Hakikat Autis Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Siswa Autis di SD Purba Adhika Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif

Macam-macam faktor penyebab anak autis: a. Faktor Genetis Faktor genetis atau faktor keturunan adalah penyebab terbesar terjadinya sindrome autisme, penelitian pada tahun 2006 menunjukkan bahwa anak kembar memiliki 90 kemungkinan mereka terkena Autis. Beberapa hal penyebab genetis adalah usia ibu yang terlalu tua saat mengandung atau usia ayah yang terlalu tua berpengaruh pada kualitas sperma, beberapa penelitian menunjukan bahwa kwalitas sperma lelaki berusia tua cenderung akan lebih mudah bermutasi dan memicu timbulnya autisme pada anak. b. Faktor Kandungan Penyebab Autisme Juga ditemukan pada saat janin dalam kandungan ibu, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu usia ibu terlalu tua saat mengandung, sang ibu memiliki penyakit Diabetes, mengalami pendarahan, sang ibu sering mengkonsumsi obat-obat tertentu saat mengandung anak tersebut. Faktor-faktor yang memicu autis saat dalam kandungan adalah: 1 Infeksi virus saat hamil. Sindroma rubella congenital adalah virus yang bisa menyerang saat ibu hamil ditrimester pertama diduga adalah penyebab utama pemicus Autis. Sebenarnya resiko kehamilan bukan hanya berlaku untuk autis tapi juga untuk penyakit lain yang bersangkutan dengan psikologi misalnya skizofrenia 2 Pengaruh lingkungan saat ibu mengandung. 3 Sehat atau tidaknya lingkungan saat ibu mengandung sangat berpengaruh dengan perkembangan psikologi anak dalam kandungan. Penelitian terbaru menunjukan bahwa keadaan ibu hamil yang tinggal di dekat jalan ramai aktivitas kendaaraan sehingga menimbulkan banyak polusi udara lebih rentan melahirkan anak autis, penelitian terbaru pada tahun 2012 menunjukan bahwa polusi udara kendaraan memberi dampak negatif pada perkembangan otak dan fisik janin bayi pada usia 0-2 tahun c. Faktor kelahiran Sebuah penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2008 menunjukan bahwa bayi yang lahir dengan berat badan sangat rendah dan lama dalam kandungan lebih dari 9 bulan memiliki resiko lebih tinggi terhadap Autisme. keadaan saat persalinanpun sangat mempengaruhi terhadap autis, bayi yang mengalami hipoksa gagal nafas saat dilahirkan itu dapat memicu autisme. secara tidak langsung bayi yang lahir prematur juga bisa menimbulkan autisme. Beberapa bayi lahir prematur biasanya mengalami pendarahan otak ada yang sebagian hidup dan ada yang mati dan yang hidup biasanya akan mengalami kelainan otak yang menyebabkan autism d. Faktor Lingkungan Autisme tidak hanya dikarenakan bawaan lahir, bayi yang sehat selama dalam kandunganpun memiliki resiko Autisme jika ia tumbuh dan berkembang di lingkungan yang tidak tepat. Faktor eksternal penyebab ini antara lain adalah alergi parah, konsumsi obat-obatan, vaksin, jenis makanan tertentu dan logam berat. 38 Pada tahun 1997 Jaak Pankseep menemukan keterkaitan antara autis dan obat-obatan opium yang disuntikan, paparan opium ini dapat mengganggu perkembangan saraf anak dan otakpun tidak berkembang dengan baik. Keracunan merkuri juga dapat memicu timbulnya autisme pada bayi dan balita, hal ini berdasarkan dari laporan-laporan orang tua menyatakan bahwa anak yang terpapar merkuri cenderung berperilaku seperti anak autis, paparan merkuri dapat disebabkan oleh mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi oleh merkuri, penggunaan kosmetik, bahan-bahan perawatan tubuh bayi, dan vaksin yang mengandung merkuri.

C. Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif

Seperti kita ketahui bahwa paradigma sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, sarat dengan muatan kemanusiaan dan penegakan hak asasi manusia. Untuk lebih jelas tentang sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, di bawah ini 38 http:topikharian.abatasa.co.idpostdetail24634faktor-penyebab-autis-pada-anak.html akan dipaparkan pengertian pendidikan inklusif, karakteristik sekolah inklusif, dan kurikulum sekolah inklusif. 1. Pengertian pendidikan inklusif Dewasa ini perhatian pemerintah terhadap anak-anak bangsa dalam bidang pendidikan harus diakui masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Buktinya, masih terdapat sistem kategorisasi yang memisahkan antara anak normal dengan anak yang berkebutuhan khusus. Kondisi ini merupakan potret ketidakadilan pendidikan yang seharusnya diberikan kepada seluruh anak-anak bangsa tanpa terkecuali Pendidikan tidak hanya diprioritaskan bagi anak-anak yang memiliki tingkat kegeniusan tinggi maupun anak-anak yang berasal dari keluarga yang bangsawan., tetapi juga bagi mereka yang dianggap berbeda dan terbelakang dari anak-anak normal lainnya. Jika pendidikan Indonesia tidak memperhatikan masa depan anak yang berkebutuhan khusus, bisa dipastikan mereka akan selalu termarginalkan dalam lingkungan mereka tinggal, apalagi untuk mendapatkan perlakuan khusus melalui pendidikan luar biasa yang memang diperuntukkan bagi anak-anak yang berkelainan. Di tengah permasalahan yang menimpa anak berkebutuhan khusus, paradigma pendidikan inklusif agaknya bisa menjadi solusi bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan tanpa harus merasa kurang percaya diri ketika harus berkumpul dengan mereka yang memiliki fisik normal. Apalagi undang- undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi anak berkelainan. 39 Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa “pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. ” 40 39 Mohammad TakdirIlahi, Pendidikan Inklusif:Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013, h.7 40 Ibid., h. 8 Pendidikan inklusif di Indonesia dilandasi oleh landasan religious. Sebagai bangsa yang beragama, penyelenggaraan pendidikan inklusif tidak bisa lepas dari konteks agama karena pendidikan merupakan tangga utama dalam mengenal tuhan. Tuhan tidak sekaligus menjadikan manusia di atas bumi beriman kepada- Nya, tetapi masih melalui proses kependidikan yang berkeimanan dan islami. 41 Ada banyak ayat Al- Qur’an yang menjelaskan tentang landasan religious dalam penyelenggara pendidikan inklusif. Faktor religi yang digunakan untuk penjelasan ini adalah Al- Qur’an surah Al-Hujurat 49 ayat 13:                         Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Q.S Al-Hujurat:13 42 Ayat tersebut memberikan perintah kepada kita, agar saling ta’aruf, yaitu saling mengenal dengan siapa pun, tidak memandang latar belakang sosial, ekonomi, ras, suku, bangsa, dan bahkan agama. Inilah konsep islam yang begitu universal, yang memandang kepada semua manusia di hadapan Allah adalah sama, justru hanya tingkat ketaqwaan-Nyalah menyebabkan manusia mulia di hadapan Allah. Pendidikan inklusif mempunyai pengertian yang beragama. O’Neil menyatakan bahwa pendidikan inklusif “sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman seusianya ”. 43 41 Ibid., h. 75 42 Ibid., h. 517 43 Mohammad Takdir ilahi, Pendidikan Inklusif:Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013, h.27 Menurut permendiknas Nomor 70 tahun 2009, pendidikan inklusif adalah “sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya ”. 44 Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan inklusif adalah “sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya ”. 45 Berdasarkan paparan definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberikan layanan terbuka untuk siapa saja yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Sekolah penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusif juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari sekolah tersebut dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya terpenuhi. 46 Definisi di atas jelas mengisyaratkan bahwa keterbatasan serta perbedaan yang dialami anak dibandingkan dengan anak normal sebaya bukanlah suatu hambatan agar anak bisa bergabung di sekolah reguler. Kebutuhan individual anak sesuai dan kemampuannya pun terpenuhi. 2. Tujuan Sekolah pendidikan Inklusif Tujuan sekolah inklusif yaitu: a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan social atau 44 Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Implementasinya, Jakarta: Luxima Metro Media, 2012, h. 12 45 Ibid., h. 15 46 Hikmah Oktavanti, sikap anak normal terhadap anak autis di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2008, h. 32