Korelasi Ziki Guru Bura dengan al-Quran dan Hadits

dengan pengaplikasiannya dalam kehidupan. Sehingga orang tersebut penuh dengan kebijaksanaan, dalam kehidupannya dipenuhi dengan akhlak terpuji dan meninggalkan segala macam bentuk perbuatan tercela sehingga peserta didiknya dapat menjadikannya sebagai teladan yang patut untuk diteladani. Hal yang seperti itu telah menjadi keharusan yang dimiliki oleh seseorang yang akan menyampaikan isi ziki guru bura. Karena apabila seseorang yang dalam menyampaikan isi dari ziki guru bura tidak mengaplikasikannya terlebih dahulu dalamkehidupannya sehari-hari, peserta didiknya pun enggan untuk menerima pesan yang disampaikannya apalagi jadikannya sebagai contoh teladan. Seperti halnya yang diterangkan dalam al-Quran. 2 Analogi, pesan dan ajran yang terdapat dalam al-Quran dan Hadits diolah sedemikian rupa dalam ziki guru bura, membandingkannya dengan kehidupan nyata yang di alami oleh masyarakat sehingga peserta didik yang dalam hal ini adalah masyarakat Bima mudah untuk memahami pesan yang disampaikan serta dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 3 Syair, dalam proses pendidikan seorang peserta didik, seorang pendidik terlebih dahulu mengetahui kesiapan peserta didik dan mengetahui apayang diinginkan dan disenangi oleh peserta didik. Syair adalah salah satu yang disukai oleh masyarakat Bima, oleh sebab itu juga ziki guru bura berbentuk syair Islami yang menggambarkan pesan dan ajaran yang terdapat dalam al-Quran dan Hadits. Sehingga ketika dalam proses pendidikan peserta didik telah siap untuk menerima dan melaksanakan proses pendidikan dengan baik serta mereka senang untuk menjalaninya. Dan ajaran yang mereka dapatkan dalam proses pendidikan tersebut dapat diserap dan dipahami oleh peserta didik, karena mereka senang dengan prosesnya serta akan menumbuhkan rasa penasarannya untuk mengikuti proses pendidikan dan memperoleh pengajaran selanjutnya.

B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian

1. Fungsi dan Peran Falsafah Ziki Guru Bura pada Masyarakat Mbojo

Bima, NTB a. Ziki Guru Bura Sebagai Pembina Akhlak Dou Mbojo Masyarakat Bima Ziki guru bura menganggap manusia adalah sebagai salah satu kekuatan alam, dengan kerja dan iradahnya, iman dan kesalehannya, ibadah dan aktivitasnya. Manusia juga merupakan kekuatan yang memiliki dampak yang positif, yang berkaitan dengan sunnahtullah yang komprehensif bagi alam semesta. Semuanya bekerja secara teratur dan harmonis, serta menghasilkan buah yang sempurna ketika bertemu dan terpadu. Akan tetapi, manusia juga bisa menimbulkan dampak yang merusak dan mengoncangkan, merusak kehidupan, menyebarkan kesengsaraan dan nestapa di antara manusia apabila berpisah dan berbenturan. Sejalan dengan hal di atas, ziki guru bura sebagai pembina akhlak masyarakat Bima menitik beratkan pada fitrah manusia itu sendiri dan mengembangkan fungsi manusia, yaitu : 1 Menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial yang harus mengadakan interrelasi dan komunikasi dengan sesama dalam kehidupan bermasyarakat. Mengajarkan tentang persaudaraan, persamaan, gotong royong dan musyawarah sebagai upaya pembentuk masyarakat menjadi satu kesatuan hidupyang utuh. Sepertihalnya dalam firman Allah :         “Sesungguhnya agama Tauhid Ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku. ” Q.S. Al-Anbiya21 ayat 92. 2 Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu, yaitu makhluk yang tinggal di tengah makhluk lain yang memerankan fungsi dan tanggungjawabnya sebagai makhluk yang utama di antara makhluk lainnya dan sebagai khalifah dimuka bumi yang menjaga kelestarian dan keseimbangan kehidupan di Bumi. 3 Dan lebih penting lagi, mengajarkan manusia sebagai hamba Allah. Karena manusia adalah makhluk Homo divinans makhluk yang berketuhanan, sikap dan watak kereligiusnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai kehidupannya. 2 Bima dalam penyebarluasan ajaran Islam dengan caranya sendiri mampu merubah dan menata kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan berarti sehingga dapat dinikmati secara arif dan bijaksana. Allah berfirman:                    “Yang demikian siksaan itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar l agi Maha Mengetahui.” Q.S. Al-Anfal8 ayat 53. Ayat di atas dapat dimengerti bahwa terjadinya hubungan yang erat antara amalan manusia dan perasaan manusia itu sendirilah yang mampu memberikan perubahan di dalam kehidupannya. Terjadinya peristiwa-peristiwa alam dalam bingkai sunnah Ilahi tidak terlepas dari peran dan fungsi manusia yang meletakan alam sebagai anugerah kekuasaan Allah yang meliputi seluruhnya. Manusia sebagai penentu atau perubah, apakah alam menjadi satu kenikmatan yang bisa bermanfaat dan dikembangkan atau sebagai satu ranah yang tidak bernilai dan dieksploitasi. Manusia dengan tatanan agama yang ada, menjadi makhluk yang mampu merubah, memaknai, dan memanfaatkan potensi diri dan akal yang diberikan oleh Allah. Karena dasar yang menjadi asas bagi agama dan ajaran Islam, disepanjang sejarah umat manusia, ialah “Tiada Tuhan Selain Allah” dengan pengertian mengesakan Allah swt., dengan sifat-Nya sebagai Tuhan, sebagai Penguasa, sebagai Pendidik, sebagai Pelindung yang mempunyai kuasa mutlak di dalam kekuasaan-Nya. Karena kalimat dasar itu menegaskan bahwa manusia di dalam 2 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Praktis dan Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, cet.III, h. 23-26.