interaksi dengan media yang digunakan oleh guru R. sikap siswa autis pada aspek bertanya dalam proses pembelajaran cukup baik, karena siswa autis cenderung
kurang memperhatikan penjelasan guru dan pada aspek menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru juga sudah cukup baik, walaupun terkadang harus
dibantu oleh guru pendamping khusus mereka.
10
Guru R pada aspek strategi dan metode pembelajaran sudah baik. Karena pada aspek ini, guru R sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut, dapat
menguasai kelas, dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada semua siswa, guru R mempergunakan metode ceramah dan Tanya jawab. sehingga dalam proses belajar mengajar
terdapat interaksi antara guru dan siswa. Penggunaan metode yang dapat melibatkan siswa untuk aktif biasanya disesuaikan dengan judul materi yang akan
disampaikan. Misalnya materi mengenai adzan dan iqomah, dalam materi ini guru R membuat metode pembelajaran seperti menjodohkan antara nama-nama sifat
wajib Allah dengan artinya. Kemudian Guru R memberikan kesempatan kepada siswa termasuk siswa autis untuk maju ke depan dan mengerjakan latihan
dengan menjodohkan antara nama-nama sifat wajib Allah dengan artinya.
11
Gambar 4.6 keterlibatan siswa dalam metode yang dibuat Guru R
Selanjutnya pada aspek respon belajar siswa B sudah cukup baik, karena pada saat guru R menjelaskan materi pelajaran, siswa B memperhatikan
penjelasan guru R, tidak mengobrol dan bermain-main sendiri. Sedangkan siswa A pada aspek respon belajar kurang baik, karena pada saat guru R menjelaskan
10
Observasi Peneliti Pada September-November 2014
11
Observasi Peneliti Pada September-November 2014
materi pelajaran, siswa A ini cenderung mengobrol, bermain-main sendiri, dan jarang memperhatikan penjelasan dari guru. Ketika terjadi permasalahan seperti
ini, maka tugas guru pendamping khusus guru P untuk memberikan arahan kepada siswa tersebut agar memperhatikan kembali penjelasan dari guru R.
12
Gambar 4.7 Respon belajar siswa A dan Siswa B saat guru menjelaskan materi
Pemilihan metode pembelajaran tentu akan mempengaruhi media pembelajaran yang digunakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut Daryanto media adalah “salah satu komponen komunikasi dalam
pembelajaran, agar siswa lebih memahami materi yang dijelaskan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana
perantara dalam proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi kondisi dan lingkungan belajar.
13
Guru R dan guru P pada aspek keterampilan bertanya sudah baik. Dalam memberikan pertanyaan guru R selalu memberikan kesempatan kepada siswa A
dan siswa B untuk menjawab pertanyaan serta guru R antusias terhadap jawaban siswa. Contohnya seperti ketika guru R memberikan pertanyaan kepada siswa
mengenai sifat wajib bagi Allah yaitu sebutkan 5 sifat wajib bagi Allah, kemudian guru R memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawabnya.
Guru R menanyakan jawabannya kepada siswa autis, guru R sangat antusias dengan jawaban siswa dengan memberikan tepuk tangan, walaupun terkadang
12
Observasi Peneliti Pada September-November 2014
13
Observasi Peneliti Pada September-November 2014
dalam menjawab pertanyaan dari guru R, siswa autis ini dibantu oleh guru pendamping mereka.
14
Penilaian hasil belajar biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran berdasarkan kemampuan siswa yang sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa tentang materi yang baru dipelajarinya. Bentuk soal untuk siswa autis disamakan dengan siswa lainnya. Namun dalam mengerjakan
soal ini, siswa B dibantu oleh guru pendampingnya. Sedangkan siswa A sudah mandiri dalam mengerjakan soal. Tetapi tetap saja harus didampingi. Karena
kalau tidak didampingi. Siswa A ini banyak berkhayal dan tidak akan mengerjakan soal tersebut. Ketika soal latihan selesai dikerjakan oleh siswa,
kemudian guru R membahas soal tersebut di depan kelas dan terkadang juga soal langsung dinilai oleh guru R.
15
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa cara guru p dalam membantu siswa B, yaitu dengan benar-benar menuntun siswa B dalam
mengerjakan latihan yang diberikan guru R. sedangkan siswa A sudah cukup mandiri dalam mengerjakan latihan yang diberikan guru R. jd guru p hanya
mendampingi dan mengarahkan siswa B saja. Agar tidak terlalu banyak berkhayal ketika belajar.
