Pengertian Pendidikan Akhlak Pendidikan Akhlak

memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu. 9 Sedangkan menurut Al-Farabi, seperti yang dikutip oleh Moh. Ardani menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh semua orang. 10 Dari beberapa pengertian diatas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah ajaran tentang baik dan buruk terhadap sesuatu perbuatan atau perkataan seseorang yang timbul dalam jiwanya tanpa paksaan dan tekanan dari luar. Walaupun sumber penggerak akhlak atau karakter seseorang datang dari dalam jiwa. Namun proses pembentukannya sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, seperti; pendidikan yang ditempuh, buku yang dibaca dan teman serta keluarga yang menjadi tempat membagi rasa. Akhlak baik adalah perilaku seseorang yang dapat menghasilkan perbuatan- perbuatan baik dan terpuji, baik menurut akal maupun tuntunan agama. Sedangkan akhlak yang tercela adalah perilaku seseorang yang menghasilkan sesuatu perbuatan yang jelek dan tidak terpuji. Jadi, pada hakikatnya akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian sehingga darinya akan timbul berbagai macam perbuatan yang spontanitas, mudah tanpa dibuat-buat dan tidak membutuhkan pemikiran terlebih dahulu. Dengan merujuk pada pengertian pendidikan dan akhlak, penulis menyimpulkan bahwa pengertian pendidikan akhlak adalah usaha berupa bimbingan atau bantuan yang diberikan oleh pendidik terhadap anak didiknya yang berkaitan dengan masalah budi pekerti sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang menjadi pribadi utama insan kamil sesuai dengan ajaran agama Islam. 9 Ahmad Musthafa, Akhlaq Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2008, cet. V, h. 11-12 10 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Nilai-nilai, . . .h. 29

