Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
memuliakan akal dengan menjadikannya sebagai sarana tanggung jawab. Akal adalah jalinan pikir dan rasa yang menjadikan manusia berlaku, berbuat,
membentuk suatu kelompok dan membina kebudayaan. Naluri merupakan asas tingkah laku perbuatan manusia. Naluri dapat
diartikan sebagai kemauan tak sadar yang dapat melahirkan perbuatan mencapai tujuan tanpa berpikit ke arah tujuan dan tanpa dipengaruhi oleh latihan berbuat.
Tingkah laku perbuatan manusia sehari-hari dapat ditunjukkan oleh naluri sebagai pendorong. Misalnya, tindakan makan adalah naluri lapar dan tindakan
berpakaian adalah naluri malu, dan demikian pula tindakan-tindakan yang lain adalah didorong dengan naluri.
Banyak juga insting yang mendorong prilaku perbuatan yang menjurus kepada akhlak mulia maupun akhlak tercela, tergantung pada orangyang
mengendalikannya. Karena naluri itu berakar pada hati naluri manusia pada dua asas pokok, yaitu naluri asas keselamatan, dan naluri asas kesenangan.
30
3 Lingkungan
Dalam pengertian psikologi, lingkungan adalah segalasesuatu yang ada didalam atau diluar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau
perkembangannya, yang wujudnya dapat berupa benda-benda, obyek-obyek alam, manusia dan karyanya.
31
Lingkungan juga dapat disebut dengan suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan oleh adanya tanah
dan udaranya, dan lingkungan manusia adalah apa yang melingkunginya dari negri, lautan, sungai, bangsa dan masyarakat.
Lingkungan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaiut: a
Lingkungan alam. Alam adalah segala ciptaan Tuhan baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Lingkungan alam dapat menghalangi maupun
mendukung bakat dan prestasi seseorang. Alam dapat membentuk kpribadian manusia sesuai dengan lingkungan alamnya. Setiap lingkungan alam punya
30
M. Yatim Abdullah, M.A., Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran..., h. 76-81.
31
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Radar Jaya Offset, 2006, cet. IV, h. 34.
potensi masing-masing, misalnya masyarakat yang tinggaldi lingkungan laut cenderung memenuhi kehidupannya dari laut. Begitupun masyarakat yang
berada dilingkungan pegunungan akan memaksimalkan potensi yang ada di lingkungannya, ataupun masyarakat yang berada di lingkungan perkotaan.
Masing-masing lingkungan tempat hidup akan berbeda-beda dalam hal kebiasaan dan tingkah laku.
b Lingkungan pergaulan. Lingkungan ini mengandung susunan pergaulan
meliputi manusia di rumah, sekolah, kantor dan tempat kerja. Lingkungan pergaulan dapat mengubah keyakinan, akal, pikiran, adat istiadat,
pengetahuan dan akhlak. Lingkungan pergaulan dapat membuahkan kemajuan dan kemunduran bagi manusia. Lingkungan pergaulan yang banyak
membentuk kemajuan pikiran dan teknologi, namun juga dapat menjadikan prilaku baik dan buruk seseorang.
Lingkungan pergaulan sendiri dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yang tentunya semua lingkungn itu dapat berpengaruh terhadat budipekerti dan
akhlak seseorang. Lingkungan tersebt adalah: 1
Lingkungan dalam rumah tangga. 2
Lingkungan sekolah. 3
Lingkungan pekerjaan. 4
Lingkungan organisasi. 5
Lingkungan jamaah. 6
Lingkungan ekonomi atau perdagangan. 7
Lingkungan pergaulan bebasumum. Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan Islam dan akhlak yang
tidak sedikit pengaruhnya terhadap peserta didik. Lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap peserta didik dapat dibedakan menjadi tigakelompok :
1 Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
2 Lingkungan yang berpegang teguh terhadap agama.
3 Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan standar dan hidudalam
lingkungan agama.
Oleh sebab itu, lingkungan merupakan aspek yang penting dalam budipekerti dan akhlak. Lihatlah dengan siapa berhubungan, dimana beradaptasi, dan
akalahrus dapat membedakan dan menempatkannya sesuai dengan fitrah manusia.
32
4 Adat dan Kebiasaan
Menurut kamus ilmiah, adat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial yangterdapat dalam masyarakat luas yang telah berjalan sejak dulu dan tidak
termasuk hukum syara’.