16
Gambar 4.10 Keterlibatan Guru Pendamping Khusus dalam mengerjakan soal
Kegiatan inti pada aspek penggunaan bahasa, guru R dan guru P menggunakan bahasa Indonesia. Guru R dan guru P menggunakan bahasa lisan
dan tulisan secara jelas, baik, dan benar serta dalam penyampaian pesan dengan
14
Observasi Peneliti Pada September-November 2014
15
Observasi Peneliti Pada September-November 2014
16
Observasi Peneliti Pada September-November 2014
gaya yang sesuai sehingga dapat dipahami, baik oleh siswa normal maupun oleh siswa berkebutuhan khusus.
17
3 Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI yang dilakukan oleh guru R adalah menyimpulkan materi bersama siswa
autis, terkadang juga guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa. Kegiatan penutup untuk siswa A dan siswa B menyimpulkan materi pelajaran bersama guru
P.
18
c. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI bagi Siswa Autis
Evaluasi dalam setiap program sangat penting untuk dilakukan, begitu pula dalam suatu pembelajaran. Karena evaluasi bertujuan untuk mengetahui
bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan, peneliti melakukan pengamatan
langsung saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan, evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam PAI bagi siswa siswa autis disamakan
dengan siswa reguler, namun ada sedikit perbedaan. Jika siswa autis tidak dapat mengerjakan soal yang guru R berikan. Maka guru R memberikan remedial dan
melakukan latihan kembali terhadap siswa autis tersebut yang dibantu dengan guru pendamping.
19
Evaluasi tidak dapat dipisahkan dengan penilaian, karena setiap evaluasi dilakukan pasti ada nilainya dan hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah siswa
tersebut telah mencapai ketuntasan yang ditetapkan atau belum. Standar penilaian dan nilai kriteria ketuntasan minimum KKM ditetapkan oleh masing-masing
sekolah. Berikut ini penuturan guru PAI R: “kriteria ketuntasan minimum KKM dan bentuk soal saat ulangan antara
siswa autis dan siswa reguler disamakan. Namun, jika siswa autis tidak dapat
17
Observasi Peneliti Pada September-November 2014
18
Observasi Peneliti Pada September-November 2014
19
Observasi Peneliti Pada 23 Oktober 2014
mengerjakan soal tersebut. Maka guru R memberikan remedial dan latihan kembali kepada
siswa autis tersebut dengan dibantu oleh guru pendamping”.
20
Peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah mengenai kriteria ketuntasan minimum. berikut penuturannya:”untuk masalah kriteria
ketuntasan minimum KKM sepenuhnya saya serahkan kepada guru kelas dan guru bidang studi”.
21
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan bahwa kriteria ketuntasan minimum KKM ditetapkan oleh kebijakan sekolah dan
kebijakan dari masing-masing guru bidang studi. evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam PAI bagi siswa autis disamakan dengan siswa reguler,
namun ada sedikit perbedaan. Jika siswa autis tidak dapat mengerjakan soal yang guru R berikan. Maka guru R memberikan remedial dan melakukan latihan
kembali terhadap siswa autis tersebut yang dibantu dengan guru pendamping. Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI yang dilaksanakan
di SD Purba Adhika tidak berbeda dengan Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI yang dilaksanakan di sekolah reguler, hanya saja cara
pelaksanaannya yang sedikit berbeda. Peneliti melakukan pengamatan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam PAI yaitu kegiatan ulangan harian UH dan ulangan tengah semester UTS. Ulangan harian dan ulangan tengah semester dilakukan secara tertulis dan
dilaksanakan di kelas. Ulangan harian dan ulangan tengah semester pelajaran pendidikan agama islam PAI di sekolah tersebut pelakasanaannya sama
sebagaimana ulangan harian yang dilaksanakan di sekolah reguler. Pada pelaksanaan evaluasi pelajaran pendidikan agama islam PAI khusus untuk siswa
autis sebelum ulangan harian dan ulangan tengah semester dilaksanakan, guru R memberikan contoh soal ulangan sebagai bahan latihan di rumah sebelum ulangan
harian dan ulangan tengah semester dilaksanakan. Kemudian siswa autis ini dibantu oleh orang tua mereka dalam mengerjakan latihan contoh soal ulangan.