b. Macam-macam Akhlak

Dalam Islam, yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau buruk adalah al-Quran dan al-Sunnah. Apa yang baik menurut al-Quran dan Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut al-Quran dan Sunnah berarti tidak baik dan harus dijauhi. Pribadi Nabi Muhammad saw. adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk pribadi masing- masing. Begitu juga pribadi sahabat-sahabat beliau, dapat kita jadikan contoh teladan, karena mereka semua mempedomani al-Quran dan Sunnah Nabi saw. Akhlak terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 1 Akhlak Mulia al-Karimah Akhlak al-karimah, ialah segala tingkah laku yang terpuji yang baik yang biasa dinamakan ”fadlilah”. Akhlak yang baik umpamanya: benar, amanah, menepati janji, sabar tabah, pemaaf, pemurah, dan lain-lain sifat dan sikap yang baik. Akhlak al-karimah atau dalam bahasa indonesianya itu akhlak mulia sangat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. Akhlak mulia itu dapat dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya: a Akhlak Kepada Allah Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. Diantaranya cara kita berakhlak kepada Allah yaitu dengan cara melakukan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, tawakal, dan bertawadu. Karena hanya dengan seperti itulah manusia bisa berterima ksaih kepada Allah yang telah memberikan kehidupan dan semua yang dibutuhkan oleh manusia. b Akhlak Kepada Diri Sendiri Diantara akhlak kita kepada diri sendiri adalah dengan cara menjaga lahir batin, harus berani membela yang baik, rajin bekerja dan mengamalkan ilmunya, bergaul dengan orang baik, berusaha mencari nafkah yang halal, jujur dan benar dalam perilaku. c Akhlak Kepada Sesama Manusia Akhlak kepada sesama manusia adalah salah satu kunci terpenting bagaimana kita dapat mengarungi kehidupan di dunia. Akhlak kepada sesama manusia diantaranya adalah Berbuat baik terhadap ibu dan bapak, berbuat baik terhadap teman, dan berbuat baik terhadap sahabat. 11 d Akhlak Kepada Sesama Makhluk Di dalam kehidupan kita di dunia ini, kita juga perlu memperhatikan bagaimana kita juga berakhlak kepada sesama makhluk yaitu dengan cara sayang kepada hewan, tumbuh-tumbuhan dengan cara memperlakukannya dengan semestinya. Tidak merusak, yang akan mengakibatkan alam tidak ramah lagi dengan manusia. Seperti halnya terjadi berbagai bencana alam. 12 e Sabar Ada pribahasa yang mengatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana jadam, namun akibatnya lebih manis dari paada madu. Ungkapan tersebut memberikan gambaran betapa hikmah dari kesabaran sebagai fadilah. Kesabaran dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut : 1 Sabar menanggung beratnya melaksanakan kewajiban. 2 Sabar dalam menanggung musibah dan cobaan. 3 Sabar dalam menahan penganiayaan darorang lain. 4 Sabar dalam menanggung kemiskinan dan kepapaan. 13 11 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Nilai-nilai, . . .h. 49-57 12 Ana Suryana, Materi Pendidikan Agama Islam. Tasikmalaya: STAI, 2007, h. 73-74 13 M. Yatim Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran, Jakarta: Amzah, 2007, cet. I, h. 41-42. 2 Akhlak Tercela al-Madzmumah Akhlak yang buruk adalah racun yang membawa pemiliknya ke jalan syaitan dan penyakit yang menghancurkan kebahagian umat manusia. Untuk itu ada sendi-sendi yang patutu diketahui yang menjadi sumber timbulnya perbuatan- perbuatan yang tidak baik. Sendi-sendi akhlak tercela tersebut adalah : a Khubtsan wa jarbazan keji dan pintar busuk dan balhan bodoh, yaiut keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak bisa menentukan hal yang benar diantara yang salah karena bodohnya di dalam urusan ikhtiariah. b Tahawwur berani tapi sembrono, jubun penakut dan khauran lemah, tidak bertenaga, yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa dikekang atau tidak pernah dilahirkan, sekalipun sesuai dengan yang dikehendaki akal. c Syarhan rakus dan jumud beku, yaitu keadaan syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan syari’at agama, berarti ia bisa berkelebihan atau sama sekali tidak berfungsi. d Zalim, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh hikmah, yaitu kebalikan dari adil. 14 Keadaan-keadaan akhlak ini adalah pangkal yang menentukan corak hidup manusia. Dengan itu manusia dapat mengetahui yang baik dan yang buruk, dapat membedakan mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak, mana yang hak dan yang bathil. Yang kesemuanya itu adalah hal yang khusus untuk manusia. 14 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Nilai-nilai, . . .h. 64

c. Dasar Pendidikan Akhlak

Ajaran agama Islam menjadikan Al-Quran dan Al-Sunah sebagai dua sumber pokok dasar pendidikan akhlak sementara di luar dari keduanya adalah sebagai tambahan sekunder, yang benar dan sesui dengan ajaran Islam maka diterima dan kalau salah maka ditolak, karena kebahagiaan umat Islam apabila mereka berpegang teguh pada dua sumber tersebut. Al-Quran adalah firman Allah yang diturukan pada nabi Muhammad saw., melalui malaikat Jibril as., yang berisi tentang aturan pokok ajaran Islam yang merupakan sumber utama nilai-nilai akhlak sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Al- Quran diturunkan untuk membimbing umat manusia ke jalan yang lurus sebagaimana firmanNya yang menceritakan nasehat Lukman pada anaknya di bawah ini:                   “Wahai anakku dirikanlah sholat dan perintahkanlah manusia untuk berbuat baik dan cegahlah mereka berbuat munkar kerusakan dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal- hal yang diwajibkan”.Q.S. Lukman31 ayat 17 Firman Allah pada ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa al-Quran adalah kitab petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, maka sangat wajar kalau al-Quran menjadi sumber atau dasar utama pendidikan akhlak. Adapun sumber pendidikan akhlak yang kedua adalah al-Hadits yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad saw., setelah beliau diangkat menjadi rasul yang terdiri dair perkataan, perbuatan maupun persetujuannya Takrir. 15 Karena Hadits juga berfungsi sebagai penjelas terhadap pesan-pesan al- 15 Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya, 2001, h. 37.