negara, yaitu :
1 Plato dan Aristoteles
Menurut Plato dan Aristoteles, manusia tidak akan berarti bila belum bernegara. Negara merupakan sesuatu hal
yang mutlak, tanpa negara maka tidak ada manusia. Oleh karena itu seluruh tindakan negara dapat
dibenarkan.
2 Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, tanpa adanya negara maka manusia tidak dapat tunduk pada hukum yang
dikeluarkan. Negara adalah ikatan manusia yang tunduk pada hukum, akibatnya tindakan negara dibenarkan.
3 Wolft
Wolf berpendapat bahwa keharusan untuk membentuk negara merupakan keharusan moral yang tertinggi.
b. Teori Absoulut dari Hegel
Menurut Hegel, tujuan manusia adalah kembali pada citacita yang abolut. Penjelmaan cita-cita yang absolut dari
manusia adalah negara. Tindakan negara dibenarkan karena negara adalah sesuatu yang dicita-citakan oleh
manusia.
c. Teori Psychologis
Teori ini menyatakan bahwa alasan pembenaran negara didasarkan pada unsur psychologis manusia, seperti rasa
takut, rasa sayang dll sehingga segala tindakan negara dapat dibenarkan.
TEORI PEMBENARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
59
Jika dikaikan dengan Negara Keatuan Republik Indonesia, maka berdasarkan teori legitimasi yang menjadi pembenaran dasar pembenar
kekuasaan negara d Indonesia , yaitu : a. Legitimasi Sosiologis
Pengakuan masyarakat atas adanya kekuasaan negara terlihat dari kenyataan politik yang menunjukkan adanya
kekuatan kelembagaan negara yang menguasai kehidupan warga negaranya.
Legitimasi sosiologis yang telah mengalami proses artikulatif dalam institusi-institusi politik yang artikulatif dipahami
sebagai legitimasi politik. Proses tarik menarik kepentingan antara pihak yang berkuasa yang terwujud dalam keputusan
politik dianggap telah memiliki legitimasi politik. b. Legitimasi Yuridis
Pembenaran dari sudut yuridis hukum terlihat dari adanya dasar hukum yang jelas atas keberadaan suatu negara.
Dasar hukum dari keberadaan negara Repubik Indonesia adalah proklamasi kemerdekaan. Jika dilihat dari Teori
Kontrak maka proklamasi merupakan Unilateral Contract yang mendapat pengakuan dari dunia internasional. Karena
sudah mendapat pengkuan dari dunia internasional maka negara Republik Indonesia merupakan subjek hukum
internasional yang memiliki hak dan kewajiban tertentu sebagai anggota masyarakat hukum internasional.
Keberadaan konstitusi negara yaitu UUD 1945 menegaskan dasar yuridis eksistensi ketatanegaraan sebagai komunitas
politik yang mandiri, tidak berada di bawah kedaulatan negara lain dan mampu mempertahankan kemerdekaan
secara politis dan sosiologis. Selain itu, keberadaan unsur- unsur negara menjadi dasar legitimasi de jure bagi Republik
Indonesia.
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
60
c. Legitimasi Etis-Filosofis Dasar keabsahan negara secara etis dapat dilihat dari
pendapat Wolf dan Hegel, yaitu bahwa pembentukan negara merupakan keharusan moral yang tertinggi untuk
mewujudkan cita-cita tertinggi dari manusia dalam suatu lingkungan politik yang bernama negara.
Legitimasi etis moral mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dari segi norma moral, bukan
dari kekuatan politik riil yang ada dalam masyarakat, bukan pula atas dasar ketentuan hukum legalitas tertentu.
Legitimasi etis-filosofis merupakan penyempurnaan akhir dari kemauan dan kemampuan pihak penguasa. Walaupun
suatu pemerintahan memiliki banyak legitimasi sebagai dasar kekuasaannya, namun tanpa adanya legitimasi etis
yang berpihak pada kepentingan kepentingan kemanusiaan maka pemerintahan tersebut pasti akan dijatuhkan, baik
melalui pemberontakan sosial, demonstrasi people power, revolusi, reformasi evolusi atau pergantian melalui
mekanisme konstitusional. Tindakan berkuasa dari negara dibenarkan karena negara
merupakan cita-cita manusia yang membentuknya. Dalam konteks negara Republik Indonesia, keberadaan
negara dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan etis secara kolektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pemeritahan negara seharusnya berdiri tergak di atas legitimasi yang kokoh, di atas seluruh
legitimasi. Tidak hanya bersifat teologis, sosiologis mendapat pengkuan masyarakat dan yuridis berlaku sebagai hukum positif
dalam format yuridis ketatanegaraan tertentu namun juga etisfilosofis.
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
61
Suatu legitimasi dapat mengalami krisis bila orang atau lembaga yang memiliki legitimasi tersebut tidak memiliki kecakapan
skill yang cukup untuk mengelola negara secara keseluruhan. Oleh karena itu legitimasi harus pula diikuti oleh capability dan capacity
untuk mengimplementasikan program yang langsung menyentuh rakyat karena pada dasarnya rakyatlah pemegang legitimasi yang
tertinggi. Keamanan dan kesejahteraan rakyat merupakan ukuran utama untuk menilai kemampuan legitimasi pemerintahan suatu
negara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan yang sah
legitimated tidak selalu berbanding lurus dengan kecakapan pemerintahannya. Pemerintah yang sah legitimated government
tidak selalu cakap dalam mengelola negara.
Keberadaan negara dibenarkan sebagai perpanjangan tangan dari kekuasaan Tuhan yang memerintahkan
hambanya agar hidup teratur dalam mengabdi kepada-Nya. Bernegara merupakan manifestasi pengabdian hamba
terhadap Khaliqnya. Pandangan ini umumnya disebut teokratis. Namun sebenarnya lebih tepat teosentris
berorientasi kepada Tuhan sebagai wujud bangsa yang religius.
Bangsa Indonesia mengakui keberadaan negaranya sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa Pembukaan UUD 1945 :
”Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa...” Bangsa Indonesia menyadari bahwa Tuhan telah
memberikan rahmat dan berkahnya bagi bangsa Indonesia, dan hal ini merupakan wujud legitimasi teologis.
Arinita Sandria, SH., M.Hum FH - UNIKOM
62
BAB V TEORI TERJADINYA NEGARA