20
Wawancara dengan guru PAI kelas III setelah proses pembelajaran pada tanggal 9 Oktober 2014
21
Wawancara dengan Kepala Sekolah setelah proses pembelajaran pada tanggal 30 Oktober 2014
Ketika ulangan harian dan ulangan tengah semester dilaksanakan, siswa A dan siswa B masih mendapatkan arahan dari guru pendamping mereka dalam
mengerjakan soal ulangan yang diberikan oleh guru R.
22
Berdasarkan uraian di atas. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran PAI di SD Purba Adhika tidak berbeda dengan evaluasi
pembelajaran PAI di sekolah reguler. Hanya saja dalam pelaksanaannya diperlukan perhatian dan kesabaran yang luar biasa bagi guru mata pelajaran
guru R dan guru pendamping khusus guru P agar tujuan pembelajaran dapat dicapai baik bagi siswa reguler maupun bagi siswa autis. Dengan demikian secara
perlahan siswa autis dapat diterima di lingkungan siswa reguler dan tidak ada lagi perbedaan antara siswa reguler dengan siswa autis.
Solusi pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI bagi siswa autis di sekolah inklusif yaitu bahwa Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang tidak
membedakan antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusif ini akan mencapai keberhasilan jika 1 adanya keterbukaan antara pihak
sekolah, guru, dan orang tua yang digunakan sebagai media informasi untuk membantu anak dalam mengejar ketertinggalan di kelas, 2 siswa autis memiliki
guru pendamping khusus ketika proses pembelajaran, 3 idealnya siswa autis memiliki program pembelajaran individu PPI dan 4 memiliki ruangan khusus
untuk melakukan terapi. Masalah penting yang sering dihadapi bagi guru sekolah inklusif ketika
proses pembelajaran di kelas adalah memilih materi dan bahan ajar yang digunakan. Karena sekolah inklusif itu merupakan sekolah yang dimana antara
siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus belajar bersama di dalam satu ruangan. Jadi, seorang guru sekolah inklusif harus pandai memilih materi dan
bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menyesuikan karakteristik antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus.
Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan bagi pendidikan inklusif, guru dituntut untuk terampil dalam merancang pembelajaran. Mengembangkan bahan
ajar yang akan disampaikan, serta menggunakan metode dan strategi
22
Observasi Peneliti Pada 23 Oktober 2014
pembelajaran yang berpusat kepada siswa autis. Guru sekolah inklusif sebaiknya juga melakukan asesmen. Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi
tentang perkembangan siswa. Tujuan utama dari asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
merencanakan program pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Sedangkan tugas sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan
inklusif seharusnya sekolah mengadakan kerja sama dengan rumah sakit dan klinik terapi bagi siswa autis. Beberapa program terapi bagi penunjang siswa autis
antara lain 1 terapi perilaku membantu untuk menghilangkan atau mengurangi perilaku bermasalah misalnya tidak merespon saat dipanggil atau diajak bicara,
stimulasi diri, emosi atau tantrum, perilaku stereotip, hyperaktifitas, dan lain-lain, 2 terapi wicara membantu bagi individu yang mengalami gangguan komunikasi
termasuk didalamnya adalah gangguan terlambat bicara dan gangguan motorik mulut lain, 3 terapi okupasi membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak agar tercapai kemandirian dalam produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta kemampuan penggunaan waktu luang.
B. Pembahasan
1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis
Berdasarkan hasil penelitian, kurikulum yang digunakan SD Purba Adhika untuk siswa autis disamakan dengan kurikulum yang digunakan untuk siswa
reguler. Rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang digunakan sekolah untuk siswa autis juga disamakan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP
siswa reguler, yang membedakan hanya pada tahap pelaksanaannya saja. Guru selalu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP sebelum pembelajaran
dimulai, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Dengan adanya rencana pelaksanaan pembelajaran RPP diharapkan guru dapat menerapkan
pembelajaran secara terprogram. Selain itu, alasan pentingnya seorang guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yaitu guru dapat memikirkan
pelajaran, sebelum pelajaran itu disampaikan, guru dapat mengorganisasi fasilitas, perlengkapan, alat bantu pengajaran, waktu dan isi untuk mencapai tujuan