Penyediaan Lahan Untuk Pembangunan Rumah Susun Karangroto

4.1.2.2. Penyediaan Lahan Untuk Pembangunan Rumah Susun Karangroto

Pola bangunan di Kota Semarang sebagian besar memiliki pola bangunan yang teratur. Namun daerah pusat kota Semarang memiliki tingkat kerentanan kebakaran cukup besar karena wilayah tersebut merupakan wilayah yang sangat padat dengan tingkat keteraturan yang sangat kurang. Hal ini disebabkan wilayah tersebut juga sebagai pusat perdagangan dan transportasi. Untuk kota Semarang indikator kepadatan penduduk tinggi apabila jumlah penduduk lebih dari 1.000 jiwakm2 untuk tiap kecamatan. Kepadatan penduduk yang tinggi berdampak pada kepadatan daerah hunian yang pada akhirnya berpotensi munculnya daerah-daerah permukiman kumuh dan padat, terutama di kawasan perkotaan di Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Genuk dan Kecamatan Tugu. LKPJ Walikota Semarang Tahun 2013. “Cara penyediaan lahan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang untuk pembangunan Rumah susun Karangroto, dengan menggunakan tanah aset kota yang berupa bekas tanah bengkok eks bengkok yang sesuai dengan tata ruang RDTRK. Lahan untuk pembangunan rusunawa sendiri keseluruhan murni merupakan tanah eks bengkok, sehingga tidak perlu adanya penggantian lahan. Setelah status tanah bengkok menjadi aset pemkot maka dalam proses sertifikasi tanah eks bengkok diatas menjadi tanah pemkot yang berupa HP diatas HPL. Proses perubahan status dari bengkok menjadi Aset daerah atau kota yang berupa tanah yang berstatus HPLHP setelah pemkot mengajukan permohonan status ke BPN”. Wawancara A.H Siregar S.H, Ka Sub Dinas Tata Kota dan Perumahan, 23 desember 2015, pukul 13.20 WIB. Sedangkan Permohonan untuk memperoleh hak atas tanah ditujukan Kepada Pejabat yang berwenang memberikan hak yang dimohon. Pejabat yang berwenang itu ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972 Tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah. Tata cara permohonan dan pemberian hak atas tanah berlangsung dengan tatap-tahap seperti: 1. Pemohon mengajukan permohonan tertulis Kepada Pejabat yang berwenang memberikan hak yang dimohon, melalui Kantor Sub Direktorat Agraria. 2. Kantor Sub Direktorat Agraria memeriksa dan meminta dipersiapkan surat-surat yang diperlukan, antara lain: a. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah b. Gambar SituasiSurat Ukur c. Fatwa Tata Guna Tanah d. Risalah Pemeriksaan Tanah oleh Panitia “A” 3. Berkas permohonan yang lengkap oleh Kantor Sub Direktorat Agraria dikirim Kepada GubernurKepala Daerah melalui Kantor Agraria Propinsi. 4. Wewenang pemberian hak yang dimohonkan ada di tanggan Kepala Daerah, maka Kepala Direktorat Agraria atas nama Gubernur mengeluarkan Surat Keputusan Pemberian Hak SKPH. 5. Surat Keputusan Pemberian Hak diserahkan kepada Pemohon. 6. Pemohon memenuhi semua persyaratan yang dicantumkan dalam Surat Keputusan Pemberian Hak. 7. Hak Atas Tanah itu didaftarkan oleh pemohon di Kantor Sub Direktorat Agraria. 8. Kantor Sub Direktorat Agraria mengeluarkan sertipikat hak atas tanah dan menyerahkan kepada pemegang hak. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972.

4.1.2.3. Status Tanah Untuk Pembangunan Rumah Susun Karangroto

Dokumen yang terkait

Tinjauan Atas Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun Dalam Penyediaan Perumahan Dan Permukiman Yang Layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

4 94 119

Tesis Kewenangan Pemerintah Kabupaten Badung Dalam Menetapkan Retribusi IMB Bagi Perkembangan Properti Dan Kontribusinya Terhadap Penyediaan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

0 4 8

Pengaruh Implementasi Kebijakan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Terhadap Efektivitas Penyediaan Hunian Layak Dan Terjangkau Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Studi Di Rumah Susun Sederhana Sewa Menteng Asri Bogor).

0 1 1

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA TERHADAP EFEKTIVITAS PENYEDIAAN HUNIAN LAYAK DAN TERJANGKAU UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH.

0 0 1

PEMBELIAN RUMAH SUSUN BERSUBSIDI OLEH MASYARAKAT YANG BERPENGHASILAN DI ATAS MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN.

0 0 1

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Program Pembangunan Rumah Susun yang Dikelola Pemerintah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Surakarta.

0 2 17

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah - Perencanaan Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Medan

0 0 20

TINJAUAN ATAS UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DALAM PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SKRIPSI

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN - Rumah Susun Bagi Karyawan Berpenghasilan Menengah di Kota Semarang - Unika Repository

0 0 10

BAB IV PROGRAM ARSITEKTUR - Rumah Susun Bagi Karyawan Berpenghasilan Menengah di Kota Semarang - Unika Repository

0 0 28