Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis

Nomor 01 tahun 2008 yang menyatakan tentang standar proses pendidikan untuk peserta didik yang memiliki kelainan menentukan jumlah maksimalnya di bawah standar maksimal pada rombongan belajar satuan pendidikan khusus yaitu untuk SDMI di bawah 5 peserta didik yang memiliki kelainan dan untuk SMPMTs dan SMASMKMAMAK di bawah 8 peserta didik yang memiliki kelainan. 29 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk siswa autis membutuhkan penyesuaian dengan kemampuan dan kebutuhan karakteristik siswa. Dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam materi sifat wajib Allah, guru R menjelaskan materi tentang sifat wajib Allah, lafal tentang sifat wajib Allah, serta arti dari sifat wajib Allah. Setelah guru R menjelaskan materi, guru R membuat metode belajar dengan cara membuat potongan-potongan nama sifat wajib Allah, kemudian guru R meminta kepada siswa yang untuk menjodohkan potongan nama sifat wajib Allah dan artinya dengan benar, dalam hal ini guru R melibatkan siswa autis untuk berperan aktif dalam pembelajaran serta memberikan pengalaman kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapatnya muhaimin yang mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama islam dari peserta didik, yang di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. 30 Berdasarkan hasil temuan di lapangan tersebut bahwa pemahaman guru kelas itu sendiri terhadap anak berkebutuhan khusus termasuk siswa autis sebatas yang terlihat hanya kesulitan dalam belajar, guru mengenal siswa autis sebagai siswa yang membutuhkan perhatian dan bimbingan yang lebih mendalam secara khusus dan memberikan tugas secara berlahan-lahan dibandingkan dengan siswa regular. Jadi guru tidak mengatahui terlalu banyak mengenai sekolah inklusi dan siswa autis. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru kelas. Berikut ini penuturan guru kelas S: 29 Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Implementasinya, Jakarta: Luxima Metro Media, 2012, h. 52 30 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung:PT Rosdakarya, 2004, Cet. 3, h. 75 “sekolah inklusi itu merupakan sekolah khusus yang diperuntukkan untuk siswa yang mempunyai kekurangan, sedangkan siswa berkebutuhan khusus itu merupakan siswa yang memiliki kekurangan dan membutuhkan perhatian yang lebih”. 31

3. Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI bagi siswa Autis

Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Purba Adhika tidak berbeda dengan pelaksanaan evaluasi di sekolah reguler hanya saja pelaksanaannya yang berbeda. Nilai kriteria ketuntasan minimal belajar juga tidak dibedakan antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus. Salah satu evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di SD Purba Adhika yaitu ulangan harian dan ulangan tengah semester. Ulangan harian dan ulangan tengah semester yang dilaksanakan di SD Purba Adhika sama dengan sekolah reguler hanya saja pelaksanaannya yang berbeda. Guru menyamakan waktu pelaksanaan evaluasi bagi siswa autis dengan siswa reguler. Misalnya, khusus untuk siswa autis sebelum ulangan harian dan ulangan tengah semester dilaksanakan mereka mendapatkan contoh soal yang akan dijadikan soal ulangan harian dan ulangan tengah semester untuk siswa reguler. Jadi, khusus untuk siswa autis mereka mendapatkan soal ulangan terlebih dahulu sebagai bahan latihan untuk dikerjakan di rumah dan pada saat ulangan siswa autis tersebut mendapatkan soal yang telah mereka kerjakan di rumah sebagai bahan latihan. Namun tetap saja ketika ulangan dilaksanakan siswa autis ini masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru pendamping khusus mereka untuk mengerjakan soal ulangan tersebut. Karena jika tidak mendapatkan bimbingan dan arahan dari guru pendamping khusus mereka. Mereka akan lebih banyak berkhayal dan asyik bermain dengan dirinya sendiri. Ketika siswa autis setelah ulangan nilai mereka tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM dalam belajar , maka tugas guru R yaitu memodifikasi evaluasi dengan cara memberikan remedial dan latihan kembali kepada siswa yang nilainya tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal dalam belajar. 32 31 Wawancara dengan guru kelas III setelah proses pembelajaran pada 23 Oktober 2014 32 Observasi Peneliti Pada September-November 2014 Terkait dengan evaluasi pembelajaran, menurut Guba dan Lincoln yaitu “suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan”. Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu. 33 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam pembelajaran itu sangat penting dilaksanakan untuk dapat mempertimbangkan mengenai nilai dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Edwin Wandt dan Gerald W. Brown yang menyatakan bahwa evaluasi itu merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. 34 33 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana,2007, h. 241 34 Sudaryono, dasar-dasar evaluasi pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h.38 61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan temuan peneliti pada BAB IV, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kurikulum dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang digunakan untuk siswa autis disamakan dengan siswa reguler. Guru selalu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP sebelum pembelajaran dimulai, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. 2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam PAI yang dilakukan oleh guru sudah cukup baik.. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam PAI terdiri dari beberapa kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada aspek kegiatan pendahuluan guru sudah cukup baik, karena pada aspek ini guru melakukan beberapa cara dalam aspek pendahuluan, seperti mengkondisikan kelas dengan cara mengkondisikan kesiapan siswanya untuk belajar dengan berdo’a bersama sebelum pembelajaran dimulai. Kemudian pada aspek kegiatan inti guru sudah cukup baik, pada aspek ini guru melaksanakan pembelajaran secara runtut dan sesuai dengan rencana pelaksanaaan pembelajaran RPP yang telah dibuat sebelum pembelajaran dimulai. Walaupun terkadang sesekali guru melaksanakan pembelajaran tidak seacara runtut dan tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang telah dibuat. Dalam penyampaian materi pelajaran guru sudah cukup baik , guru menggunakan tempo sedang dalam penyampaian materipelajaran dan menyesuaikan kondisi kelas. Sedangkan pada aspek kegiatan penutup guru sudah baik dalam melaksanakannya. Hal ini berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 11 september 2014. 3. Evaluasi yang ada di SD Purba Adhika disamakan dengan sekolah reguler, yang membedakan hanya pelaksanaannya saja. Kriteria ketuntasan minimal belajar KKM yang dibuat oleh guru pendidikan agama islam PAI bagi siswa autis disamakan dengan siswa reguler. Apabila ada siswa autis yang tidak mengerjakan evaluasihasil tidak dapa memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal KKM belajar, maka guru akan mengadakan modifikasi evaluasi yaitu dengan cara berbenntuk ulangan remedial.

B. Implikasi

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilakukan guru.Yang harus dilakukan oleh guru untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, maka guru harus mampu membuat perencanaan pembelajaran, menyusun pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran dengan baik. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berikut ini implikasi dari hasil penelitian adalah : 1. Diharapkan guru memiliki kemampuan dalam mengatur pelaksanaan proses pembelajaran, agar siswa autis juga mendapatkan perhatian ketika pembelajaran berlangsung. 2. Guru pendamping khusus diharapkan dapat membuat rencana pelaksanaan pembelajaran secara khusus dan mampu melakukan pelaksanaan pembelajaran individual. Agar dapat mengetahui perkembangan siswa autis secara optimal. 3. Diadakannya diskusi antar guru untu memecahkan masalah yang muncul.

C. Saran

1. Pada aspek pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, seharusnya guru pendamping khusus juga membuat pelaksanaan pembelajaran individual PPI untuk siswa autis, agar perkembangan siswa autis dapat diketahui oleh guru pendamping khusus. Dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP ini, guru juga seharusnya memasukkan karakteristik siswa yang beragam dan khusus dalam hal ini