Ziki Guru Bura Sebagai Metode Pendidikan Akhlak

dan watak kereligiusnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai kehidupannya. 2 Bima dalam penyebarluasan ajaran Islam dengan caranya sendiri mampu merubah dan menata kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan berarti sehingga dapat dinikmati secara arif dan bijaksana. Allah berfirman:                    “Yang demikian siksaan itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar l agi Maha Mengetahui.” Q.S. Al-Anfal8 ayat 53. Ayat di atas dapat dimengerti bahwa terjadinya hubungan yang erat antara amalan manusia dan perasaan manusia itu sendirilah yang mampu memberikan perubahan di dalam kehidupannya. Terjadinya peristiwa-peristiwa alam dalam bingkai sunnah Ilahi tidak terlepas dari peran dan fungsi manusia yang meletakan alam sebagai anugerah kekuasaan Allah yang meliputi seluruhnya. Manusia sebagai penentu atau perubah, apakah alam menjadi satu kenikmatan yang bisa bermanfaat dan dikembangkan atau sebagai satu ranah yang tidak bernilai dan dieksploitasi. Manusia dengan tatanan agama yang ada, menjadi makhluk yang mampu merubah, memaknai, dan memanfaatkan potensi diri dan akal yang diberikan oleh Allah. Karena dasar yang menjadi asas bagi agama dan ajaran Islam, disepanjang sejarah umat manusia, ialah “Tiada Tuhan Selain Allah” dengan pengertian mengesakan Allah swt., dengan sifat-Nya sebagai Tuhan, sebagai Penguasa, sebagai Pendidik, sebagai Pelindung yang mempunyai kuasa mutlak di dalam kekuasaan-Nya. Karena kalimat dasar itu menegaskan bahwa manusia di dalam 2 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Praktis dan Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, cet.III, h. 23-26. hati, di dalam gerak-gerik, dan di dalam bentuk ibadah lainnya, hanya tertuju pada keesaan Allah. Pengakuan “Tiada Tuhan Melainkan Allah” ini tidak akan tampak dalam kenyataan fisik manusia kecuali diyakini melalui hati dan sifatnya yang hakiki. Artinya, seluruh hidup manusia diserahkan dan dirujukkan kepada Allah swt., semata-mata. Manusia tidak melakukan sesuatu urusan dalam hidup selain menyerahkan dan mengembalikannya kepada hukum Allah. Dan hukum Allah tersebut adalah satu sumber pedoman yang lebih baik dari hukum yang direka- reka oleh manusia. Ini adalah rangkaian dari pengakuan bahwa “Muhammad adalah Utusan Allah ”. Ini juga menjadi dasar yang dijelmakan oleh Islam di dalam diri setiap insan mukmin. Hal-hal yang mendasar seperti hal di atas yang menjadi dasar bagi tujuan ziki guru bura sehingga menimbulkan rasa maja labo dahu malu dan takut sebagai salah satu implementasinya tetap tertanam di dalam hati sanubari setiap masyarakat Bima. Sebab, untuk mengetahui perasaan malu dan takut yang dimunculkan oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah tersebut hanya bisa didapatkan atau dilihat dari pola perilaku, sikap keseharian, dan memantau sifat pergaulan sosial masyarakat itu sendiri. Maka, garis yang menyatukan satu persamaan tersebutlah yang menjadi acuan dalam ziki guru bura untuk tetap hidup di dalam masyarakat sebagai alat penghubung bagi nilai dan ajara agama Islam dengan budaya. Keduanya, antara ajaran langit dan kebiasaan bumi menjadi satu konsep yang lengkap dan sempurna bagi kehidupan manusia Bima, yang apabila dilaksanakan dengan seksama di segala elemen kehidupan masyarakat, maka masyarakat akan selalu mampu merubah kehidupan berdasarkan restu dan ridha Allah sesuai dengan firman-Nya dalam ayat al-Quran di atas. Karena tanpa pedoman yang bertautan satu sama lain, setiap diri pribadi manusia akan selalu menghadapi segala cabang kehidupan baik individu maupun sosial. Oleh karenannya, setiap sistem sosial masyarakat mempunyai gagasan tentang pranata masyarakat yang mengawasi sisi-sisi kehidupan sosialnya.