33
Adat menurut Nasraen yang dikutip oleh M. Yatim Abdullah adalah suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan
objektif, kokoh dan benar serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.
34
Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan lancar yang diawali oleh pertimbangan akal dan perencanaan yang matang
sehingga seolah-olah berjalan dengan sendirinya. Pada umumnya pembentukan kebiasaan itu dibantuoleh refleks-refleks, maka refleks itu menjadi khas dasar dari
pembentukan kebiasaan. Akhirnya, kebiasaan itu berlangsung dengan sendirinya secara otomatis dan mekanis, terlepas dari pemikiran dan kesadaran, namun
sewaktu-waktu pikiran dan kesadaran bisa difungsikan laki untuk memberikan pengarahan baru untuk pembentukan kebiasaan baru yang lainnya.
35
Adat yang telah menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang yang hidup didalamnya. Semua
kebiasaan baik dan buruk akan menjadi adat kebiasaan karena adanya suatu kecendrungan hati terhadapnya danmenerima kecendrungan tersebut dengan
disertai perbuatan berulang-ulang. Kebiasaan tersebut ditentukan oleh lingkungan sosial, kebudayaan dan dikembangkan manusia sejak lahir. Adat merupakan
32
M. Yatim Abdullah, M.A., Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran..., h. 89-91.
33
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap, Surabaya: Gitamedia Press, 2006, cet.I, h. 11.
34
M. Yatim Abdullah, M.A., Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran..., h. 85.
35
M. Yatim Abdullah, M.A., Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran..., h. 86-88.
hukum-hukum yang ditetapkan untuk mengatur hubungan perorangan, hubungan masyarakat dan untuk mewujudkan kemaslahatan dunia.
5 Kehendak dan Takdir
a Kehendak
Kehendak menurut bahasa etimologi adalah kemauan, keinginan, dan harapan yang keras. Kehendak yaitu fungsi jiwa untuk mencapai sesuatu yang
merupakan kekeuatan dari dalam hati, yang bertautan dengan pikiran dan perasaan. Kehendak merupakan salah satu fungsi kejiwaan dari kekuatan aktivitas
jiwa dalam kelompok trikotomi yang dinamakan konasi. Sesuatu kekuatan yang dapat melakukan gerakan, kekuatan yang timbul dari dalam diri manusia.
Melakukan sesuatu perbuatan yang diinginkan maupun yang dihindari itu dinamakan dengan kehendak. Kehendak adalah sesuatu kekuatan yang
mendorong melakukan perbuatan untuk mencapai suatu tujuan, baik tujuan tersebut yang bersifat positif maupun negatif.
Kehendak merupakan sesuatu kekuatan dari beberapa kekuatan, seperti listrik dan magnet. Penggerak itu timbul kemudian menghasilkan kehendak dan segala
sifat manusia. Kehendak mempunyai dua macam perbuatan, yaitu: 1
Perbuatan yang menjadi pendorong, yaitu kadang-kadang mendorong kekuatan manusia agar melakukan sesuatu perbuatan seperti membaca,
mengarang, melukis atau pidato. 2
Perbuatan menjadi penolak, yaitu terkadang mencegah perbuatan-perbuatan di atas seperti dengan melarang berkata atau berbuat.
Kekuatan kehendak adalah rahasia kemenangan dalam hidup dan tanda bukti bagi orang-orang yang besar. Apabila kehendak itu sakit dan cenderung kehendak
tersebut ditunjukan kepada keburukan, maka kehendak tersebut dapat diobati dengan beberapa macam, di antaranya:
1 Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan.
2 Kehendak dihidupkan dengan agama, dengan menjalankan syari’at sehingga
dapat terbimbing kepada hal yang baik.
3 Memperkenalkan jiwa pada jalan yang baik dan menghindari jalan yang
buruk menurut ajaran agama. Allah SWT yang Maha Kuasa di seluruh alam semesta ini. Dia mengatur
segala sesuatu dengan kebijaksanaan dan kehendak-Nya, maka dari itu semua yang terjadi di alam semesta ini berjalan sesuai dengan kehendak yang telah
direncanakan. Sejak semula Allah telah membuat peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam alam dan berjalan sesuai kehendaknya masing-masing.
