Dasar Pendidikan Akhlak Pendidikan Akhlak

e. Metode Pendidikan Akhlak

Dalam kamus ilmiah, metode adalah cara yang teratur dan stigmatis untuk melakukan sesuatu atau dapat disebut juga dengan cara kerja. 18 Menurut Abuddin Nata, metode diartikan sebagai berbagai cara atau langkah yang digunakan dalam menyampaikan suatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana bedasarkan pada teori, konsep, dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait. 19 Dalam pendidikan metode adalah cara seorang pendidik dalam melakukan proses pembelajaran dan menyampaikan pelajaran kepadapeserta didiknya. Dan diantara banyak meode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut penulis, metode yang baik dan tepat untuk digunakan dalam metode pendidikan akhlak, adalah : 1 Metode Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh, yaitu seseorang dijadikan sebagai teladan atau contoh bagi para peserta didik, bisa pendidik orang tua, guru, kiyai, ustadz, dan serupa dengannya atau teman dalam kelompok peserta didik itu sendiri. Metode keteladanan memiliki peran yang sangat signifikan dalam upaya keberhasilan atau pembentukan akhlak mulia. Karena secara psikologis, peserta didik banyak meniru dan mencontoh prilaku sosok figurnya. 20 Dalam konteks ini, seorang yang paling cocok dijadikan sebagai figur teladan paling baik adalah Rasulullah SAW., sendiri. Karena Rasulullah adalah sebaik-baiknya budi pekerti yang ada seperti yang telah penulis terangkan di atas. Selain itu, seorang pendidik juga dituntut untuk menampilakan budipekerti mulia atau akhlak al-karimah sehingga dapat dijadikan contoh teladan dan diikuti oleh para peserta didiknya. 2 Metode kisah atau cerita yaitu suatu cara dalam menyampaiakan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya suatu hal, baik yang sebenarnya atau hanya rekaan saja. Para pendidik 18 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer..., h. 308. 19 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, cet. I, h.176. 20 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, cet. I, h. 117-124. sekarang juga dituntut untuk pandai berkisah tentang kehidupan-kehidupan yang pernah terjadi dimasa lalu, menyelarasaskan tema dan materi dengan cerita atau tema cerita dengan materi serta menjelaskan kisah yang telah diceritakan tersebut mana yang baik untuk ditiru dan mana yang buruk untuk dijauhi oleh pesarta didik. Sehingga hal tersebut dapat berdampak pada kehidupan sekarang dan yang akan datang. 21 Rasulullah ketika memberikan pelajaran kepada para sahabatnya, beliau sering kali bercerita tentang kehidupan dan insiden-insiden yang pernah terjadi di masa lalu. 3 Metode cerita atau kisah, dianggap akan lebih membekas dalam jiwa oarang- orang atau peserta didik yang mendengarkannya serta lebih menarik perhatian konsentrasi mereka. 22 Seperti yang telah diterangkan Allah dalam firmannya:                   “Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah- kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang- orang yang beriman.” Q.S. Hud11 ayat 120. 4 Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran yang telah ditentukan. 23 Peserta didik sejak lahir bahkan ketika masih dalam kandungan ibunya sudah dibekali dengan fitrah tauhid yang murni. Fitrah yang ada pada diri anak atau peserta didik akan berkurang bahkan hilang kalau tidak ada lingkungan yang mengasah dan mengarahkanya, maka disinilah pentingnya pembiasaan dalam pendidikan akhlak agar anak atau peserta didik terbiasa tumbuh dengan nilai-nilai keimanan yang murni, berakhlak dengan akhlak Islam, sehingga ia menjadi pribadi yang utama insan kamil. Pengarahan dan 21 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi..., h. 160-164. 22 Abdul Fattah Abu Ghuddah, 40 Metode Pendidikan dan..., h. 211. 23 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi..., h. 110 pembiasa mutlak dilakukan oleh orang tua sebagai pendidik pertama bagi putraputrinya sebelum mereka mengenal lingkungan luar, kalu tidak dilakukan pembisaan sejak dini maka institusi keluarga sebagai sekolah pertama akan hancur nilainya. Oleh sebab itu, pembinaan yang baik terhadap peserta didik hendaklah dilakukan sejak dini dan seca kontiniu. 5 Metode nasihat dan peringatan yaitu para pendidik harus dapat memberikan nasihat dan peringatan terhadap peserta didiknya. Karena Agama Islam sendiri adalah agama nasehat addiinun nashihah, melalui kitab suci al- Quran Allah swt., menjalin interaksi dengan pembacanya melalui nasehat- nasehat yang relevan dan konstruktif terhadap keadaan masyarakat. Maka pendidikan akhlak yang bertumpu pada nasehat atau petuah yang menggunakan media bahasa tutur maupun bahasa tulis sangat besar pengaruhnya dalam membuka cakrawala kesadaran anak atau peserta didik. Seperti kematangan emosional, kepekaan sosial dan keutamaan akhlak karimah dapat dengan mudah disampaikan dengan nasehat. 24 Hal ini juga telah diterangkan dalam al-Quran :      “Dan berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu memberikan manfaat kepada orang- orang beriman.” Q.S. Adz-dzaariyat51 ayat 55. 6 Metode drill Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadimilik peserta didik dan dikuasai sepenuhnya. Yang berfungsi untuk memberikan umpan balik dan menentukan angka kemajuan peserta didik, serta untuk menentukan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat dan mengenal situasi latar belakang dari peserta didik. 25 Dalam hal ini, seorang pendidik memberikan latihan berupa pengimplementasian atau yang bersifat psikomotorik terhadap pesan-pesan akhlak mulia yang telah dipelajari 24 Abdul Fattah Abu Ghuddah, 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah SAW., Terj. dari Ar-Rasul Al- Mu’alim SAW. wa Aslibuha fil Ta’lim, oleh Mochtar Zoerni, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2009, cet. X, h. 205-208. 25 Zakiah Daradjat,dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, cet. IV, h. 302-304.