Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI bagi Siswa Autis

pembelajaran yang berpusat kepada siswa autis. Guru sekolah inklusif sebaiknya juga melakukan asesmen. Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang perkembangan siswa. Tujuan utama dari asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Sedangkan tugas sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan inklusif seharusnya sekolah mengadakan kerja sama dengan rumah sakit dan klinik terapi bagi siswa autis. Beberapa program terapi bagi penunjang siswa autis antara lain 1 terapi perilaku membantu untuk menghilangkan atau mengurangi perilaku bermasalah misalnya tidak merespon saat dipanggil atau diajak bicara, stimulasi diri, emosi atau tantrum, perilaku stereotip, hyperaktifitas, dan lain-lain, 2 terapi wicara membantu bagi individu yang mengalami gangguan komunikasi termasuk didalamnya adalah gangguan terlambat bicara dan gangguan motorik mulut lain, 3 terapi okupasi membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan anak agar tercapai kemandirian dalam produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta kemampuan penggunaan waktu luang.

B. Pembahasan

1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis

Berdasarkan hasil penelitian, kurikulum yang digunakan SD Purba Adhika untuk siswa autis disamakan dengan kurikulum yang digunakan untuk siswa reguler. Rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang digunakan sekolah untuk siswa autis juga disamakan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP siswa reguler, yang membedakan hanya pada tahap pelaksanaannya saja. Guru selalu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP sebelum pembelajaran dimulai, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Dengan adanya rencana pelaksanaan pembelajaran RPP diharapkan guru dapat menerapkan pembelajaran secara terprogram. Selain itu, alasan pentingnya seorang guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yaitu guru dapat memikirkan pelajaran, sebelum pelajaran itu disampaikan, guru dapat mengorganisasi fasilitas, perlengkapan, alat bantu pengajaran, waktu dan isi untuk mencapai tujuan pembelajaran seefektif mungkin dan guru juga dapat terbantu dalam merencanakan motivasi di kelas. Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP didukung oleh pendapatnya Nana Sudjana 1988 adalah kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran PBM yaitu dengan mengkoordinasikan mengatur dan merespon komponen-komponen pembelajaran, sehingga arah kegiatan tujuan, isi kegiatan materi, cara penyampaian kegiatan metode dan teknik, serta bagaimana mengukurnya evaluasi menjadi jelas dan sistematis. 23 Pendapat ini juga sejalan dengan pendapatnya Dedy Kustawan yang mengatakan bahwa dalam penyusunan perencanaan pembelajaran setting inklusif itu meliputi identifikasi, assesment, dan pengembangan kurikulum. 24 Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif merupakan sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama, termasuk siswa berkebutuhan khusus. Dalam hal ini guru harus lebih memperhatikan karakteristik siswa dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, agar semua kebutuhan siswa terpenuhi dalam RPP dan kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara terstruktur. Berdasarkan penjelasan diatas didukung juga oleh pendapat O’Neil yang menyatakan bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Berdasarkan hasil observasi, bahwa guru PAI sekolah Purba Adhika selalu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP sebelum pembelajaran dilaksanakan, dan biasanya rencana pelaksanaan pembelajaran RPP tersebut dibuat untuk 2 kali pertemuan. Dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, guru mempunyai pedomanacuan dalam melaksanakan 23 Asep Hery Hernawan, dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, Bandung: UPI PRESS, 2007, h. 208 24 Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Implementasinya, Jakarta: Luxima Metro Media, 2012, h. 56 pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan terencana dan efektif. 25 Hal ini sejalan dengan pendapatnya Ibrahim yang mengatakan bahwa secara garis besar perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi dan bahan apa yang akan disampaikan , bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan. 26 2. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis Berdasarkan pengamatan dan dokumen yang ada, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI di SD Purba Adhika terdiri dari beberapa kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada aspek kegiatan pendahuluan dimulai dengan mengkondisikan kelas dan kesiapan kelas dengan membaca do’a bersama yang dipimpin oleh guru kelas guru S, mengecek atau kehadiran siswa yang tidak masuk, memberikan apersepsi, membangkitkan rasa ingin tahu siswa mengenai materi yang akan disampaikan. Dan menyampaikan tujuanindikator yang ingin dicapai. 27 Pada aspek penyampaian materi, guru menyampaikan materi di depan kelas dengan menggunakan tempo sedang. Sementara guru pendamping khusus menyampaikan materi hanya kepada siswa berkebutuhan khusus dengan menggunakan tempo secara perlahan-lahan. Guru pendamping khusus selalu mendampingi siswanya. Karena jika siswa berkebutuhan khusus ini tidak didampingi, mereka tidak akan memperhatikan penjelasan dari guru R, konsentrasi mereka tidak akan fokus, dan pada akhirnya mereka akan banyak berkhayal. 28 Berdasarkan hasil pengamatan, SD Purba Adhika dalam setiap kelasnya terdiri dari 5-6 siswa berkebutuhan khusus. Hal ini sejalan dengan Permendiknas 25 Observasi Peneliti Pada September-November 2014 26 Asep Hery Hernawan, dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, Bandung: UPI PRESS, 2007, h. 208 27 Observasi Peneliti Pada September-November 2014 28 Observasi Peneliti Pada September-November 2014 Nomor 01 tahun 2008 yang menyatakan tentang standar proses pendidikan untuk peserta didik yang memiliki kelainan menentukan jumlah maksimalnya di bawah standar maksimal pada rombongan belajar satuan pendidikan khusus yaitu untuk SDMI di bawah 5 peserta didik yang memiliki kelainan dan untuk SMPMTs dan SMASMKMAMAK di bawah 8 peserta didik yang memiliki kelainan. 29 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk siswa autis membutuhkan penyesuaian dengan kemampuan dan kebutuhan karakteristik siswa. Dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam materi sifat wajib Allah, guru R menjelaskan materi tentang sifat wajib Allah, lafal tentang sifat wajib Allah, serta arti dari sifat wajib Allah. Setelah guru R menjelaskan materi, guru R membuat metode belajar dengan cara membuat potongan-potongan nama sifat wajib Allah, kemudian guru R meminta kepada siswa yang untuk menjodohkan potongan nama sifat wajib Allah dan artinya dengan benar, dalam hal ini guru R melibatkan siswa autis untuk berperan aktif dalam pembelajaran serta memberikan pengalaman kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapatnya muhaimin yang mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama islam dari peserta didik, yang di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. 30 Berdasarkan hasil temuan di lapangan tersebut bahwa pemahaman guru kelas itu sendiri terhadap anak berkebutuhan khusus termasuk siswa autis sebatas yang terlihat hanya kesulitan dalam belajar, guru mengenal siswa autis sebagai siswa yang membutuhkan perhatian dan bimbingan yang lebih mendalam secara khusus dan memberikan tugas secara berlahan-lahan dibandingkan dengan siswa regular. Jadi guru tidak mengatahui terlalu banyak mengenai sekolah inklusi dan siswa autis. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru kelas. Berikut ini penuturan guru kelas S: 29 Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Implementasinya, Jakarta: Luxima Metro Media, 2012, h. 52 30 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung:PT Rosdakarya, 2004, Cet. 3, h. 75