Allah yang menciptakan dan bebas memilih siapa pun dari makhluk-Nya sesuai dengan apa yang telah dikehendaki, karena Dia adalah pengatur secara
mutlak. Tidak satu pun diantara makhluk-Nya mampu memiliki hak untuk memilih sesuai dengan kehendak-Nya. Allah berfirman:
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki
kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” Q.S. Yunus10 ayat 107. Dari ayat di atas, Allah berkehendak mengatur seluruh lingkungan kerajaan-
Nya, ini adalah hak mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. Apabila seorang itu ditimpa bencana, tidak ada yang dapat menyelamatkannya selain Allah. Dan
sebaliknya, apabila Allah menghendaki seseorang memperoleh kebaikan, tidak satu pun juga yang dapat menghalangi-Nya.
Kehendak bukanlah
sesuatu kekuatan,tetapi
merupakan tempat
penerapanseluruh kekuatan. Tuhan telah menciptakan dengan kehendak. Oleh karena itu, yang disebut dengan kehendak dalam diri pada hakikatnya adalah
sesuatu kekuatan Tuhan, jika ada rahasia yang dapat dipelajari di balik misteri dunia, rahasia itu adalah kehendak-Nya.
b Takdir
Takdir adalah ketetapan Tuhan, sesuatu yang telah ditetapkan tuhan sebelumnya atau nasib manusia. Secara bahasa, takdir adalah ketentuan jiwa, yaitu
sesuatu peraturan tertentu yang telah dibuat Allah swt., baik dari aspek struktural maupun dari aspek fungsional unutk segala yang ada di alam semesta ini.
Imam Nawawi,memberikan definisi takdir sebagai sesuatu yang maujud ini adalah kehendak Allah, telah digariskan sejak zaman qidam dahulu. Allah Maha
Mengetahui apasaja yang akan terjadi atas segala sesuatu dalam waktu yang telah ditentukan sesuai dengan garis yang telah ditentukan-Nya.
Berbagai macam peristiwa yang terjadi di alam ini, ada yang sehat, sakit, miskin, kaya,susah, senang, dan lain sebagainya merupakan takdir Tuhan. Tidak
ada yang bisa melampaui kekuasan-Nya, segala kejadian yang telah terjadi maupun yang akan terjadi telah digariskan menurut garis yang telah ditentukan-
Nya. Garis takdir itu gaib bagi manusia, tak seorang pun yang mengetahui takdir
yang telah ditentukan Tuhan bagi dirinya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya besok. Walaupun takdir telah ditentukan, namun tuhan juga
memberi kuasa kepada makhluk ciptaan-Nya agar berusaha dan berikhtiar. Allah berfirman:
“. . . Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”Q.S. Ar-Ra’d13 ayat 11.
Ada enam tingkatan Tuhan menciptakan kadar dan takdir-Nya, yaitu sebagai berikut:
1 Kadar yang diciptakan Allah pada Azal. Sebelum terjadi segala sesuatu,
belum ada langit dan bumi, belum ada surga dan neraka. Dikala itu Allah telah menjadikan qadar untuk membuat alam dengan sebaik-baiknya.
2 Pentakdiran sebelum terjadinya langit dan bumi, sedangkan ’arsy sudah
diciptakan. 3
Pentakdiran yang dilakukan Tuhan tentang celaka dan bahagia yang ditentukan Tuhan sebelum manusia dijadikan.
4 Qadar yang ditemukan Tuhan terhadap manusia tentang amal,kecelakaan dan
kebahagiaan ketika di dalam rahim ibu. 5
Pentakdiran yang dilakukan Tuhan disetiap malam qadar, pentakdiran ini dinamakan pentakdiran Hauly takdir Tuhan.
6 Takdir yang ditemukan Tuhan untuk setiap hari atau takdir Yaumy.
Keenam takdir ini sudah diatur oleh Allah sedemekian elok, dan adil, sehingga manusia dan seluruh makhluk tinggal menjalaninya sesuai dengan
hukum alam yang telah berlaku. Makna takdir adalah sesuatu peraturan tertentu yang telah dibuat oleh Allah
untuk segala yang ada di alam semesta yang maujud. Peraturan-peraturan tersebut merupakan undang-undang umum atau kepastian-kepastian yang diikatkan di
dalamnya antara sebab dengan masalahnya, dan antara sebab dan akibatnya. Hal itu diciptakan supaya kekuatan dan kecakapan manusia itu dapat dicapai untuk
menyadari adanya ketentuan dan peraturan-peraturan Tuhan yang dilaksanakan untuk membina dan membangun akhlak baik dengan bersendikan ajaran-Nya.
36
36
M. Yatim Abdullah, M.A., Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran..., h. 92-97.