Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

peneliti menemukan masalah. Kemudian analisis data tersebut dilanjutkan ketika peneliti memasuki lapangan penelitian untuk mendapatkan data yang mendukung dengan masalah yang ditemukan peneliti pada saat studi pendahuluan. Dalam buku sugiyono, nasution mengatakan bahwa: “melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Anlisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan ol eh peneliti yang berbeda”. 10 Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis induktif, yaitu kesimpulan umum berlaku untuk semua atas dasar pengetahuan yang jelas. Dalam melakukan penelitian, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati, menafsirkan, dan menarik kesimpulan tentang data-data yang ada di lapangan. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dikumpulkan dan diklasifikasi dalam bentuk kualitatif Menurut Miles dan Huberman 1984 langkah dalam analisis data yaitu 1 reduksi data, 2 data display, dan 3 penarikan kesimpulan dan verifikasi. 1. Reduksi Data Data yang diperoleh dari pengamatan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti melakukan penelitian, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti menemukan cukup banyak data dan informasi. Namun peneliti mereduksi data yang telah diperoleh dan 10 Ibid., h.244 menyesuaikan dengan rumusan masalah yang dibahas yaitu mengenai perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasipembelajaran. 2. Data display Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang telah terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Untuk melakukan display data, selain dengan teks naratif juga dapat berupa grafik, matrik, network jejaring kerja dan chart. Untuk mengecek apakah peneliti telah memahami apa yang display. Setelah peneliti melakukan reduksi data dari beberapa data yang ditemukan pada saat penelitian, kemudian peneliti menyajikan data yang telah didapat dalam bentuk teks naratif. 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah pula tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan maslah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. 11 Setelah data-data tersebut direduksi dan disajikan, kemudian peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah didapat. Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran antara siswa autis dengan siswa reguler disamakan dan guru selalu membuat perencanaan pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelum pembelajaran dimulai, dan evaluasi antara siswa autis dengan siswa reguler juga disamakan, yang membedakan hanya pelaksanaannya saja. 11 Ibid., h.246-252 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Profil SD Purba Adhika

Sekolah Dasar Purba Adhika yang beralamat di Jalan Haji Ipin No.31, Karang Tengah 1, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Lokasi sekolah di lingkungan masyarakat perkotaan. Bagian depan sekolah ini terdapat halaman seperti taman , biasanya digunakan para orang tua siswa menunggu anaknya dan juga terdapat lapangan upacara di bagian depan sekolah. Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gedung Sekolah SD Purba Adhika Halaman Sekolah SD Purba Adhika Gambar 4.3 Lapangan Upacara SD Purba Adhika Secara umum bangunan fisik SD Purba Adhika layak untuk digunakan, karena nyaman untuk siswa dalam belajar. Disamping itu terdapat pepohonan dan tanaman yang tumbuh dilingkungan sekolah. Kebersihannya pun sangat terjaga, dimana setiap kelas dan sudut terdapat tempat sampah dan setiap harinya sekolah dibersihkan oleh petugas kebersihan yang ada di sekolah. Secara rinci fasilitas yang dimiliki oleh SD Purba Adhika adalah 6 ruang kelas yang digunakan untuk belajar siswa kelas 1-6, 1 ruang kepala sekolah yang bergabung dengan ruang guru dan tata usaha, 4 kamar mandiWC Siswa, 1 kamar mandiWC guru, 1 ruang tata boga, 1 ruang tata busana, 1 ruang lab bahasa inggris, 1 ruang lab komputer, I ruang seni music, lapangan upacara, lapangan olahraga, dan tempat parkir. 1 Gambar 4.4 Ruang TataUsaha, Ruang Guru, dan Ruang Kepala Sekolah

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI bagi siswa Autis

a. Perencanaan pembelajarana Pendidikan Agama Islam PAI

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terhadap dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, Guru Pendidikan Agama Islam PAI SD Purba Adhika selalu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP sebelum pembelajaran berlangsung, rencana pelaksanaan pembelajaran RPP biasanya dibuat oleh guru untuk 2 kali pertemuan. 2 SD Purba Adhika dalam satu kelas terdapat siswa yang reguler dan siswa berkebutuhan khusus, tetapi dalam hal ini guru tidak membuat rencana pelaksanaan pembelajaran secara khusus untuk siswa berkebutuhan khusus. Rencana pelaksanaan pembelajaran siswa berkebutuhan khusus disamakan dengan siswa reguler. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, guru PAI dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah, metode diskusi, dan metode Tanya 1 Observasi Peneliti Pada 25 Agustus 2014 2 Observasi Peneliti Pada 4 September 2014 jawab dalam pembelajaran. Selain itu guru juga tidak membuat media pembelajaran yang khusus, hanya menggunakan media pembelajaran yang ada di sekolah. Materi untuk siswa berkebutuhan khusus pun sama dengan siswa reguler 3 .

b. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI

Penelitian ini dilakukan untuk melihat proses pembelajaran PAI bagi siswa autis di SD Purba Adhika. Maka dapat ditampilkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada saat penelitian. Pembelajaran efektif di SD Purba Adhika dilaksanakan selama 4 hari yaitu hari senin sampai dengan kamis, mulai jam 08.00-14.00 khusus kelas 4,56, dan jam 08.00-13.00 untuk k elas 1,2,3. Untuk hari jum’at digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler seperti sepak bola, bulu tangkis, pramuka, dokter kecil, Drumband, seni tari, dan seni lukis. Sedangkan proses pelaksanaan pembelajaran PAI diberikan hanya satu kali dalam seminggu yaitu pada hari kamis jam 10.30- 11.30 2x30 menit. 4 SD Purba Adhika memiliki 3 guru dalam masing-masing kelas, yaitu pertama guru umummata pelajaran guru R, kedua guru kelas guru S, dan ketiga guru pendamping khusus bagi siswa ABK seperti autis guru P. untuk guru pendamping khusus siswa ABK jumlahnya disesuaikan dengan jumlah siswa ABK dalam masing-masing kelas, karena terkadang masing-masing kelas memiliki jumlah siswa ABK yang berbeda. Selama proses pelaksanaan pembelajaran guru pendamping khusus guru P selalu mendampingi siswa autis dalam belajar. Siswa A adalah siswa autis dengan jenis kelamin laik-laki, sedangkan siswa B adalah siswa autis dengan jenis kelamin perempuan. Pelaksanaan pembelajaran PAI terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. 5 1 Kegiatan Pendahuluan Guru adalah sebagai pengelola kegiatan proses pembelajaran dimana dalam hal ini guru berperan dan bertugas untuk mengelola kelas. Jika guru dapat 3 Observasi Peneliti Pada 11 September 2014 4 Observasi Peneliti Pada 4 September 2014 5 Observasi Peneliti Pada 4 September 2014 mengelola kelas dengan baik, maka pembelajaran juga dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat observasi, guru R dan guru S selalu mengkondisikan siswa dan kelas dengan baik sebelum pembelajaran dimulai. Pembelajaran akan dimulai ketika siswa sudah duduk dengan rapih, tidak ada siswa yang sibuk sendiri dan mengobrol. Cara guru R dan guru S dalam mengkondisikan siswa dan kelas yaitu dengan membaca do’a secara bersama- sama yang dipimpin oleh guru dan diiringi dengan mengucapkan salam. 6 Siswa A dan B mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam aspek mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar, siswa A baik dan mandiri dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar. Sedangkan siswa B cukup baik dan belum mandiri dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar, karena harus menunggu perintah dari guru pendamping khusus, terkadang guru pendamping khusus yang mempersiapkannya. 7 Guru R dan guru S kemudian mengecek dan memeriksa kehadiran siswa dengan menanyakan kepada siswa siapa saja yang tidak hadir. Pada kegiatan apersepsi, guru R mengulas materi sebelumnya dan memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi sebelumnya tanpa membedakan antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus. 8 Sementara guru P melakukan kegiatan apersepsi langsung kepada siswa autis. Salah satu contoh materi PAI sebelumnya yaitu membahas mengenai sifat wajib bagi Allah. Maka guru menuliskan di papan tulis mengenai sifat wajib bagi Allah, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut. Guru menunjuk salah satu siswa untuk maju kedepan dan mengerjakan soal tersebut. Sementara guru pendamping khusus guru P mendampingi siswa A dan B dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. 9 Keberhasilan seorang guru pada kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran terlihat ketika seorang guru mampu atau tidaknya dalam memotivasi siswa untuk 6 Observasi Peneliti Pada September-November 2014 7 Observasi Peneliti Pada September-November 2014 8 Observasi Peneliti Pada September-November 2014 9 Observasi Peneliti Pada September-November 2014